"Loving you,
That's all I want to do.
Every day, and every hour, baby.
Don't you look no more.
Love without a limit
My love is yours.."Entah sudah berapa kali lagu dari Mary J. Blige itu terulang di playlist Spotify komputerku. Yang pasti terakhir kali aku melihat playlist itu ada 55 list lagu yang dibuat oleh Spotify bertema "Love without Limit".
Aku sudah duduk di kursi kerjaku sejak jam delapan malam sepulangnya dari kantor. Sebuah meja kerja berukuran tidak terlalu besar yang kutempatkan gak begitu jauh dari ruang televisi dan menghadap ke arah luar.
Kaki dan pundakku jujur saja sudah terasa sangat pegal. Tapi bahkan aku gak berani melihat ke arah jam di sudut layar laptopku saking berharap jika pagi masih sangat jauh.
Hari ini banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan. Terkadang aku suka merasa seperti pekerja kantor perpajakan atau finance kalau sudah lembur seperti ini. Bayangkan saja, ada setumpuk dokumen yang mustahil bisa aku kerjakan dalam tiga hari dan semuanya itu justru harus selesai dalam tiga hari itu. Termasuk hari ini. Artinya sisa dua hari lagi.
Permasalahannya, aku ini production assistant di bagian produksi. Kenapa harus jadi mengolah banyak dokumen seperti ini? Entahlah. Aku juga tidak bisa menolaknya sebelum posisiku menjadi seorang bos. Menolak artinya tamat karirku.
Di dalam kamar, Boy asik sendiri dengan game di ponselnya. Terakhir kali aku melihatnya jam sembilan ketika aku hendak mengambil beberapa botol minum supaya gak perlu bulak-balik ke dapur kalau haus. Ia masih terlihat begitu serius sambil berbaring di atas kasur. Aku tak yakin jika sekarang ia masih dengan ponselnya. Karena suasana sudah berubah menjadi begitu sepi entah sejak berapa jam yang lalu. Paling-paling ia sudah berkelana di dalam mimpinya.
Baru saja kuregangkan tubuhku, aku dikagetkan oleh sahutan Biy dari dalam kamar.
"Beib... What time is it?" Ia berteriak setengah lantang.
Aku pikir Boy sudah tidur. Atau sebenarnya dia terbangun?
"Yaa... Dikit lagi kok.." jawabku keras.
"Kamu masuk pagi sayang...." Sahutnya lagi sedikit menurunkan nada bicaranya.
"I know..." Balasku acuh.
"Ya udah matiin laptopnya. Tidur sekarang" pinta Boy membuatku mengerutkan dahiku sesaat.
Lalu kembali memainkan jariku di atas keyboard.
"Kamu tidur lagi aja, it's oke kok"Gak ada suara lagi yang Boy teriakan padaku. Hingga Tiba-tiba saja Boy memelukku dari belakang. "Udah hampir jam satu ini sayang... "
Cup!
Dia mengecup bahuku kemudian.
Aku masih fokus menatap ke layar laptop. "Tapi harus segera diberesin ini..."
"Harus banget?" Tanya Boy.
Aku hanya menganggukkan kepala.
"Malam ini?" Bisiknya.
Aku segera membalik kursi kerjaku. Lalu menengadah menatap wajah Boy sambil memegang kedua pipinya. "Gak sih... Tapi ini banyak banget kerjaan harus beres dalam tiga hari. Kalau gak dicicil gak akan selesai"
"Dengan mengorbankan kesehatanmu?" Dia mengusap rambutku.
"Gak lah... Aku gak bakal sakit hanya gara-gara begadang seperti ini. Kan gak tiap hari" aku kembali memutar kursi menghadap laptop.
"Tapi sering" ujarnya bernada meledek.
Aku kembali berbalik dan menatapnya.
"Boy. Come on, kamu mengerti ya... Kamu tidur duluan aja gak apa-apa. Aku janji maksimal sampai jam dua. Abis itu langsung tidur"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUST for LOVE (2)
No Ficción[LOVE or LUST: Season 2] - [COMPLETED] _____________ ✔ FOLLOW terlebih dahulu sebelum membaca karena akan ada beberapa chapter yang di private dan hanya terbaca jika sudah follow. ✔ LUST FOR LOVE adalah buku ke 2 sebagai lanjutan dari cerita LOVE or...