SADNESS

2K 171 1
                                    

Riana tidak pernah membayangkan kehidupannya akan jungkir balik seperti ini. Bahkan ketika dia harus bekerja menjadi asisten rumah tanggapun, Riana masih menganggap hidupnya baik-baik saja. Tapi ketika melihat wanita yang sudah merawatnya selama delapan belas tahun itu terbaring tak berdaya, Riana merasa separuh dunianya hancur seketika.

Saat itu, dia baru saja tiba di kampus ketika handphonenya tiba-tiba bergetar dan tantenya mengabarkan kalau ibunya masuk rumah sakit karena serangan jantung. Dan semuanya lebih hancur lagi ketika dia memergoki adiknya sedang memaksa sang ayah untuk jujur pada Riana. Ya, selama ini, keluarganya menutupi kondisi keluarganya yang sebenarnya. Riana hanya enak-enakkan belajar di negera merlion itu, ketika keluarganya diambang kebangkrutan.

Pengadilan sudah memutuskan bahwa WIKA COMPANY fix terlibat pemalsuan pajak. Hanya ada dua pilihan, membayar denda sekian triliun atau pengadilan akan menyita seluruh aset perusahaan dan gono gini yang dibeli menggunakan profit perusahaan.

Sebulan. Waktu mereka hanya sebulan, sebelum mereka kehilangan semua yang mereka miliki, termasuk restoran tante Riana yang berada di Singapore. Semua terbongkar setelah sepuluh tahun pemalsuan pajak, jadi tidak ada pilihan selain menerima keputusan pengadilan yang sudah ditetapkan. Itulah yang menjadi penyebab kenapa Nyonya Wiyoto terkena serangan jantung. Dia tidak siap menghadapi kenyataan pahit kalau dia harus kehilangan segalanya. Walau semua terjadi karena kesalahan adik kandungnya sendiri.

"Riana akan kembali besok ke Singapur untuk mengurus pemberhentian kuliah Riana pa."

Tuan Wiyoto menatap sedih putrinya. Dia merasa gagal menjadi seorang ayah.

"Dengar nak! Kamu masih bisa melanjutkan kuliahmu. Kau masih punya asuransi pendidikan, dan bukankah kamu juga sudah bekerja di sana. Papa akan memulai lagi dari nol untuk menyekolahkan kamu nak." Ucapnya dengan air mata yang pedih. Seandainya dia mengetahui hal ini dari dulu, mungkin masalahnya tidak akan sampai seperti ini.

"Gak adil! Papa nggak adil! Kak Riana tetap di Singapur, aku bahkan terancam di DO dari sekolah dan motor sportku pun disita." Teriak Farrel yang masih egois dan lantas pergi meninggalkan Riana dan ayahnya yang masih berada di koridor rumah sakit. Menunggu Nyonya Wiyoto yang masih berada di ruang ICU.

"FARREL!!!" Teriak Tuan Wiyoto dan Riana bersamaan.

"Aku akan mengejarnya. Papa jangan khawatir, kita pasti bisa melewati ini semua. Papa yang kuat ya. Demi aku, Farrel dan mama. Hm?" Riana menghapus air matanya untuk yang kesekian kalinya. Mencoba tegar dengan ujian yang tengah dihadapi keluarganya. Walau sebenarnya, dia juga tidak tahan melihat penderitaan keluarga yang ia cintai itu.

***

Di hari ketiga setelah kepulangan Riana ke negerinya, Raehan semakin kacau. Biasanya tiap pagi dia selalu melihat Riana dan mendengar kecerewetan gadis itu. Biasanya, Raehan bisa menikmati makan siang buatan rumah yang selalu disiapkan Riana, dan tak lupa, Riana selalu ada di sana ketika Raehan pulang kerja. Dan setiap malamnya, mereka akhiri dengan makan malam bersama dan Raehan akan memastikan Riana pulang kerumah sebelum pukul delapan malam.

Jadi karena kebiasaan yang tiba-tiba terhenti itu membuat selera makan Raehan menurun drastis seakan-akan yang ia makan terasa hambar. Semua hanya karena Raehan kehilangan Riana dalam sekejab dan dia bahkan tidak tahu bagaimana cara mempertahankan gadis itu di sisinya.

Raehan merasakan perih yang teramat sangat hingga ia berkeringat dingin. Maagnya pasti kumat. Raehan harus mengambil obatnya, tapi rasa perihnya sudah menguasai tubuhnya hingga Raehan bahkan tidak bisa berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya. Dia hanya meringis kesakitan, merasakan perutnya seakan-akan diperas hebat dan menbuatnya pusing setengah mati.

"Raehan.. kau kenapa? Kau baik-baik saja? Kau sakit? Apa yang sakit?"

Raehan masih tidak yakin dengan apa yang dilihat dan didengarnya, tapi ketika tangan mungil membantu membalikkan tubuhnya, membantunya menelan obat sirup bersenyawa basa, Raehan langsung merengkuh raga kurus itu. Tidak peduli kalau keringat tubuhnya membasahi tubuh yang selalu harum baginya. Tidak peduli mungkin si kurus itu kesakitan karenanya.

"Aku akan memanggil dokter. Lepaskan aku dulu."

Raehan menggeleng. Dia tidak butuh dokter. Dia hanya butuh si kurus ini. Hanya dia obat yang mujarab baginya.

"Kau sangat pucat Raehan." Ucap si kurus itu khawatir. Padahal baru beberapa hari dia meninggalkan Raehan, tapi pria itu sudah seperti ini.

"Cukup temani aku! Aku akan baikan setelah minum obat." Nafasnya memburu tapi kemudian menjadi teratur perlahan. Sampai pada akhirnya dia tidak merasakan perih lagi dan jatuh terlelap dengan membawa mimpi indah yang membuatnya bahagia.

***

"Kau sudah bangun?" Tanya Riana yang sedang menyajikan bubur ayam untuk Raehan dan Sis yang mungkin akan tiba sebentar lagi.

"Kupikir kau hanya mimpi." Asal Raehan lalu duduk di kursi putar pantry. Tempat favoritnya.

"Tadinya aku hanya ingin mampir, karena masih pukul tujuh juga, ternyata aku malah menemukanmu sedang kesakitan. Untung saja aku mampir."

Riana meletakkan satu mangkuk bubur ayam dan ikan beserta pelengkapnya. Dan ketika mendengar suara pintu, Riana langsung meletakkan satu porsi lagi di samping Raehan yang mulai menyantap makanan pertamanya hari ini.

 Dan ketika mendengar suara pintu, Riana langsung meletakkan satu porsi lagi di samping Raehan yang mulai menyantap makanan pertamanya hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kau tidak apa-apa Rae? Perlu kita ke rumah sakit sekarang? Oh... sepertinya ini lezat. Sebaiknya kita sarapan dulu baru ke rumah sakit."

Riana hanya tersenyum melihat tingkah Sis dan membiarkan mereka sarapan. Dia akan merapikan kamar Raehan dulu sepertinya.

"Oh, aku merindukan masakan Riana. Kalau kau merindukan masakannya atau orangnya?" Ledek Sis yang lalu dipelototi Raehan.

"Alright. Aku tidak akan menganggu. Semoga kesedihanmu berkurang setelah dia kembali."

Sia berpura-pura tak melihat Raehan yang sudah ingin mencincangnya. Oh come on! Sis hanya tidak suka kesedihan.

'Kau bersikap biasa saja Riana, tapi aku tahu, kau sedang mempersiapkan kepergianmu kan? Tak bisakah kau melihat cintaku Riana? Tak bisakah kau lihat bagaimana aku begitu membutuhkanmu. Mungkin aku egois, tapi tinggalah di sisiku Riana. Tinggalah di sisiku.'

WITH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang