Dikala segerombolan kendaraan hampir semuanya tumpah ke jalan pada hari libur ini, aku bersama dua orang perempuan yang saat ini menjadi partner kerjaku ikut bergerilya di atas kemacetan jalanan Cikampek menuju bumi Pasundan.Tujuanku bukanlah untuk menemui keluargaku, melainkan mencari informasi terkait pesan gelap yang sampai di ponsel Putri beberapa bulan lalu. Meskipun aku gak bisa membohongi diriku sendiri jika ingin sekali menemui kekuargaku. Tapi seperti yang Kak Tegar bilang sebelumnya jika keadaan rumah lagi kurang memungkinkan untuk aku datang sekarang.
Seorang bernama Agus Suherman adalah orang yang akan kami tuju. Ia tinggal di kawasan Batu Nunggal, Bandung.
Melihat Putri dan Mbak Lea yang begitu semangat, rasanya aku gak boleh santai-santai saja menyikapi permasalahan ini.
Ini adalah masalah yang serius yang harus segera aku selesaikan. Mau sampai kapan aku mendapat teror terus? Bukankah setelah kasus pengeroyokan itu aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku sudah saatnya berbahagia? Ya. Aku butuh kehidupan yang bahagia dan tentram sekarang.
Selama perjalanan, kami saling melemparkan candaan demi candaan. Mengusir rasa suntuk akibat kemacetan yang luar biasa memusingkan. Kami ke Bandung menggunakan mobil Mbak Lea dan aku yang membawanya. Di sampingku duduk sang pemilik mobil, sementara Putri di belakang sendiri.
Di sela-sela candaan dan obrolan-obrolan sepanjang perjalanan, aku juga menceritakan semua yang sudah aku lakukan pada Alvin ke mereka. Meski awalnya mereka tersulut emosi, tapi lambat laun akhirnya mereka mau mengerti. Bahkan kami berencana untuk menjenguk Alvin dalam waktu dekat ini.
Sebenarnya aku cukup malas kalau harus pergi ke Bandung di hari libur. Tentu macet adalah jawabannya. Tetapi karena waktu kosong kami hanya hari ini maka mau gak mau kami harus pergi.
Setelah lima jam lebih, akhirnya kami bertiga sampai di kota yang hingga hari ini masih memiliki julukan Paris Van Java itu. Padahal jarak tempuh Jakarta ke Bandung seharusnya bisa dilalui hanya tiga jam saja untuk sekarang.
Aku pun langsung membawa mobil menuju salah satu kelurahan di Batu Nunggal.
Gak begitu sulit menemukan alamat yang kami cari berhubung aku orang Bandung. Hingga sampailah kita di sebuah pemukiman warga gak begitu jauh dari jalan besar.
"Lo yakin Put di sini?" Tanya Mbak Lea ketika aku baru saja menghentikan mobil.
"ya sesuai alamat yang dimiliki Putri sih harusnya di sini. Paling kita nanya ke warga aja letak rumahnya yang mana. Nanti juga ketemu" jawabku yakin.
Kami pun segera turun.
Setelah lebih dari lima belas menit bertanya kepada warga di kelurahan itu, akhirnya tibalah kami di depan sebuah rumah bercat hijau polet putih yang gak begitu besar tapi kalau dilihat-lihat sepertinya ini adalah bangunan baru. Nomor rumahnya sebenarnya berbeda dengan data yang dimiliki Putri, tetapi berdasarkan informasi warga jika rumah bercat hijau ini adalah rumahnya Bapak Agus Suherman. Semoga saja memang dia lah yang kami cari.
TOK TOK TOK!
"assalamualaikum, Punten..." aku mulai menyapa rumah yang cukup sepi itu.
TOK TOK TOK!
Putri mencoba mengetuk pintu.
"Put, lo yang ngomong ya nanti. Kan lo orang Bandung" pinta Mbak Lea padaku.
Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
Gak lama kemudian seseorang membukakan pintu dari dalam. Dan terlihatlah sesosok perempuan mengenakan kerudung kira-kira berusia tiga puluhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUST for LOVE (2)
Non-Fiction[LOVE or LUST: Season 2] - [COMPLETED] _____________ ✔ FOLLOW terlebih dahulu sebelum membaca karena akan ada beberapa chapter yang di private dan hanya terbaca jika sudah follow. ✔ LUST FOR LOVE adalah buku ke 2 sebagai lanjutan dari cerita LOVE or...