41 - LUST IS LUST

2.9K 268 195
                                    


"Sayang, jangan turun dulu!" Boy segera menarik tanganku ketika aku hendak membuka pintu mobil. Aku menatapnya tanpa bertanya apapun mengenai alasan dia melarangku untuk turun.

Kulirik jam di ponsel yang sedang kupegang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat delapan menit. Kami baru saja tiba di apartemen setelah makan malam dan berbelanja. Sebenarnya dari sejak sejam yang lalu aku sempat meminta Boy untuk pulang. Entah kenapa rasanya aku ingin segera tiba di apartemen. Namun Boy malah masuk ke toko elektronik dan entah mencari barang apa. Alhasil gak ada satu jenis barang elektronik pun yang ia beli. Maka aku segera mengajaknya pulang. Sekarang, ketika kami baru saja tiba dia malah menahanku untuk turun.

Dalam sekejap, wajahnya sudah semakin dekat menghadap mukaku. Aku mengerti sekali apa yang mau dia lakukan. Dengan tanpa basa basi lagi kudekatkan bibirku hingga akhirnya menyentuh bibirnya yang sudah sangat siap menantikan bibirku. Kami pun berpagutan mesra satu sama lain. Gak peduli juga apakah ada yang akan lihat atau tidak. Lagin basement jam segini juga sepi sehingga kecil kemungkinan untuk orang lain melihat aksi kami.

"Hmmpphh...beib..." desah Boy melepaskan ciumannya.

Detik berikutnya ia membuka satu persatu kancing kemeja yang ia kenakan lalu kembali menciumku.

*Kring... Kring...*

Sial.

Siapa yang berani menelponku di jam malam seperti ini?

Aku gak peduli. Nafsuku sudah terbawa oleh permainan yang Boy berikan. Kuabaikan panggilan masuk itu dan kembali berciuman. Bahkan aku juga membantu Boy membuka kemejanya.

*Kring... kring... kring...*

Ponselku kembali berbunyi.

"Arggh! Siapa sih?!" Geram Boy melepaskan bibirnya dariku.

"Coba angkat dulu beib. Ganggu aja" sambungnya kesal.

Kuambil ponsel yang tadi kusimpan di dashboard mobil sebelum berciuman.

"Mbak Lea?" gumamku.

Boy langsung melihat layar ponselku. "Hah? Mbak Lea? Ya udah angkat aja siapa tahu ada penting"

Tanpa berlama-lama lagi aku langsung mengangkat panggilan masuk itu.

"Hallo Mbak?" sapaku cepat.

"Putraaaa... lo lama banget angkat telepon gue. Lagi ngapain sih...?" teriak Mbak Lea dari sebrang telepon. Bahkan aku sampai menjauhkan ponselku dari telinga saking kerasnya.

"Emm... maaf Mbak, anu... gua lagi..."

"Gue bentar lagi nyampe apartemen lo ya!"

"HAH? APARTEMEN GUA?" aku sontak kaget mendengarnya.

"Iyaaa... gak usah kaget gitu deh..."

"Tapi mau ngapain?"

"Ini soal kerjaan, gue mau minta tolong sama lo"

"Kerjaan?"

"Udah ya gue tutup. Nanti gue jelasin aja di sana"

Tut!

Telepon itu terputus sebelum aku mengerti apa yang Mbak Lea ucapkan.

"Kenapa? Kamu kayaknya kaget gitu yang" Boy mengusap pipiku.

Aku menatapnya sesaat. Lalu kubuka segera pintu mobil. "Yuk buruan turun. Mbak Lea lagi jalan ke sini. Bentar lagi nyampe katanya"

"Ke sini?"

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang