"Happy birthday..happy birthday.. happy birthday... Riana..."
"Yay... tiup lilinnya.. tiup lilinnya.. tiup lilinnya sekarang juga.. sekarang juga...sekarang juga..."
Dan seorang gadis dengan wajah innocent asli Indonesia, putih Ayu dengan rambut lurus sebahunya tersenyum dan memejamkan mata. Mengepalkan kedua tangannya di dadanya dan menyebutkan permohonannya yang terdalam.
'Tuhan.. setelah ini.. jagalah selalu keluargaku Tuhan.. Lindungilah mereka dari segala hal buruk.. dan kalau boleh.. pertemukan aku dengan pangeranku Tuhan.. yang akan kucintai dengan sepenuh hati... yang mencintaiku sepenuh hati... Satu lagi Tuhan... lancarkanlah segala sesuatunya, dan sebagai gantinya.. aku akan bersyukur atas segala karuniamu dan menjalani hidupku dengan lafazmu... Aammiinn...'
Wuh.....
Dan lilin yang berangka 18 tahun itupun padam diiringi sorak keluarga yang mencintai gadis innocent itu. Ariana Saraswati Wiyoto.
"Happy birthday sayang.. semoga anak mama makin cantik dan pintar." Ucap Nyonya Raila Wiyoto lalu mengecup pipi kiri putri cantiknya itu.
"Makasih ma."
"Selalu jaga diri. Papa ingin lihat anak papa sukses dengan usahanya sendiri, bukan karena embel-embel kamu anak tukang kayu hebat ini." Giliran Tuan Wiyoto yang mengecup pipi kanan anak gadisnya itu.
"Oh come on! Kak Riana itu bukan bayi. Gak usah cium-cium gitu kali." Protes si bungsu Farrel.
Riana langsung mengacak-ngacak rambut adik laki-laki satu-satunya itu. Usianya hanya beda dua tahun dengan Riana, dia genap berusia enam belas tahun sebulan yang lalu. Farel Antoni Wiyoto.
"Bocah tengik. Jaga mama sama papa ketika kakak di sini ya. Jangan main motor melulu. Dan belajar yang serius." Ucap Riana setelah membuat kesal adik semata wayangnya itu.
Di saat mereka sedang asik bercengkrama, datang seorang pria paruh baya yang menyapa Tuan Wiyoto. Riana dan ibunya tersenyum, mereka kenal juga siapa pria itu.
"Pak Wiyoto!" Sapanya dengan senyum yang ramah.
"Astaga. Pak Siswanto. Kok Anda bisa ada di sini?" Tanya Tuan Wiyoto yang terkejut melihat kolega perusahaannya itu.
"Saya mendampingi CEO kemari. Riana ulang tahun ya?"
"Iya om." Jawab Riana malu-malu.
"Wah selamat ya! Om wish you all the best."
"Terima kasih om."
Tak lama Siswanto berpamitan karena takut atasannya kesal karena terlalu menunggu.
"Pa. Riana mau kasih kue ke om Sis boleh?"
"Entahlah sayang. Dia katanya sekarang sedang bersama CEO, papa dengar dia orangnya tidak begitu suka bergaul."
"Biarkan saja pa. Niat Riana kan baik. Ya sudah.. nah.. ini, kamu antarkan ke sana ya. Terus langsung kembali dan jaga sikapmu."
"Aye aye captain." Celoteh Riana yang langsung mendekati meja nomor 45, tempat om Sis dan seseorang yang disebut CEO itu berada.
***
"Maaf Rae, tadi om melihat kenalan om. Bos rekanan perusahaan kita sebenarnya, tapi karena kamu tidak pernah ikut campur masalah inventory, jadi om gak ajak dia ke sini." Kata Siswanto menjelaskan.
"Gak usah dijelasin om. Santai aja." Jawab Rae tanpa mengalihkan pandangan dari macbooknya.
Tak lama, seorang gadis datang dan membuat Rae memejamkan mata. Dia adalah gadis berisik yang tadi menabraknya ketika Rae baru sampai di restoran bintang lima ini.
"Riana?"
"Hehehe. Ini om. Cobain kuenya, jangan khawatir, gulanya aman kok. Papa punya diabet, jadi harus jaga gula. Anda juga Tuan. Silahkan dicicipi. Ini hand made."
"Om, tolong suruh kenalan om ini kembali ke keluarganya yang berisik itu. Aku sedang tidak ingin diganggu."
Siswanto memejamkan matanya. Dia tahu ini pasti akan terjadi, makanya dia tidak memperkenalkan rekanan bisnis perusahaan mereka itu pada Bosnya yang terkenal dingin dan ketus itu.
"Excuse me Sir. Saya hanya berniat baik dan membagi sedikit kebahagiaan hari ini pada om dan anda tentunya. Sorry kalau saya sudah mengganggu orang sibuk seperti anda, tapi paling tidak, anda tidak perlu menghina keluarga saya. What did u you say? Keluarga berisik? Tuan ini sedang PMS atau apa?"
Brek. Meja bergetar ketika Rae menghentakan kepalan tangannya. Apa sih maunya gadis itu? Kenal tidak? Punya urusan enggak, tapi dia terus saja membuat Rae kesal. Dilihatnya Siswanto yang hanya bisa menggaruk-garuk pelipisnya dan berharap, kedua anak muda ini tidak menarik perhatian pengunjung yang lain.
"Membagi sedikit kebahagiaan? Omong kosong apa yang kau katakan barusan? Dan kau mengatai aku apa tadi? PMS? What was that mean?"
Kini Siswanto sedang memperingati atasannya itu untuk tenang karena mereka mulai menarik perhatian. Dilihatmya keluarga Riana yang mulai bergerak, tapi Siswanto memberi isyarat agar mereka tetap di tempatnya atau semuanya malah makin runyam.
"What should i answer your question? Mr. P - M - S. Permisi om, maaf sekali lagi karena sudah mengganggu." Ucap Riana dan akhirnya pergi. Meninggalkan Rae dengan tatapan tak percaya.
"Gadis tengil itu benar-benar cari masalah. Awas saja kalau sampai aku bertemu lagi dengannya."
Rae yang memiliki nama lengkap Raehan Anugrah Adibrata itu memicingkan mata ketika melihat asistennya itu terkekeh. Ada apa dengan si tua itu?
"Apa otak om sedang bermasalah?" Tanya Rae setelah meneguk air mineralnya.
"I'm good. Hanya saja kalian terlihat serasi. Om berharap kalian..."
"Stop it om! Jangan berimajinasi hal yang tidak masuk akal." Sela Rae yang tak mau mendengar omong kosong asisten yang sudah seperti sahabat dan ayahnya itu.
Dan Siswanto terkekeh lagi sembari mengangkat kedua tangannya. Menyerah. Dia tidak akan pernah menang berdebat dengan Raehan Anugrah Adibrata. Bosnya.
'Gadis tengik. Aku pastikan kau akan menyesal jika bertemu denganku lagi. Camkan itu!'
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH LOVE
RomanceRiana Saraswati adalah seorang gadis yang beruntung. Terlahir sebagai sulung pengusaha ternama. Dia memiliki semuanya. Wajah cantik, kasih sayang orang tua, keluarga yang bahagia dan cita-cita di depan mata. Tapi apa yang terjadi jika dia harus kehi...