33 - MISTERI SANG PENEROR

2.4K 247 104
                                    


Jumat pagi aku sudah selesai berolahraga. Lalu membuat sarapan seadanya dengan beberapa lembar roti tawar yang kuberi selai nanas. Tentu selalu ada teh hijau hangat yang menemani pagiku.
Di luar sana, Jakarta sudah mulai terasa gerah meski awan sepertinya mengisyaratkan kalau sepanjang hari ini akan mendung.

Entahlah. Aku gak begitu peduli sebenarnya dengan cuaca gak jelas Ibu kota ini.

Waktu sudah menunjukan jam setengah tujuh. Ada kurang lebih dua jam untuk video call dengan Boy. Kebetulan hari ini adalah jadwalku berkomunikasi tatap muka dengannya.

Maka dengan segera kunyalakan iPad dan langsung menghubungi Boy melalui aplikasi Skype.

Gak perlu menunggu lama, Boy sepertinya sudah tahu jika aku akan menghubunginya. Terlihat dari sambungan Skype yang langsung diterimanya.

"Baby...!! Kenapa lama banget baru hubungi aku?" Boy berteriak di sana.

Ia hanya mengenakan singlet putih yang memperlihatkan otot-ototnya begitu seksi.

"Gak usah manja deh. Aku baru beres olahraga. Lalu ini lagi makan roti" aku menunjukan sisa gigitan rotiku pada Boy.

"Kangen deh sama masakan kamu" ujarnya.

"Kangen masakannya doang?" Aku melotot padanya.

"Kamunya juga dong sayang..."

"Boy tiga hari lalu waktu kita video call kamu masih bersih. Kenapa sekarang brewoknya gak dibersihin?" Tanyaku saat melihat area menghitam di wajahnya.

"Males yang... Biarin lah... Biar tambah macho hehe"

"Justru kamu jangan macho-macho. Nanti banyak yang suka lagi"

"Tenang sayang... Selama matahari cuma satu, hanya kamu matahari yang menyinari hatiku. Gak ada yang lain" ujarnya sambil mengedip-ngedipkan mata membuatku geli.

"Gombalnya kayak goreng jangkrik tahu gak?"

"Maksudnya?"

"Gaaaring!" Aku berdiri dari dudukku untuk mengambil minum.

Gak lama setelah itu kembali ke hadapan iPad yang masih tersambung pada Boy.

"Oya, jadi dari terakhir kita video call, kamu udah berapa kali coli?" Tanyaku sontak membuat Boy melonggo.

"Jesus! Really? Masa nanya itu?"

"Jawab aja..."

Boy nampak berpikir sesaat.
"Emm...tiga. Hehe"

"Bohong banget! Kemarin aja di chat kamu izin coli ke tiga kalinya dalam tiga hari. Gak yakin hari ini belum coli" sanggahku buru-buru.

"Hehe... Iya deng. Tadi pas bangun coli lagi. Maaf ya beib..." Boy mengatupkan kedua tangannya membuatku memutar bola mata.

"It's okey selama gak dicoliin orang lain. Dan jangan sering-sering juga loh, gak bagus. Sperma kan diproduksi setiap lima hari sekali. Paling enggak kalau mau coli lima hari sekali gitu. Ini dikuras aja tiap hari" jelasku.

"Iya.. iya... Kayak kamu gak tiap hari aja"

"Eitss... Jangan sembarangan ya... Aku gak coli tiap hari"

"Tapi tiap malem haha"

"Nyebelin kamu tuh! Kamu kapan sih pulang? Aku stress nih di sini" aku melipat kedua tanganku di atas dada.

"Akhir tahun aku baru pulang. Maaf yaa... Tahu sendiri awal perkuliahan sibuk banget" ujarnya.

"Iya gak apa-apa deh. Tapi aku kangen bangeeeet...."

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang