Riana hanya duduk di lantai dan berpangku tangan sambil memandangi Raehan yang tengah menikmati makan siangnya. Saat Riana membaca apa-apa yang harus ia perhatikan untuk menu makanan CEO, dia langsung teringat pada Raehan. Tapi siapa yang sangka, CEO yang ia tangani benar-benar Raehan yang ia kenal. Senyum Riana terus tersimpul. Senang rasanya melihat Raehan yang sehat seperti dulu. Ia lega sekali. Mengingat betapa rewelnya pria di hadapannya, dia pikir pria itu akan banyak berubah. Ternyata tidak, selain kedewasaan yang semakin terlihat, sepertinya dia baik-baik saja.
Riana melihat masakannya satu persatu. Sepertinya, tidak ada masalah karena Raehan masih terus menikmati lunchnya, tanpa terganggu sedikitpun dengan Riana yang tak henti-hentinya memandanginya.
"Apa maagmu suka kambuh?"
"........"
"Apa asmamu suka kambuh?"
"......"
Riana berhenti ketika Raehan menatapnya dengan sinis. Baru setelah pria itu meneguk air minumnya, ia mulai buka suara.
"Kalau kau peduli, kenapa kau meninggalkanku begitu saja? Dasar pembantu tak tahu balas budi."
Riana langsung tercekat. Bulir air matanya langsung menggenang. Ya. Riana memang tak tahu balas budi. Raehan sudah membebaskannya dari tanggung jawab ganti rugi macbooknya yang ia rusakkan, memberikannya pekerjaan hingga ia bisa mengatasi krisisnya, dan Riana malah pergi begitu saja.
"Hmm. Aku memang tak tahu balas budi."
Raehan memukul kepala Riana dengan sendok hingga gadis itu mengaduh.
"Sakit, bodoh!" Pekik Riana sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit.
"Kau yang bodoh! Kalau kau merasa ingin balas budi. Pastikan kau mengempaniku dengan baik mulai sekarang dan kau sendiri yang harus mengantarkan makananku. Pagi dan siang."
Riana hanya berdecak tapi tak berkata apapun. Dia merapikan bekas makanan Raehan dan segera keluar.
"Mengempani? Memangnya kau ayam? Dasar bossy!!" Sindir Riana yang ternyata masih bisa didengar Raehan.
"I heard that."
Riana hanya memutar bola matanya dan meninggalkan Raehan tanpa permisi.
Dan mulai hari itu, Riana seperti kembali ke masa-masa yang telah lalu. Tanpa sadar senyum Riana tersimpul indah di bibir mungilnya. Begitupun dengan Raehan. Kutukan atau apapun itu, Raehan merasa ia bisa melaluinya. Selama Riana bersamanya, dia pasti bisa.
***
Senyum. Senyum itu ternyata tak lama terukir di wajah Riana. Karena orang-orang mulai berkasak-kusuk tentang koki yang selalu mondar-mandir ke ruang CEO dan menemaninya makan bersama. Riana tak menyadarinya, sampai dia melihat pandangan sinis orang-orang padanya dan mencuri dengar sendiri ketika dia berada di balik bilik ladies room. Mereka mengatai Riana tak lebih dari koki rendahan yang menggoda CEO. Gosh! Riana ingin mati saja mendengar hal itu. Tapi dia tidak mengatakan apapun. Hanya diam. Walau bagaimanapun mereka benar. Riana hanyalah seorang koki rendahan.
"Sekali jalang tetap jalang!"
Langkah Riana langsung terhenti ketika dia mendengar kata-kata mencemooh itu. Dilihatnya Laras yang berdiri tak jauh dari motornya.
Riana mencoba mengabaikannya. Sama seperti yang sudah-sudah. Terlebih ini Laras. Riana tidak ingin membuat keributan dengan Laras. Tapi Laras tetaplah Laras. Dia tidak akan pernah berhenti sampai ia puas.
"Kau dan ibumu yang jalang itu memang sama. Sama-sama menggoda pria untuk mendapatkan hartanya. Iya kan?"
Plak.
Plak.
Satu tamparan, dibalas satu tamparan. Riana tak tahan lagi. Dia tidak masalah jika dirinya terus menerus dihina. Tapi tidak boleh ada yang menghina ibunya. Apalagi Ibu yang memperjuangkan hidupnya hingga ia bisa terlahir ke dunia.
"Cukup Kak! Cukup!" Bulir air mata yang berusaha Riana tahan akhirnya lepas juga. Seiring dengan sesak di hatinya. Bagaimana Laras bisa membencinya sampai sebegininya meski tahu hubungan seperti apa yang mereka punya?
"Cukup katamu? Cukup? Apapun yang aku lakukan tidak akan pernah cukup membayar sakit hatiku. Ibumu! Ibumu sudah menghancurkan hidupku. Ibumu yang jalang itu sudah merebut ayahku, dan akhirnya ibuku pun mati karena kesedihannya. Aku. Aku harus berjuang sendiri untuk hidupku. Tidak seperti dirimu yang selalu menjadi Tuan Puteri manja. Cih!"
"Demi Tuhan kak! Apa yang kau inginkan sebenarnya? Kita sama-sama tidak punya ibu. Aku bahkan tidak pernah sempat melihatnya. Dan kau yang menjauhkan diri dari kami karena kebencianmu. Keberuntunganku hanya satu. Aku punya ibu tiri yang begitu menyayangiku. Kau bahkan yang membocorkan kecurangan om kan? Lihat apa yang dilakukan papa! Dia diam saja. Dia bahkan mengakuinya agar kau tidak terlibat dalam kasus itu. Dan kau tahu apa yang terjadi hingga kami masih bisa bertahan sampai sekarang? Kau tahu? Aku harus menikah dengan orang tidak kucintai agar kami mendapatkan dana suntikan untuk perusahaan." Tangisan di basement itu terdengar memilukan hati. Untunglah pekerja yang lain sudah pada pulang. Hanya tinggal beberapa orang yang masih melanjutkan pekerjaannya. Termasuk Laras dan kebetulan Riana yang diminta me-list stock keperluan dapur.
"Kalian pantas mendapatkannya. Lagipula, dengan siapapun kau akan menikah, tetap saja kau tidak akan menikah dengan orang yang kau cintai kan? Menyedihkan."
Dan tangisan Riana pecah dalam diam. Dia hanya melihat kepergian Laras dengan segala keangkuhan dan kesombongannya. Entah apa yang bisa meluluhkan hati wanita dingin itu? Entahlah. Yang jelas, Riana tak pernah berhenti berharap akan datangnya hari itu.
'Aku tidak akan pernah bisa membencimu kak. Karena di darahmu, mengalir darah yang sama denganku. Darah keluarga Wiyoto.'
*JENG JENG JENG.. Biar pendek yang penting update 😅😅😅 panas panas 😂😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH LOVE
RomanceRiana Saraswati adalah seorang gadis yang beruntung. Terlahir sebagai sulung pengusaha ternama. Dia memiliki semuanya. Wajah cantik, kasih sayang orang tua, keluarga yang bahagia dan cita-cita di depan mata. Tapi apa yang terjadi jika dia harus kehi...