Dalam lelah, kulangkahkan kaki menuju apartemen di lantai 25. Malam ini seperti pesan singkat yang aku terima dari Denis, ia bakal datang ke apartemen untuk mulai bekerja.
Padahal tanggal satu masih sisa sehari lagi. Seharusnya esok lusa Denis baru datang. Tapi ya sudahlah, apa bedanya tanggal satu sama sekarang. Ujung-ujungnya dia tetap tinggal bareng.Seperti hari-hari sebelumnya, Boy sudah duduk manis di sofa menjamuku pulang kerja. Hal-hal sederhana mulai dari mengecup keningku, lalu memberikanku segelas air putih adalah bentuk perhatian yang begitu berarti bagiku.
Tapi sepertinya ada yang berbeda malam ini. Hidungku dengan sangat yakin mencium aroma masakan. Apa iya Boy sudah masak?Aku pun segera melangkahkan kaki menuju kitchen area. Benar saja. Beberapa masakan sudah terhidang di atas meja.
"Wihh... Masak Pak haji? Kayaknya enak nih" Aku langsung mendekatkan hidungku dan mengepulkan asap panasnya dengan tanganku. Pantas saja dari sejam yang lalu Boy menanyakan terus kapan aku pulang.
"Kok Pak Haji sih?" Boy berjalan mendekatiku.
"Becanda doang, ya elah... By the way apaan nih?" Tanyaku mulai penasaran.
"Perkenalkan ini Lapu-Lapu Escabetche" Boy menunjukkan tangannya pada ikan yang dilumuri saus.
Bahkan aku gak bisa mengingat sekali lagi nama menu itu. "Hah? Apa namanya barusan?"
"Intinya ini ikan kerapu asam manis" jawab Boy.
"Okey..." Aku sedikit mengangguk-anggukkan kepala sok mengerti.
"Kalau ini tumis apa nih?" Lanjutku menunjuk satu piring lainnya.
"Bukan tumis dong sayang.. ini namanya Labong?"
"La.. bong?" Aku mengerutkan dahiku ke arah Boy
"Oke aku jelasin satu-satu ya. Kedua masakan ini adalah masakan khas Filipina. Yang tadi ini Lapu-lapu Escabetche atau ikan kerapu asam manis. Biasanya masakan ini populer kalau perayaan natal dan tahun baru. Lihat saja masakannya kan penuh warna. Kalau di Filipina ini salah satu masakan yang cukup mahal dan rasanya masih jadi primadona hingga sekarang. Nah... Kalau ini Labong. Pada dasarnya sih Labong ini campuran dari rebung dan rempah-rempah tapi umumnya di Filipina ini sebagai sayuran. Tadinya sih mau ada satu lagi. Ayam pochero. Tapi gak akan keburu kalau masak itu" jelas Boy mendetail.
"Widih... Mantap... Jadi kamu bisa masak juga ternyata.." gurauku.
Boy langsung menggelengkan kepalanya.
"Lah, terus? Ini beli?" Aku menatapnya penasaran.
Boy kembali menggelengkan kepalanya sambil senyum-senyum kecil.
"Jadi?" Aku mendekatkan wajahku.
"Papa mertuamu yang masak hehe" ungkapnya pelan.
Papa mertua?
Aku jadi excited seketika mendengarnya. Kalau benar Papa Boy sedang ada di sini, aku akan langsung memeluknya dan berterima kasih. Tentu bukan karena makanan ini saja, lebih dari itu atas kebaikannya selama ini. Terutama karena sudah mengizinkanku tinggal di apartemen ini secara gratis."Maksudnya? Papa kamu di sini?" Tanyaku coba meyakinkan sekali lagi.
"Enggak... Jadi tadi sore tuh Papa nelepon katanya pulang kerja mau mampir, kan belum pernah ke sini sejak kita tinggal di sini. Papa kan jago tuh masaknya, dia ke supermarket dulu belanja terus masak di sini. Tadinya pengen makan malam bareng kamu, eh kamunya lama. Makanya dari tadi aku nanyain kamu pulang jam berapa. Kamunya bales 'bentar lagi-bentar lagi' mulu. Ya udah Papa pulang karena udah malem juga" papar Boy sedikit membuatku kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUST for LOVE (2)
Não Ficção[LOVE or LUST: Season 2] - [COMPLETED] _____________ ✔ FOLLOW terlebih dahulu sebelum membaca karena akan ada beberapa chapter yang di private dan hanya terbaca jika sudah follow. ✔ LUST FOR LOVE adalah buku ke 2 sebagai lanjutan dari cerita LOVE or...