36 - THE END OF US

2.8K 261 128
                                    

Hujan yang sedari pagi mengguyur ibu kota paling tidak telah menyumbangkan kelembapan sebanyak 1,5 persen dari suhu normal Jakarta pada musim panas saat siang hari. Sedikit memang. Tapi seperti yang diberitakan tim perkiraan cuaca tadi pagi kalau Jakarta hari ini akan bertahan di suhu rata-rata 28 hingga 31 derajat celcius saja. Gak beda jauh disaat tidak turun hujan yang berarti rasa gerah masih akan tetap terasa.

Seperti saat ini misalnya. Bahkan awan hitam masih menggantung di atas gedung-gedung tinggi pusat perkotaan kawasan Senayan. Tetapi aku tidak merasakan dingin sedikitpun. Jelas itu bukan karena menu Spicy Ramen yang kusantap habis beberapa menit yang lalu, tapi Jakarta memang belum bisa menurunkan suhunya lebih dingin lagi.

Aku sedang duduk di hadapan produserku yang terlihat baru saja mengeksekusi suapan terakhir dari Salmon Teppanyaki Rice sebagai menu makan siangnya hari ini. Sementara di bawah sana riuh kendaraan yang memadati sekitaran FX Sudirman masih saling bersahutan satu sama lain. Jam makan siang memang selalu lebih padat apalagi ini adalah hari Sabtu. Kebanyakan orang selalu memilih makan siang di luar. Seperti aku dan Mbak Lea, dari sejak pagi ia telah memintaku untuk makan siang di luar hingga mendaratlah kami di sini. Aku sempat penasaran mengingat dia yang sedang banyak sekali pekerjaan harus makan siang yang jaraknya cukup jauh dari kantor. Rupanya Mbak Lea mau memberitahu kabar gembira padaku.

Aku cukup lama juga gak ngobrol atau menghabiskan waktu bareng Mbak lea sehingga aku luput dari informasi kalau ternyata Mbak Lea sedang dekat dengan seorang pria yang bukan pegawai televisi. Aku senang sekali mendengarnya. Terlebih ketika Mbak Lea tidak hanya menjelaskan soal kedekatannya saja, melainkan soal rencana pria bernama Raymond itu untuk melamarnya dalam waktu dekat. Makan siang jadi tidak terasa saking hanyutnya kami dalam obrolan itu.

*Kring...kring...kring...*

Sebuah telepon baru saja masuk ke ponselku.

"Pak Julian?" gumamku.

"ada apaan tumben? Angkat-angkat" kata Mbak Lea.

Aku segera mengangkatnya. Dan ternyata Pak Julian menyuruhku untuk segera ke ruangannya secepat mungkin. Masih ada waktu jam istirahat sebenarnya, tapi aku dan Mbak Lea memutuskan untuk segera meluncur ke StarTV.

Sesampainya di StarTV, aku langsung berlari menuju ruang Pak Julian dengan terengah-engah.

"huffh... siang... ada apa ya Pak?" aku langsung membuka pintu diikuti helaan napas panjang.

"Put, lo lagi banyak kerjaan gak?" Tanya Pak Julian terlihat santai.

Aku masih mengatur napasku. "gak begitu. Kenapa emangnya Pak?"

"sip! Kalau gitu saya mau minta tolong sama lo" ujarnya.

Aku belum memberikan tanggapan. Kemudian Pak Julian mengeluarkan sebuah map coklat dari dalam laci meja kerjanya. "Ini ada sebuah berkas yang harus saya kasihin ke teman saya" Pak Julian menyerahkan map itu yang langsung kuterima.

"Nah, tolong lo kasihin map ini ke dia, saya udah chat dia sejam yang lalu dan katanya dia ada di rumahnya karena Sabtu dia dapat jatah libur gak seperti saya hehe" lanjutnya.

"rumah?" aku mulai penasaran.

"iya. Dia gak di gedung ini. Dia ada di Kokas. Maksud saya dia gak di mall Kokas. Tapi di apartemennya" jelasnya tertahan di sana.

'Kasablanka? Apartemen? Teman Pak Julian? Jangan bilang kalau gua harus ke tempatnya Mas Galuh?' pikirku.

"nah, kenapa saya minta sama lo, karena sewaktu dia masih kerja di sini kan, lo cukup dekat sama dia. Lo juga kalau gak salah dulu suka main ke apartemennya" kata Pak Julian menambahkan.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang