11 - CINTA ATAU NAFSU?

3.6K 230 143
                                    


Di suatu malam, di sebuah sepi, aku mulai kebingungan. Ketika bulan bersembunyi di balik sisi gorden sebuah apartemen dimana aku berada sekarang.

Hanya televisi berlayar datar dengan suguhan acara komedi luar tengah malam lah yang menemani sepi ku kini. Bahkan suara yang dikeluarkan dari TV itu pun nyaris tak terdengar. Karena aku juga tak begitu tertarik dengan acara di TV itu sebenarnya. Tapi paling tidak, ada gambar bergerak yang masih bisa menemaniku menunggu rasa kantuk selanjutnya datang.

Jam menunjukkan pukul 01.12 dini hari.

Bagaimana mungkin aku bisa tidur setelah seharian terlelap lalu bangun hampir jam 11 malam. Itu juga dibangunkan oleh Pras sepulangnya dia dari kantor. Padahal, aku berharap sekali jika obat paracetamol hingga obat sakit kepala yang aku konsumsi setelah makan bubur 2,5 jam yang lalu itu akan memberikan efek ngantuk. Faktanya tidak sama sekali.

Ada beberapa judul buku yang sedikit mencuri perhatianku dari sederet judul buku yang tersusun rapi di rak buku yang berada tepat di belakangku ini. Salah satunya buku karya Antoine de Saint-Exupéry. Aku cukup tahu siapa pengarang buku itu dan sempat ingin membacanya dengan harapan agar bisa ngantuk secepatnya. Tetapi niat itu ku urungkan karena aku lebih menginginkan berada dalam gelap. Pantulan cahaya yang dihasilkan dari TV itu sebenarnya cukup untuk aku membaca buku. Apalagi cahaya bulan itu masih menyisakan sedikit terang yang menyelinap lewat kaca dengan sebelah gorden yang sengaja aku buka. Tetapi aku harus mau menanggung resikonya. Mataku akan rusak membaca buku di bawah gelap dengan pencahayaan seadanya.

Jauh di dalam hati sana, ada keinginan besar agar aku bisa membagi semua beban yang memenuhi pikiranku saat ini pada Pras. Tapi aku tahu jika dia pasti sangat kelelahan. Bekerja seharian ditambah ada live itu sangatlah menguras tenaga dan pikiran. Sehingga aku tidak mau menganggu jam istirahatnya ketika jam setengah 12 tadi Pras berpamitan untuk pergi ke kamarnya. Pras juga sempat menyuruhku untuk segera tidur secepat mungkin. Apalagi dia tahu jika aku lagi tidak benar-benar sehat.

Di sisi lain. Aku kembali berpikir. Kalau pun Pras tidak pergi ke kamarnya untuk tidur, aku juga tidak yakin apa dia mau mendengarkan setiap ceritaku atau tidak. Tapi jujur saja, sebelum itu terjadi, aku sudah bingung duluan. Apa iya aku mau menceritakan masalah-masalah yang menimpaku pada Pras? Setidaknya dalam setahun ini. Karena ketika aku bercerita otomatis dia akan tahu siapa aku. Maksudku soal orientasi ku saat ini. Mending kalau Pras orangnya terbuka, nah kalau ia ternyata seorang homophobic? Celaka aku. Bisa-bisa aku tidur di trotoar malam ini karena diusir secara hina olehnya. Duh, amit-amit. Aku jadi mengetuk kepalaku berkali-kali.

Aku masih membaringkan tubuhku di atas sofa sambil memandang langit malam yang begitu sunyi itu. Mencoba metafakuri setiap hal yang terjadi akhir-akhir ini dalam hidupku. Sungguh tempat ini adalah tempat yang paling aku suka sekarang. Mana bisa aku melakukan hal seperti ini di kostan. Memutar ulang perjalanan hidupku dari yang sedih hingga paling membahagiakan sambil menatap ke langit malam. Semua krikil hidup itu kalau ditafakuri lebih jauh ternyata indah juga. Membuat hidup jadi lebih berwarna. Benar kata pepatah bilang: Kalau kehidupan semua orang itu bahagia seterusnya, gak ada estetika yang bisa diambil dari yang namanya hidup.

Ah, Tuhan benar-benar luar biasa mengatur hidup manusia ini. Kata siapa Tuhan tidak adil? Justru Tuhan begitu adil. Lihat saja, kalau semua orang itu kaya, gak akan ada penjual pakaian, penjual makanan, bahkan penjual rumah dan apartemen seperti ini karena sudah kaya. Jika semua orang sehat, gak akan ada dokter hingga rumah sakit bahkan perusahaan obat, artinya banyak sekali profesi yang hilang dengan tidak adanya orang sakit. Pun ketika semua orang bahagia, gak akan ada yang namanya bangkit, rasa semangat, sikap memotivasi hidup, bahkan gak ada lagi yang mau belajar dari kehidupan karena semua orang sudah bahagia. Banyak sekali keadilan lainnya yang Tuhan ciptakan. Semua masalah dan kesedihan yang aku alami hingga sejauh ini, itu semua merupakan bentuk keadilan yang Tuhan berikan agar kehidupanku berwarna.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang