12 - S E P T A

2.9K 234 95
                                    


Ketika mentari menyeruak ke permukaan, aku masih dengan pakaian tidurku ketika berada di balik kemudi.

Pagi ini ketika Mama tahu jika aku pulang ke Bandung dari Kakakku, ia langsung memintaku untuk menjemputnya di rumah sakit. Awalnya, aku hendak menjemputnya menggunakan motor. Hanya saja, pagi Bandung selalu menyajikan udara yang lebih dingin dari perkiraan ku. Mungkin karena tubuh ini sudah beradaptasi dengan suhu Jakarta yang sebenarnya gak terlalu beda jauh untuk sekarang.

Tidak sampai setengah jam, aku sudah berada di RS. St. Borromeus. Aku sempat melihat keadaan Papa sebentar. Tetapi karena mama buru-buru, jadi aku segera mengantarnya dulu ke rumah.

Seperti dugaan ku, Papa gak mungkin hanya sebatas kolesterolnya naik kalau sampai dibawa ke Borromeus. Ternyata selain kolestrol, ada pembengkakan di bagian organ dalam tubuh Papa yang menyebabkan saluran pernapasannya terganggu. Aku sempat panik. Rasa takut yang begitu besar kalau misalnya itu akan berdampak jelek pada papa nantinya. Tetapi setelah mendengar penjelasan dari mama, aku lumayan bisa tenang. Papa akan baik-baik saja di kemudian hari. Katanya.

Jam setengah 9 selepas sarapan, aku pun siap berangkat kembali ke rumah sakit untuk menemani Papa di sana. Di antar oleh kak Tegar yang sekalian mau berangkat ke kantor. Sementara Mama berangkat ke kampus untuk ngajar menggunakan taksi karena beda arah.

Sebagian orang bilang kalau rumah sakit adalah tempat yang paling mereka hindari. Ada yang bilang gak suka dengan bau obat-obatan nya lah, ada yang menganggap rumah sakit itu seram lah, hingga masih ada orang yang gak suka dengan rumah sakit karena gak mau terkena aura negatif dari orang-orang yang sakit. Untuk alasan yang terakhir itu jujur saja aku kurang setuju. Karena bagiku sebaliknya, orang sakit dari sisi yang lain jika dilihat lebih jauh justru sedang mendapatkan kasih sayang dari sang Pencipta. Entah kenapa, aku selalu teringat terus dengan cerita papa ketika masih kecil. Kata papa, Tuhan menguji umatNya dengan cara yang berbeda. Sakit pun adalah sebuah ujian. Tuhan ngasih sakit kepada manusia bukan karena Tuhan benci pada manusia itu, tapi sebaliknya. Tuhan sayang. Dengan rasa sakit itu, katanya dosa manusia sedikit demi sedikit terampuni. Selain itu disaat sakit, manusia akan mengingat Tuhan jauh lebih dalam dibandingkan ketika ia sehat. Maka orang sakit itu pasti dikelilingi banyak malaikat. Entahlah.

Dari cerita itu, hingga hari ini aku tidak pernah merasa takut atau menghindari rumah sakit. Apalagi kalau dilihat-lihat, sebenarnya rumah sakit adalah tempat paling bersih menurutku. Secara aku ini lebih suka tempat yang bersih dan steril haha.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan hampir setengah dua siang. Ketika aku datang tadi, Papa sedang tidur. Lalu dibangunkan oleh perawat jam 12 siang untuk diperiksa sekaligus makan siang. Berhubung perutku yang sudah mulai bersahutan karena lapar, akupun izin ke Papa unuk keluar mencari makan siang terlebih dahulu sekalian shalat dzuhur setelah ngobrolngobrol cukup banyak. Papa mengizinkan aku pergi. Maka beberapa menit selanjutnya aku sudah berada di luar rumah sakit.

Sekalipun waktuku di Bandung hanya sedikit, tapi urusan kuliner selalu banyak tempat yang membuatku rindu untuk mencicipinya. Urusan rasa, kantin di Borromeous ini sebenarnya lumayan enak, tetapi aku benar-benar sedang tergiur untuk berburu makanan di luar rumah sakit.

Gak sampai 30 menit, kakiku sudah berada di jalan Dipati Ukur Bandung. Tepatnya aku sedang berada di sebrang salah satu Universitas ternama di Indonesia, Universitas Padjadjaran. Ada satu tempat makan dari deretan warung-warung dan tenda-tenda makanan di sekeliling UNPAD ini yang selalu aku datangi kalau aku pergi ke kawasan Dipati Ukur. Sebuah tenda di samping Monumen Perjuangan yang menjual ayam bakar. Rasanya sebenarnya sama kayak ayam bakar lainnya, tetapi ukurannya itu menurutku terlalu berlebihan jika dibandingkan ayam bakar lainnya. Alias gede banget. Tentu saja sebagai penyuka makanan pedas, ada sambal yang aku incar juga di ayam bakar ini yang menjadi alasan aku mendatangi tempat ini. Sambal goangnya. Yaitu sambal ulek yang dbuat secara mendadak dengan bahan-bahan yang semuanya mentah dan ditambah daun kemangi yang membuatnya jadi harum.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang