"Holiday.... yay..." teriak Riana ketika dia dan Ling baru saja menerima edaran libur mereka. Mid test telah selesai, rekap nilai pun sudah mereka terima. Lumayan memuaskan tanpa remed sama sekali.
"Apa kau akan pulang ke Indonesia?" Tanya Ling yang sedang menikmati semangkuk mie ayam kwetiaw yang jadi favoritnya.
"Tidak! Kata mama papa pulangnya akhir semester aja. Harus mandiri, jangan sebentar-sebentar pulang." Jawab Riana yang menyantap menu yang sama.
"Bagaimana masalah perusahaan papamu? Apa semua baik-baik saja?" Tanya Ling lagi sambil menambahkan saus lagi ke mie ayamnya.
"Papa bilang semua baik-baik saja. Hanya saja di negaraku sedang ada reshuffle kabinet, jadi sistem lama sudah tidak berlaku. Jadi entahlah, aku tidak mengerti perpajakan."
Ling hanya ber-O ria dan melanjutkan makannya.
"Aish!"
"Ada apa?" Tanya Ling yang melihat Riana sepertinya kesal dengan pesan yang baru saja masuk ke hand phonenya.
"Nothing. Just boss! Dia mau aku membelikannya sesuatu sebelum ke apartemennya. Benar-benar merepotkan."
"Bossmu bagaimana? Kau tidak pernah cerita." Tanya Ling yang hanya tahu Riana bekerja untuk mengganti kerugian yang ia sebabkan. Ling bahkan tidak tahu kalau Riana sekarang mendapatkan gaji.
"Ya Tuhan! Maafkan aku. Aku belum cerita padamu ya? Aku bekerja full time sekarang, jadi aku punya gaji hehehe." Ujar Riana bangga.
"Jadi, bagaimana dia? Masih judes kayak waktu itu?" Selidik Ling jadi semakin penasaran. Karena sungguh, boss Riana itu sangat tampan menurutnya. Dan Riana juga cantik. Bukan tidak mungkin kalau mereka saling terpikat.
"Hmm. Entahlah. Dia memang selalu ketus, tapi kadang-kadang dia juga baik. Ah ya, kau tahu.. tunggu."
Ling mengamati Riana. Gadis itu mengeluarkan benda pipih dari dompet doraemonnya. Selain penyuka warna pink, Riana memang pengoleksi pernak-pernik doraemon.
"Ini. Dia memberiku ini, untuk membeli keperluannya, belanja dan sebagainya, tapi dia bilang, kalau aku butuh, aku boleh menggunakannya. Bahkan pinnya adalah ulang tahunku. Keren kan?"
Ling melotot. Apa benar ada orang sebaik itu dan mempercayakan kartu emas metalik itu pada pembantunya sendiri? Riana itu bodoh atau apa? Sudah jelas bossnya itu pasti menaruh perasaan padanya.
Ling terus saja menatap kartu gold metalik itu, bahkan setelah kartu itu masuk kembali ke tempatnya.
"Ulang tahunmu bukannya 4 Mei ya?" Tebak Ling memastikan.
"Oh Ling! Kau memang sahabatku, kau bahkan mengingat hari ulang tahunku. Ulang tahun berikutnya, aku pasti menraktirmu. Okay?"
Ling hanya tersenyum. Riana sangat beruntung. Dia terlahir dari keluarga berada, dan sekarang, dia bahkan ditaksir pengusaha kaya yang bahkan memberikannya gold card yang Ling yakin unlimited itu.
***
"Habislah aku. Matilah aku!" Ucap Riana ketika dia berulang kali mengobrak-abrik isi tasnya di kashier.
Dia baru saja membelikan beef bacon pesanan Raehan. Tapi ketika dia ingin membayar, dia tidak menemukan kartu itu dimanapun. Alhasil, Riana harus membayar dengan uangnya sendiri yang langsung mengosongkan isi dompetnya.
Riana masih berada di sudut dekat kasirm membongkar semua isi tasnya, tanpa mempedulikan orang-orang yang memandanginya. Demi Tuhan! Kartu itu tidak mungkin hilang kan?
Tapi nyatanya, benda pipih itu tidak ketemu sama sekali. Dengan air mata yang sudah jatuh, Riana merapikan barang-barangnya kembali. 'Habislah aku! Habislah!'
*
Pukul 13.45Riana sudah berada tepat di depan pintu kantor Raehan. Entah kenapa Riana begitu mudah masuk, sedangkan beberapa orang yang terlihat rapi terlihat masih tenang menunggu di lounch lantai teratas sky scraper ini. Bahkan tadi, di lobby beberapa orang harus gigit jari lantas pulang kembali lantaran belum mempunyai temu janji dengan Raehan yang ternyata menjabat sebagai CEO. CEO! Astaga! Pantas saja dia sangat bossy. Dia memang sangat sangat boss.
"Revisi semuanya dan jangan muncul sampai kalian memberikan proposal yang masuk akal. Out!"
Riana bergidik. Dia yang baru masuk langsung gentar. Raehan pasti akan membunuhnya kali ini.
"Ke sini Riana. Tadi om sedikit terkejut saat orang lobby bilang kamu ada di sini. Duduklah di sini." Ucap Sis yang sepertinya sudah terbiasa dengan amukan Raehan. Raehan sendiri belum berkata apa-apa. Dia hanya mendekati sofa panjang dan berharap Riana akan duduk di sampingnya. Dia bisa melihat Riana ketakutan, tapi dia tidak bisa menahan diri tadi. Melihat ketidak becusan pegawainya membuatnya sangat kesal.
Riana duduk di hadapan Raehan. Dia terlihat begitu gugup. Raehan dan Sis bisa melihat itu denga jelas. Riana terus saja menunduk dan memainkan jemarinya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Sis akhirnya.
Riana menggeleng dengan terus menundukkan kepalanya. Rambutnya yang lurus bergoyang-goyang menutupi sebagian wajahnya.
"Kau melakukan kesalahan kan? Aku yakin itu. Cepat katakan! Kau membuatku tak sabaran." Tuduh Raehan yang tepat sasaran.
Suara Raehan membuat Riana terkejut setengah mati. Dipandangnya Raehan dan Sis bergantian, lalu air matanya mengalir.
Raehan dan Sis terkejut ketika Riana mulai menangis. For God Shaken! Riana bahkan belum mengatakan apapun.
"Look! Jangan membuat kami bingung! Aku janji, aku tidak akan marah. Katakan saja apa yang terjadi. Setelah itu, kita akan cari jalan keluarnya." Ucap Raehan akhirnya. Ingin sekali dia menghampiri Riana dan mengusap kepalanya, tapi sudah dipastikan Riana sedang ketakutan pada Raehan saat ini. Entah apa yang diperbuatnya kali ini sampai ketakutan dimarahi seperti itu.
"Maafkan aku! Aku benar-benar tidak sengaja. Aku tidak tahu bagaimana benda itu bisa hilang. Aku benar-benar tidak tahu. Tahu-tahu benda itu sudah hilang."
Raehan dan Sis masih tidak mengerti apa yang diocehkan Riana disela-sela tangisannya. Riana hanya membuat mereka tambah bingung saja.
"Apa yang hilang Riana?" Tanya Sis yang lalu duduk di samping Riana. Dia tidak tega melihat Riana menangis sampai seperti itu.
"Ka-kartu emas itu. Aku menghilangkannya huaaaaaa." Jawabnya yang langsung menangis keras.
"You WHAT??????"
Sis menggaruk-garuk pelipisnya sedang Raehan masih mendelik tak percaya.
"Sudahlah! Itu bukan masalah besar. Aku akan memberimu yang baru lalu kau bisa menghilangkannya lagi." Sindir Raehan yang tidak heran dengan kecerobohan gadis yang wajahnya sudah semerah tomat rebus itu.
Riana semakin menangis ketika mendengar ironi yang diucapkan Raehan. Membuat Raehan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sudahlah. Itu bukan masalah besar. Kita hanya perlu memblokirnya dan meminta dibuatkan yang baru."
Riana merasa tenang, tapi dia masih sesenggukan. Raehan memberikan segelas air tapi tak lupa menjentuli kepala Riana.
"Dasar gadis ceroboh. Aku harusnya memasang pelacak di tubuh penggilasanmu ini. Jangan-jangan, lain kali malah kau yang hilang lagi."
Riana hanya mencebik kesal pada Raehan yang kini mencoba tidur di sofa panjang satunya. Apa perlu dia menyindir seperti itu?
* Don't trust people that much. Even someone u trust that much can hurt you.. 😢😢😢😢. My best friend did that to me 😭😭😭😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH LOVE
RomanceRiana Saraswati adalah seorang gadis yang beruntung. Terlahir sebagai sulung pengusaha ternama. Dia memiliki semuanya. Wajah cantik, kasih sayang orang tua, keluarga yang bahagia dan cita-cita di depan mata. Tapi apa yang terjadi jika dia harus kehi...