WICKED

1.9K 174 2
                                    

"Bagaimana menurutmu? Kelihatannya enak kan?" Tanya Riana ketika dia menemukan resep baru yang akan ia coba.  Raehan sampai detik ini belum komplain dengan masakan Riana, tapi cepat atau lambat pria bossy itu pasti akan bosan, jika  menunya itu-itu saja. Jadilah Riana yang harus pintar-pintar mencari variasi menu untuk si bossy.

"Hmm. Asal tidak ada bawang atau udangnya aku tidak masalah."

Riana memaksakan senyumnya. Lebih baik Raehan tidak tahu kalau selama ini sebenarnya dia terus memakai bawang. Entah apa yang terjadi kalau Raehan sampai mengetahuinya.

Keesokan paginya

"Tada!!" Seru Riana ketika semangkuk krim sup telah terhidang di meja makan, didampingi roti bagel mini yang crunchy. Untung saja Raehan tidak memaksanya untuk selalu memasak masakan lokal. Jadi Riana bisa lebih variatif dalam memasak.

"Sudah sana! Apa kau ingin menemaniku sarapan? Bukankah kau punya tugas yang  harus kau kerjakan?" Selidik Raehan yang tak biasa Riana menungguinya sarapan karena sejauh ini Riana hanya makan bersama Raehan pada waktu makan malam saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah sana! Apa kau ingin menemaniku sarapan? Bukankah kau punya tugas yang  harus kau kerjakan?" Selidik Raehan yang tak biasa Riana menungguinya sarapan karena sejauh ini Riana hanya makan bersama Raehan pada waktu makan malam saja.

"Eh? I-iya. Tapi aku ingin mendengar komentarmu tentang masakan baruku ini." Jawabnya gugup.

Raehan yang melihat perubahan raut Riana menjadi heran. Pasti ada sesuatu. Dia juga melihat Riana sibuk memainkan jemarinya. Hal yang selalu dilakukannya ketika ia gugup. Gadis itu tidak mungkin meracuninya kan?

Raehan terus menyantap masakannya sambil sesekali melirik Riana. Gadis itu bertambah gugup, dia bahkan mulai berkeringat padahal AC apartemen Raehan berfungsi dengan baik.

Tiba-tiba saja nafas Raehan tercekat, ia pun tersedak dengan wajah yang telah semerah kepiting rebus. Riana yang melihatnya menjadi panik, lalu tiba-tiba dia memberikan Raehan dua butir pil. Seakan-akan Riana tahu bahwa hal ini akan terjadi.

"Jadi apa? Kau mencampurkan racun atau apa dalam makananku?" Tanya Raehan yang sudah normal kembali. Tadi dia hanya berakting belaka.

"Kau menipuku? Oh Ya Tuhan! Aku tak percaya ini, aku sangat panik kau tahu."

"Aku atau kau yang sedang menipu? Apa kau benar-benar mencampurkan racun dalam makananku?" Tanya Raehan membuat Riana mati kutu.

"I-iya dan tidak."

"What?" Tany Raehan meminta penjelasan yang lebih. Siapa juga tidak akan mengerti dengan jawaban iya dan tidak.

"Jadi kau menaruh racun atau tidak?"

Riana meringis dan mengambil sendok yang tadi digunakan Raehan. Memakan sup krim buatannya sendiri yang astaga, ternyata lezat. Tadi Riana hanya mencicipinya sedikit. Dia selalu sarapan sebelum berangkat, jadi paling dia membuat sarapan hanya untuk porsi 2 orang, karena Sis kadang-kadang datang di pagi hari. Kalau Sis tidak datang, biasanya Riana akan menyimpan sisa sarapan di lemari pendingin, atau membawanya untuk di makan bersama Ling. Dulu, tapi sekarang dia hanya makan sendiri. Dia bercengkrama dengan yang lain, tapi dia memutuskan untuk tidak ingin terlalu dekat dengan siapapun. Dia tidak mau sakit hati lagi.

"See? Aku baik-baik saja kan? Berarti aku tidak memberimu racun, tapi, masakanku bisa jadi racun bagi sebagian orang, seperti kamu. Karena aku mencampurkan ikan laut di dalam supmu. Maaf." Ucap Riana menundukkan kepalanya setelah menghabiskan sup krim yang tadi tinggal setengah itu.

"Wah! Great! Jadi kau menjadikanku kelinci percobaan apakah aku bakalan kumat atau tidak. Begitu?"

Riana memaksakan senyum, mungkin berlebihan, tapi Riana tidak suka orang yang betingkah dengan makanan.

"Kemari!" Perintah Riana yang Riana langsung tahu, apa yang hendak dilakukan bossnya yang meyebalkan itu.

PTAK.

Pelipis Riana kena sentil seperti biasanya. Hanya saja Raehan mengurangi tenaganya. Takut Riana akan memar seperti waktu itu.

"Dasar pembantu seenaknya! Kau tidak perlu melakukannya diam-diam. Bilang saja, aku akan memakan makanannya selama kamu yang masak."

"Oh masa! Yang ada aku harus kerja dua kali karena kau tidak mau menyentuh masakanku yang tidak kamu sukai." Cicit Riana lebih pada dirinya sendiri.

"What did you say?" Tanya Raehan yang jelas-jelas masih bisa mendengar cicitan Riana itu.

"Nah. Intinya, semua seafood itu mengandung allergen, jadi semua orang yang sensi terhadap allergen itu bisa membuat allergen itu seperti racun bagi tubuhnya. Tapi, kalau kita memasak dengan cara yang benar, maka pengidap alergipun pasti bisa memakan seafood. Selamat boss. Anda bisa menikmati seafood mulai sekarang. Dan obat ini! Lupakan saja."

Raehan hanya ternganga melihat tingkat kepercayaan diri Riana yang di atas ambang normal, meninggalkan Raehan yang ingin meremas-remasnya wajahnya. Dia bahkan tidak berniat minta maaf sedikitpun. Great. So Great.

***

"Hahahhaha.... Raehan Raehan. Kalian itu lucu sekali. Dasar anak muda. Selalu seenaknya." Ucap Sis ketika Raehan menceritakan kelicikan Riana pagi ini.

"Aku tidak akan terkejut kalau dia memasukkan yang aneh-aneh lagi nantinya. Tapi aku akan membunuhnya jika ternyata memasukkan bawang ke makananku."

Sis hanya menahan senyum. Seandainya Raehan tahu kalau Riana memang selalu memasukkan bawang dalam setiap masakannya. Entah apa yang akan terjadi. Untunglah Raehan sangat anti dapur. Dan Riana sepertinya pintar menyembunyikan bawang-bawangnya. Karena setiap kali Raehan membuka lemari pendingin, dia tidak pernah menemukan bawang ataupun aromanya. Mungkin Riana menyembunyikan di laci sayuran yang memang tidak pernah Raehan buka, atau di salah satu laci di kitchen set. Entahlah! Yang jelas, ketika setiap pagi Riana membawa sayuran, di kantung itu pasti ada bawang. Riana memang licik. Tapi ini demi kebaikan Raehan, dan Sis akan mendukung sepenuhnya.

"Om rasa dia memang licik, tapi dia juga cerdik. Wait!" Ucapnya yang lalu mengangkat panggilan masuk di hand phonenya. Mata Sis membulat karena terkejut. Semua akan berubah. Dan Sis berharap muda-mudi itu tidak akan terluka.

"Om? Terjadi sesuatu?" Tanya Raehan yang melihat Sis kaku di tempatnya.

"Nyonya Wiyoto masuk rumah sakit karena serangan jantung dan.." Sis belum sanggup melanjutkan kata-katanya. Walau bagaimanapun, selama empat bulan ini, Raehan sudah sangat bergantung pada Riana tanpa ia sadari.

Raehan masih menunggu Sis meneruskan kata-katanya, walaupun mungkin dia tahu apa yang ingin dikatakan Sis berikutnya.

"Riana sudah di sana bersama keluarganya. Dia baru tiba beberapa menit yang lalu."

Giliran mata Raehan yang membulat. Baru tadi pagi ia berpisah dengan Riana di kampusnya. Baru tadi pagi, dan kini gadis itu sudah berada di negaranya. Meninggalkan Raehan yang belum siap melewati sisa harinya tanpa gadis itu dan masakannya.

WITH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang