Pertunangan mbak Lea dengan Raymond baru saja selesai digelar. Suasana hangat antara dua keluarga dan kerabat dekat masih memenuhi ballroom salah satu hotel di kawasan pusat Jakarta mengingat Mbak Lea tidak memiliki rumah di ibu kota. Berhubung sudah tidak ada kepentingan lagi, maka aku dan Boy memilih untuk pulang. Pun dengan Pras yang juga diundang pada acara keluarga ini. Dia juga keluar dari hotel dan langsung meninggalkan kami dengan cepat.
Waktu baru saja menunjukan jam empat sore, aku meminta Boy untuk mengantarku melaksanakan shalat ashar dulu gak jauh dari hotel ini. Setelah itu entah kenapa aku seperti terdorong untuk mengajak Boy ke Jakarta Barat. Tepatnya ke daerah Kemanggisan. Boy pun menyetujuinya. Hingga beberapa puluh menit kemudian, kami telah tiba di depan sebuah kost-kostan di kawasan Jalan Sandang.
"Ngapain sih kita balik ke sini?" Boy mematikan mesin mobilnya.
"Aku hanya ingin mengingat soal kejadian waktu kita pertama kali bertemu aja" balasku santai.
"Untuk buku yang mau Pras tulis itu?" Tanya dia.
Aku menganggukan kepala.
Tadi malam ketika Boy kembali ke Jakarta, aku menceritakan semua yang aku diskusikan pada Pras di malam natal itu pada Boy. Bahkan seperti yang Pras minta, aku juga jujur pada Boy kalau sempat lepas kendali dengan mencium Pras. Awalnya Boy langsung terbakar api cemburu. Tapi setelah kujelaskan perlahan dan bilang kalau Pras juga terlihat kecewa padaku, Boy pun mengerti. Maka mnurut Boy gak heran kalau sikap Pras di acara pertunangan Mbak Lea tadi agak dingin padaku. Ditanya soal Bagas pun hanya menjawabnya singkat kalau pacarnya itu masih di rumah orang tuanya. Bahkan ketika meninggalkan hotel pun, dia hanya berpamitan pada Boy dan hanya melirikku sesaat.
Kami pun segera turun dan langsung menghampiri pos jaga. Ada Kang Beni di sana sang penjaga kost yang kebagian jaga siang.
"Hei... Joseph ya? di mana sekarang? Udah lama gak lihat" Beni langsung menjulurkan tangannya pada Boy yang langsung ia balas. "Hai Kang. Di Menteng Atas"
"Nah kamu juga kost di sini kan? Duh saya lupa nama kamu" Kang Beni menjulurkan tangannya padaku sambil Nampak berpikir.
Aku langsung membalas jabatan tangannya "Putra Kang"
"Oh iya Putra... kost di mana sekarang?" Tanya dia.
"Bareng sama dia" aku melirik ke arah Boy.
"Oh.. iya-iya..."
"Kamu gak mudik natal?" Tanya Kang Beni selanjutnya pada Boy.
"Mudik. Tapi semalam langsung ke Jakarta lagi" jawab Boy seadanya.
Aku reflek memutar bola mataku. Rasanya seharian ini entah sudah berapa banyak aku mendengar orang bertanya mudik atau enggak sama Boy. Aku tahu, kalau hari ini masih dalam suasana natal. Boy mungkin seharusnya masih di rumahnya. Tapi seolah orang-orang yang kami temui itu heran melihat yang merayakan natal tidak bersama keluarganya.
"Oh ya Kang, kami ke sini mau ada perlu ke atas boleh?" aku buru-buru mengalihkan pembicaraan mereka.
"Mau kost lagi di sini?" Tanya dia terlihat antusias.
Boy langsung menjawabnya cepat. "Bukan, dia mau..."
"Ada perlu sama orang yang sekarang mengisi kamar bekas gua. Kebetuan dia teman gua" potongku segera.
"Oh... iya silahkan naik aja"
Aku pun buru-buru naik diikuti oleh Boy.
"Kamu kenapa..."
"Kamu jangan bilang aku mau deskripsiin tempat ini buat bahan tulisan Boy. Dia nanti gak bolehin gimana? Lagian aku juga ke sini bukan untuk itu. Kan yang mau nulis si Pras. Dan aku rasa dia udah hafal soal kostan ini kayak gimana" timpaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUST for LOVE (2)
Non-Fiction[LOVE or LUST: Season 2] - [COMPLETED] _____________ ✔ FOLLOW terlebih dahulu sebelum membaca karena akan ada beberapa chapter yang di private dan hanya terbaca jika sudah follow. ✔ LUST FOR LOVE adalah buku ke 2 sebagai lanjutan dari cerita LOVE or...