PINK

2.2K 190 1
                                    

"Oh Gosh!!!" Pekik Riana ketika laptopnya tidak mau bekerja sama. Well, laptop itu memang sudah memasuki tahun ketiga bersama Riana, tapi setidaknya jangan rusak sekarang, ketika dosen memberikan tugas paper, dan ketika Riana tidak punya budget untuk reparasi.

"What's wrong honey?" Tanya Ling yang langsung duduk di sebelah Riana. Mereka sedang di perpustakaan, mencicil tugas yang deadlinenya tidak memberikan toleransi untuk berleha-leha.

"Laptopku sepertinya rusak.." Keluh Riana dengan merajuk seakan-akan ia akan menangis detik itu juga.

"Oh no. But we have to finish this soon, and i'm only have one. You know, my stupid brother won't let me use his laptop." Ujar Ling sama sedihnya. Dia bukannya tidak tahu kalau Riana sedang dalam rangka pengiritan karena tadi pagi ayahnya bilang akan telat mengirim uang saku bulanannya.

"It's okay Ling. I'll borrow other." Ucap Riana lebih meyakinkan dirinya sendiri.

Seandainya Tantenya itu tidak gaptek, dia pasti sudah punya laptop di rumah, tapi nyatanya, satu-satunya komputer yang tantenya punya adalah komputer yang berada di restoran miliknya yang processornya tidak akan mendukung tugas yang harus Riana kerjakan.

Riana sedikit ragu, tapi sepertinya dia tahu siapa orang yang mungkin bisa dan mau membantunya. Setidaknya dia akan berusaha dulu.

***

Rae sedang serius dengan berkas yang harus ia tanda tangani ketika dia melihat Sis menerima telepon. Itu hal yang biasa, tapi kali ini panggilan masuk itu menarik perhatian Rae. Bisa dilihat, Sis malah sengaja mengeraskan suaranya bahkan duduk di hadapan Rae, membuat Rae ingin menelannya hidup-hidup.

"Katakan saja dulu! Mungkin om bisa bantu."

"......."

"Oo... itu buruk."

"......."

"Bawalah kemari laptopmu, biar teknisi perusahaan mengeceknya. Dan jangan khawatir, kamu bisa pakai laptop om dulu."

"....."

"No big deal."

"......"

"Sekarang?" Sambil melirik Rae yang semakin penasaran.

"....."

"Sure. Om tunggu ya. Bilang sama reseptionist, kamu sudah ada janji dengan dengan CEO, Raehan Anugrah Adibrata."

"........"

"No. It's okay. Dia tidak akan keberatan. Lagipula, om hampir seharian di kantor CEO."

"...."

"Hmm. See you then.. take care girl."

Sis menutup teleponnya, dan terkekeh sendiri. Dia bangkit dan hendak kembali ke kantornya untuk mengambil laptop yang ia janji pinjamkan pada Riana. Meninggalkan Rae dengan rasa penasarannya yang begitu kentara.

"OM!" Panggil Rae ketika Sis baru berbalik untuk pergi.

"Ya? Apa kau masih butuh sesuatu?" Tanya Sis pura-pura tak mengerti apa yang ada di kepala Reahan.

"Tidak." Jawab Rae tak tahu harus berkata apa. Dia merutuki rasa penasarannya.

Sis semakin menahan tawanya. Dasar Tuan Sok Gengsi.

"Baiklah. Om mau ambil barang sebentar."

Rae mengetuk-ngetukan bolpoint mahalnya. Dan akhirnya tidak bisa menahan dirinya sendiri.

"Mau apa dia?" Tanya Rae akhirnya. Dan terkutuklah Sis yang terus saja meledeknya dengan kekehan dan tahan tawanya.

"Laptopnya rusak, sedangkan dia harus mengerjakan paper penting. Jadi om menawarkan bantuan untuk memperbaiki laptopnya, dan meminjamkan laptop om untuk sementara."

WITH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang