25 - THE INSIDENT

2.6K 242 75
                                    


Semua kepanikan yang Bagas perlihatkan di apartemen sebelum aku dan Boy berangkat  ke bandara itu benar-benar telah membuatku semakin khawatir akan kabar dari Pras.

Sekarang, kekhawatiran itu semakin besar. Bagas sama sekali tidak mengangkat teleponku. Apalagi Pras, nomornya masih tidak aktif hingga sekarang.

Dengan cepat aku semakin melajukan kendaraanku di tengah jalanan Jakarta yang sudah tidak sepadat sore hari.  Hingga Beberapa puluh menit berikutnya aku telah sampai di apartemen tempat Pras tinggal.

'apa iya terjadi sesuatu dengan Pras? Apa dia sakit? Apa sekarang mereka di rumah sakit terus Pras kritis? Ya Tuhan... Ini sebenarnya apa yang terjadi?' aku keluar dari mobil dengan setumpuk pertanyaan negatif yang memenuhi kepalaku.

Baru saja beberapa langkah menuju lift, aku jadi teringat untuk menghubungi Mbak Lea. Iya. Kalaupun Pras mengalami sesuatu yang berhubungan dengan rumah sakit, pasti Mbak Lea akan tahu mengingat ada tunjangan dari kantor yang pasti akan Pras perlukan. Terlepas dari itu, Mbak Lea juga pasti akan memberitahuku.

Jariku segera menari di layar ponsel mencari kontak atas nama produserku itu.

"Ah, sial! Gak ada sinyal lagi di basement" umpatku ketika melihat tak ada satupun signal yang tertera di layar ponselku.

'okey Putra tenang... Jangan berpikir negatif dulu. Lo sebaiknya naik dulu ke atas dan pastikan apa yang sebenarnya terjadi' gumamku dalam hati berusaha tetap tenang.

Detik selanjutnya aku segera memasuki lift salah satu tower setelah berhasil meminta akses pada security di lift basement. Perasaanku masih diliputi kecemasan yang sangat besar.

Ting!

Pintu lift pun terbuka. Maka gak jauh dari situ langsung terlihat pintu kediaman Pras.

Huffhh....

Aku sempat mengelus dada sesaat sebelum kuberanikan kakiku melangkah. Dengan perlahan, aku semakin mendekati pintu itu.

Hingga tepat di depan pintu...

"Bismillahirrahmanirrahim..."

TOK TOK TOK!

Aku mulai mengetuk pintu itu dengan cepat. Tidak terlalu keras, tapi aku yakin kalaupun ada penghuni di dalamnya pasti masih bisa mendengar.

Gak ada jawaban selama beberapa saat. Kudekatkan telingaku ke pintu untuk memastikan jika ada orang di dalam sana.

Sepi. Tak ada jawaban sama sekali.

TOK TOK TOK!!

Kucoba sekali lagi.

Maka dengan sedikit lancang, aku langsung memegang gagang pintu itu. Entah kenapa aku hanya berharap jika pintu itu bisa terbuka.

Dan...

Klek...

'Gak dikunci?' pikirku.

Kutarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya kudorong pintu itu secara perlahan.

"Pras...? Bagas...?" Sapaku pelan.

Sedikit demi sedikit aku membuka pintu itu dan memasuki apartemen Pras.

Tapi sebentar. Sekalipun aku masih di lorong pintu, aku bisa melihat penampilan apartemen yang gak seperti biasanya.

Berantakan.
Ya, itu adalah kesimpulan sementara yang bisa aku lihat dari balik pintu tempat aku berdiri sekarang.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang