39 - KEBENARAN

3K 265 215
                                    

"Aku tahu jalan cinta kami ini salah, tapi aku yakin tidak ada yang salah dengan kesungguhan cinta yang terjadi di antara kami berdua. Semuanya nyata, semuanya berdiri di atas ketulusan dan cinta yang begitu besar" ~ Putra #LUSTforLOVE

=================

Pagi ini apa yang namanya kedamaian, kesejukan dan bahkan awal yang seharusnya ditandai dengan keharmonisan hilang sudah. Yang tersisa hanya polemik di atas asmara yang semakin memanas. Perdebatan panjang tentang apa yang Boy lakukan di belakangku telah menuai emosi yang berkepanjangan. Tetapi jawaban belum juga terlontar dari mulutnya terkait perselingkuhannya itu dengan Bagas.

Pras dan Bagas sendiri bahkan telah berada di tengah-tengah kami. Situasi makin tidak menentu pada akhirnya. Boy memutar balikan semua yang aku lontarkan padanya dengan menyinggung soal hubunganku bersama Pras yang jelas-jelas tidak lebih dari sekedar teman biasa. Nafsuku semakin menjadi. Apalagi ketika melihat Bagas yang sama menyebalkannya dengan Boy. Ia juga tak mau buka mulut.

"Kita gak pernah selingkuh Put.!" Serbu Bagas membentak.

"Terus ngapain jalan sama Boy, Gas? Semenjak Boy di Indo, yang gua tahu aja kalian udah jalan empat kali. Padahal Boy baru seminggu loh di sini. Atau jangan-jangan sebenarnya kalian jalan tiap hari? Iya? Lo tahu Boy pacar gua setidaknya lo izin sama gua kalau mau jalan sama dia. Ini apa? Kalian pergi berduaan disaat gua lagi kerja. Apa namanya kalau bukan perselingkuhan?" aku menatap mata Bagas tajam penuh amarah.

*Tok tok tok!

Suara ketukan pintu itu tiba-tiba saja membuyarkan pertikaian di antara kami.

"Siapa lagi sih Boy yang kamu undang?" tanyaku sedikit bernafsu. Boy gak menjawabnya. Ia langsung berjalan menuju pintu.

Aku, Bagas dan Pras jadi terdiam sesaat hingga terdengar Boy membukakan pintu.
Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat seseorang yang meuncul di tengah-tengah kami. Dengan wajah terlihat penuh amarah itu ia berjalan begitu cepat memasuki apartemen. Tepatnya ia berjalan ke arahku. Aku belum pernah bertemu secara langsung dengan dia sebelumnya. Tetapi aku jelas begitu mengenalnya. Hingga akhirnya dia sudah berdiri di hadapanku dengan mata setengah melotot. Lalu...

PLAK!

Ia menampar pipiku.

Diluar dugaan. Tamparannya gak sekeras yang aku bayangkan. Meski sedikit terasa sakit, tapi gak lama langsung hilang karena tamparan itu hanya menggunakan ujung jari-jarinya yang sedikit sekali mengenai bagian bawah pipiku. Bukan dengan telapak tangan yang seluruh permukaannya mendarat di pipiku. Kendati demikian, aku dibuat terkejut tidak hanya dengan tamparannya itu, tetapi juga dengan kemunculannya yang secara tiba-tiba.

"Masih berani lo di sini?!" bisiknya tegas bernada bentakan.

Aku masih dengan napas yang tertahan dan mulut yang setengah menganga, "James..." lirihku.

"Kenapa untuk ngusir orang kayak lo aja gua harus terbang ke Indonesia hah? Lo anggap semua peringatan yang gua kasih selama ini sebuah mainan?" ia menarik paksa bajuku. "Jangan terlalu percaya diri untuk bisa melawan apa yang gak gua suka, Putra!" lanjutnya.

"Lepasin James!" aku segera menyingkirkan tangannya.

James masih melotot ke arahku. "Angkat kaki saat ini juga sebelum..."

"Oke! Gua juga udah muak berada di tempat ini!" potongku sembari mendorong tubuhnya agar mundur sedikit dari hadapanku.

Ia tersenyum sinis sambil melipat kedua tangannya di dada. "Good! Sudah sepantasnya or.."

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang