ANGRY

2K 193 3
                                    

Itu mungkin hanya secangkir teh panas. Tapi ketika si Jahat Latisha meminta teh yang sangat panas, Riana benar-benar memberikan teh yang diseduh dari air panas dispenser yang ia didihkan kembali. Dan sialnya, Riana saat itu sedang menggaruk-garuk punggung tangan kanannya dengan jari-jari kirinya. Alhasil, pose itu membuat tangan Riana benar-benar pas terkena siraman air panas dan sebagiannya membasahi kausnya dan menyusup ke belahan dadanya. Menghantarkan sensasi yang tidak terperikan. Kalau saja Si Jahat itu menyiramnya sambil duduk, mungkin Riana masih bisa reflek, tapi dia menyiramnya dengan posisi berdiri. Siapa yang sangka, cangkir yang ia pegang akan ia gunakan untuk menyerang Riana. Dasar sakit jiwa.

Kulit Riana fix melepuh hingga warnanya merah agak kehitam-hitaman. Dia tidak diperban dan kini mereka sedang menuju tempat tinggal Riana. Raehan harus segera mengantarkan Riana sehingga dia bisa membuat perhitungan dengan wanita gila yang sudah menyerangnya.

"Masuklah! Untuk sementara tidak usah bekerja. Aku akan menengokmu besok sekaligus minta maaf pada tantemu." Ucap Raehan yang sudah membukakan pintu untuk Riana yang tidak berbicara sepatah katapun.

"Tante pasti sibuk, jadi tidak usah kemari. Nanti kalau sudah baikan aku akan masuk kerja lagi."

Raehan menghela nafas. Riana masih sangat bad mood sepertinya.

"Baiklah. Aku akan menghubungimu nanti. Masuklah!"

Riana tidak berkata apapun. Dia hanya masuk dengan gontai. Dia hanya ingin tidur sekarang. Dia benar-benar lelah.

"Om.. tolong temui aku di cafe biasa. Hmm."

***

"Astaga! Apa dia tidak apa-apa?" Tanya Sis yang panik setelah Raehan menceritakan apa yang terjadi pada Riana.

"Luka bakar ringan, tapi pasti sangat perih. Dia terus saja menangis tadi. Wanita sialan. Bagaimana bisa dia masuk ke apartemenku?"

"Kemungkinan besar dia mendapatkan passwordmu dari orang apartemen. Om akan selidiki. Om akan segera membuat tuntutan atas tindakan penyerangan. Semoga saja dia tidak lolos karena alasan gangguan jiwa." Kekeh Sis setelah meneguk capucinonya.

"Pastikan saja dia mendekam di penjara dan aku mau akuisisi perusahaan ayahnya. Dia harus membayar berkali-kali lipat karena sudah menyakiti gadisku."

"Haha. Gadismu?" Ledek Sis yang hanya direspon dengan cebikan.

"Okay. Sekarang dia berada dimana? Gadismu itu, di apartemenmu?"

Raehan langsung mengerutkan dahinya. Kenapa juga Riana berada di apartemennya? Ini sudah malam, tentu saja pulang dan bersama tantenya. What else?

"Om ini bodoh atau apa? Tentu saja di rumahnya."

Dan Raehan langsung merutuki kebodohannya ketika Sis mengatakan hal yang tidak diketahuinya itu.

***

Pukul 20.02

Riana sedang berada di kamarnya. Dia ingin tidur tapi tidak bisa. Yang ia lakukan hanya menangis dan terus menangis hingga matanya yang sudah perih bertambah perih dan berat.

Riana tidak menyangka Latisha akan melakukan hal sekejam itu padanya, padahal mereka bahkan tidak saling kenal. Dia cemburu? Okay, fine. Tapi kan dia tahu sendiri kalau Riana hanyalah sekedar pembantu. Tidak bisa dibandingkan dengan Latisha yang memiliki kehidupan glamor. Riana memang punya segalanya. Hidupnya berkecukupan. Tapi keluarganya tidak sekaya itu hingga bisa berfoya-foya. Ayahnya hanya memiliki perusahaan mebel dengan hanya 500 karyawan, tidak seperti perusahaan besar dengan ribuan karyawan. Riana masih menangis dan terus menangis hingga ia terkejut ketika pintu kamarnya terbuka.

"Kau ini bodoh atau apa? Kenapa kau tidak bilang kalau tantemu pulang ke Indonesia?" Teriak Raehan begitu mendapati Riana yang tengah menangis. Apa jadinya kalau Sis tidak memberitahu Raehan kalau tante Riana sedang ke Indonesia?

Riana sesenggukan sambil melihat Raehan. Air matanya mulai jatuh lagi.

"Jangan berteriak padaku! Lihat apa yang sudah dilakukan tunanganmu padaku! Lihat! Aku bahkan tidak berani menggunakan tanganku untuk mengganti baju. Jadi sekarang pergi. Aku tidak mau melihatmu. Pergi dan bilang juga pada tunangan psikomu itu. Jangan ganggu aku lagi. Aku muak dengan kalian berdua."

Dan kepala Riana terasa kosong, tubuhnya yang bergetar mendadak kaku ketika sesuatu yang lembut menuntut sesuatu padanya. Lembut dan hangat. Sesuatu itu terus saja menari-nari hingga membuat Riana merasakan getaran aneh yang menjalari titik sarafnya yang belum terjamah sekalipun. Dan ketika tautan itu terlepas, Riana seperti merasa kehilangan.

Dia mencoba mengatur nafasnya yang memburu, begitupun pria yang sedang menyatukan keningnya pada kening Riana yang hangat.

"Wanita jahat itu bukan tunanganku. Aku bahkan tidak tahu kenapa dia bisa masuk ke apartemenku. Tapi aku akan menyelidikinya. Dan, kalaupun aku ingin bertunangan, aku hanya ingin bertunangan dengan gadis yang baru aku curi ciuman pertamanya. Hmm??"

Blush. Entah apa yang terjadi. Tapi Riana merasakan ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Dia masih memandangi pria tampan di hadapannya. Mungkin terlihat lucu, karena pria tampan itu malah tersenyum dan mengangkat tubuh Riana yang kurus.

"Mau apa kau?" Tanya Riana yang tidak mengerti apa yang dipikirkan pria yang sudah mencuri first kissnya itu.

"Menurutmu? Apa mungkin aku membiarkanmu tinggal sendiri di sini?" Tanya Raehan dengan seringai di wajahnya.

"Bajuku?" Tidak mungkin kan Riana tidak membawa baju ganti.

"Tidak usah. Nanti tantemu curiga kalau kau pulang dengan membawa baju nanti. Aku tidak mau dia berpikir jelek tentangku."

Dan Riana tidak berkata-kata lagi. Seakan sudah sadar sepenuhnya
, Riana minta diturunkan. Dan selama perjalanan mereka tidak berkata apapun. Membuat Riana mengantuk dan akhirnya terlelap ketika mereka hampir sampai di apartemen Raehan.

***

Sinar mentari pagi terasa begitu cerah. Menembus tirai dan mengusik kenyamanan Riana. Perlahan ia pun membuka matanya. Riana mengerjap-ngerjap sebentar ketika menyadari dimana dia berada. Ini adalah kamar Raehan. Kalau dia tidur di kamar Raehan, lalu bagaimana dengan si empunya kamar?

Riana turun dan mendapati beberapa paper bag tergeletak di karpet bulu di kamar itu. Dia mengangkat salah satu paper bag yang ternyata berisi pakaian. Bahkan ada underwear berwarna pink di sana. Membuat Riana langsung blush dan pikirannya berputar kembali ke kejadian kemarin.

'Astaga, dia menggantikan bajuku. Berarti... dia melihatnya...'

Riana memandangi bajunya. Masih kemeja hitam kebesaran Raehan yang lengannya digulung sampai siku. Dan Riana baru menyadarinya, dia tidak memakai bra.

"TIDAAAAKKKKK!!!!"

Tak lama, Raehan yang mendengar teriakan itu langsung masuk ke kamarnya yang dikuasai Riana semalam. Raehan langsung memeriksa keadaan Riana. Tapi sepertinya tangannya baik-baik saja. Krim dokter itu sangat ajaib. Lepuhan Riana kini telah mengering. Sepertinya itu tidak akan sakit lagi.

"PLAK!"

Raehan terkejut. Dari tadi dia bertanya apa yang terjadi pada Riana, tapi gadis itu hanya melototinya dan kini, tahu-tahu dia menampar Raehan tanpa sebab.

"Apa aku melakukan sesuatu?" Tanya Raehan dengan tatapan mata yang tajam. Sebaiknya Riana punya alasan yang bagus.

"Kau! Dasar om-om mesum! Kau- melepaskan braku dan aku baru ingat, kau bahkan mencuri ciuman pertamaku. Kau! Kau mesum." Pekik Riana seperti orang gila.

Dan yang bisa dikatakan Raehan hanya.. "Oh!" 'Sepertinya aku memang pantas ditampar.'






*Kebiasaan burukku, kalau udah selesai langsung publish tanpa edit. Pas dibaca ada typo baru aku perbaiki. Semoga kalian baca setelah aku koreksi ya 😜

*Riana saat itu dalam kondisi panik karena kepanasan dan keperihan, jadi dia dalam kondisi fokus ke rasa sakitnya sampai-sampai hal lain tidak mengusik kesadarannya. You know, just like u shock when u see someone dead in front of u. I bet u gonna paralize not even hear if people call u.. not 100% always like that... but some of them..yea.. n it happen to me once 😷

WITH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang