15 - DECISION

3.1K 240 182
                                    

"Aku ingin kau tetap di sini bersamaku
Jangan Pergi
Berikan satu kesempatan
Untuk ku membuktikan
Sesungguhnya cintaku..

Maafkanlah bila ku selalu
Membuatmu marah dan benci padaku
Ku lakukan itu semua
Hanya untuk buatmu bahagia

Mungkin ku cuma tak bisa pahami
Bagaimana cara tunjukkan maksudku
Aku cuma ingin jadi terbaik untukmu"

*Media: Tangga - Terbaik Untukmu (Req. Song by: Boy Alexander Joseph)

================================

Jika kertas itu adalah kebahagiaan dalam hidup, maka pena bukan berarti perusak kebahagiaan tersebut melalui coretan-coretan hitamnya. Karena pada akhirnya bermunculan pena-pena lain yang memiliki banyak warna dan membuatnya menjadi indah.

Bagiku, kehidupan semua manusia di muka bumi ini bagaikan kertas. Awalnya bersih tetapi semakin hari semakin dipenuhi goresan pena. Tak terasa usia pun semakin bertambah. Hingga usiaku sekarang misalnya, entah masih ada ruang putih yang tersisa atau tidak. Artinya, gak ada manusia yang benar-benar bersih. Aku yakin. Gak ada satu manusia dewasa pun yang tak pernah berbuat kesalahan. Semuanya pasti pernah melakukannya.

Hari ini, Boy memberikanku penjelasan atas semua perbuatannya di belakangku. Dari yang masuk akal hingga yang tidak bisa aku terima sekalipun keluar dari mulutnya, tapi pada akhirnya aku berusaha memaafkan dia. Paling tidak usaha itu masih kulakukan sampai saat ini. Aku mungkin akan jadi bahan hujatan banyak orang kalau mereka tahu kehidupanku bersama Boy karena aku telah memaafkan Boy. Tetapi seperti yang aku bilang, apa iya manusia-manusia dewasa itu kehidupannya masih seperti kertas kosong? Rasanya mustahil ada orang yang hidupnya masih bersih. Maka dari itu, aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri. Berusaha melihat sisi lain dari semua perbuatan Boy itu. Toh aku juga bukan seorang yang bersih. Mungkin lebih banyak sakit yang kurasakan. Seperti halnya pena hitam itu. Tetapi aku yakin bahwa selalu ada pena berwarna warni yang tersisa di balik semua itu. Maksudku, Boy dan aku pasti masih bisa merasakan kehidupan yang bahagia. Aku memberikannya kesempatan kedua. Aku harap itu menjadi pemacu Boy untuk semakin baik lagi ke depannya jika memang dia benar-benar sayang padaku.

Sementara itu, di sebelahku seseorang sedang duduk dalam keadaan mabuk. Ia nampak kacau sekali malam ini. Entah apa penyebabnya. Yang pasti aku sedang dalam perjalanan mengantarkannya pulang ke apartemen dia di temani Boy yang mengikuti ku dengan mobilnya di belakang.

Sesampainya di apartemen, Boy langsung melucuti pakaian pria mabuk bernama Pras ini hingga menyisakan brief-nya saja. Sementara aku bertugas membersihkan tubuhnya. Lalu dia diangkat ke kasur. Tepatnya di kamar yang pernah aku tempati ketika aku menginap di sini karena kamar dia terkunci dan aku gak tahu dimana ia menyimpan kunci kamarnya itu.

Sebelum aku dan Boy meninggalkan Pras, ia mengucapkan sesuatu yang sontak membuat aku dan Boy saling bertatapan. Alvin, adalah nama yang tiba-tiba saja terucap di bawah ketidaksadaran Pras.

Aku tidak mengerti. Siapakah Alvin yang Pras maksud? Kalau itu memang Alvin yang lain, kenapa harus secara kebetulan dia kenal seseorang yang bernama sama dengan orang yang aku kenal. Tetapi yang membuatku semakin penasaran, Pras menyinggung soal orientasi ku sebagai seorang gay. Ini sudah jelas jika bisa jadi Alvin yang disebut oleh Pras adalah orang yang sama dengan Alvin yang aku maksud. Pertanyaannya, kenapa Pras bisa kenal Alvin? Sepengetahuanku, Alvin gak pernah sekalipun menyinggung temannya yang bernama Pras padaku. Lalu, siapa Pras ini sebenarnya?

"Apa si Pras sedang membicarakan si brengsek Alvin itu?" Boy buru-buru menarikku keluar dari kamar.

"Aku juga gak tahu. Tapi dia tadi sempat menyebut namaku. Bahkan dia kayaknya puas banget tahu jika aku ini gay"

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang