FAREWELL

1.9K 174 4
                                    

"Kita bisa membicarakan hal ini dulu dengan Raehan. Kau tahu sendiri kan, apa yang terjadi ketika kau pergi? Dia membutuhkanmu Riana. Dia... dia menyukaimu." Bujuk Sis agar Riana tidak pergi. Riana datang ke apartemen Sis dan mengatakan kalau dia akan segera pulang dan tidak akan melanjutkan studinya di Singapur. Mengagetkan Sis yang sebenarnya punya rencana lain untuk gadis delapan belas itu.

Tapi Riana menggeleng. Dia sudah membulatkan tekadnya. Dia akan kembali dan menjadi sandaran keluaganya di masa sulit keluarganya itu.

"Papa tidak pernah mengajarkan kami untuk menjadi pengemis, parasit ataupun dikasihani orang lain. Kalau memang kami harus jatuh bangun, maka kami akan menjalaninya." Ujar Riana dengan mata yang mulai berkabut air mata. 'Don't cry girl! Don't cry!'

"Tidak seperti itu Riana. Kamu bekerja dan mendapatkan gaji, dan perusahaan Raehan memang punya program beasiswa. Jadi..."

"Om.. please. Aku sudah menyelesaikan segala sesuatunya dan aku akan berangkat malam ini. Jadi biarkan aku pergi sekarang. Aku akan datang ke pesta ulang tahun Raehan dan berpamitan dengannya."

Sis hanya menghela nafas. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Riana memang sangat keras kepala. Dia tidak akan bisa mengubah pendirian gadis itu. Yang akan terjadi, biarkanlah terjadi. Sis hanyA berharap, semoga saja Raehan bisa menerima keadaan ini.

***

Markas Don Juan tidak begitu ramai. Anggota yang hadir hanya enam orang. Raehan sudah minum beberapa gelas. Dia bukanlah peminum, kondisi tubuhnya juga tidak membuatnya bisa menjadi seorang peminum, tapi dia butuh alkohol saat ini. Hari ini, Raehan sudah memantapkan hati untuk menyatakan perasaannya pada Riana. Walaupun dia tahu, hati Riana tidak kosong. Tapi dia akan mengusir siapapun yang ada di hati gadis itu. Dan dia tidak akan menyerah untuk itu.

Raehan sudah mulai pusing setelah gelas ketiga. Ya. Baru gelas ketiga dan Raehan sudah hampir tak sadarkan diri. Sampai dia melihat Romeo di dekat pintu masuk, mencoba sok akrab dengan gadis manis yang membuat matanya tak bisa berpaling lagi. Dengan cepat, Raehan mendekati gadis yang mulai tak nyaman itu.

"Dia.. bersamaku." Ucapnya langsung menarik pinggang Riana possesive.

"Astaga Rae. Kamu mabuk?" Pekik Riana yang menyadari kelimbungan Raehan.

"Woo... guys... look at this! Ternyata satu kutukan ada di sini." Teriak Romeo yang membuat Riana keheranan.

'Kutukan? Apa sih yang dia ocehkan?'

"Sorry. Aku akan bawa dia pulang saja sekarang. Maagnya baru sembuh, dia seharusnya tidak minum alkohol. Permisi! Ayo Rae."

Don Juan hanya terkekeh sedang Raehan hanya mengedikkan bahunya. Mereka masih bisa berpesta tanpa si empunya acara. Lagipula semua kutukan mereka selalu seperti itu. Cerewet dan tidak pernah membiarkan Don Juan bebas. Selalu khawatir berlebihan, meski Don Juan merasa mereka baik-baik saja.

Selang setengah jam. Raehan yang sudah benar-benar tak sadarkan diri akhirnya tertidur pulas. Pupus sudah rencananya untuk menyatakan perasaannya. Dia pikir jika dia mabuk, semuanya akan lebih mudah. Nyatanya, bahkan untuk menyadarkan dirinya saja ia tak bisa. Payah.

"Hiduplah dengan baik Raehan Anugrah Dibrata. Terima kasih atas bantuanmu selama ini. Aku benar-benar berterima kasih." Ucap Riana setelah menyelimuti Raehan yang benar-benar sudah terlelap.

Dan itu menjadi kata-kata terakhir yang diucapkan Riana, sebelum dia melangkah pergi ke tempat dia seharusnya berada. Di sisi keluarganya.

***

Raehan bangun dengan kepala yang begitu berat. Perutnya terasa bergejolak dan akhirnya dia berlari ke kamar mandi dan menumpahkan semua yang ingin keluar dari tubuhnya di wastafel.

'SHIT!'

Raehan keluar setelah merendam tubuhnya di air hangat. Dia merasa lebih baik sekarang. Bahkan lebih baik sampai dia mengingat kalau dia bahkan belum menyatakan perasaannya sama sekali.

Rencananya sederhana. Mengajak Riana menjadi pacarnya dan mengurus segala keperluannya. Makannya, kuliahnya dan lain sebagainya. Dengan begitu, Riana tidak perlu kemana-mana. Hanya perlu berada di sisi Raehan dan bahagia bersamanya.

Dia akan menemui Riana pagi ini. Ah salah! Siang ini. Sekarang sudah pukul sebelas siang ternyata.

"Akhirnya kau bangun juga. Kau baik-baik saja? Apa kau pusing, mual, atau nyeri di perut?"

"Astaga om, apa kau mencurigaiku kalau aku sedang hamil?" Ketus Raehan mendegar pertanyaan Sis yang tak masuk akal baginya.

Dan saat itulah, Raehan menyadari sesuatu. Riana tidak berada di manapun.

"Dimana dia?"

"Duduk dan makanlah dulu. Aku membawakan nasi lemak untukmu." Bujuk Sis yang masih tidak tahu harus berkata apa.

"Jangan bercanda om! Apa dia pergi? Lagi?" Raehan benar-benar kehilangan kesabarannya.

Heh. Sis hanya bisa mengela nafasnya. Lagi, lagi dan lagi. Raehan takkan bisa menerima hal ini dengan baik.

"Kita bicarakan nanti. Cepat makan! Komisaris menunggu kita untuk meeting."

"Apa?" Tanya Raehan tak percaya.

"Ini komisaris Raehan. Dia kelihatan tidak senang. Dan dia menunggumu menemuinya. Jadi cepatlah. Jangan buat aku susah."

Dan benar saja. Raehan akhirnya harus terjebak dengan meeting langkanya dengan komisaris yang tidak lain adalah kakeknya sendiri. Idolanya sejak kecil.

Pukul 22.18

Raehan memandangi kotak biru muda yang tergeletak sejak pagi di atas nakas samping ranjangnya. Tadi dia sudah terlambat ketika menyadari keberadaan kotak yang ditinggalkan Riana itu.

Raehan membawa kotak itu dan ia memangkunya setelah duduk di sisi ranjang king sizenya.

Sebuah mini mp4

Sebuah kalung berliontin sayap

Dan sepucuk surat

Raehan meletakkan kotak itu di sampingnya dan mulai membaca isi surat itu.

___________________________________________

Dear Raehan,

Bossku yang super duper bossy. Sebenarnya aku ingin mengucapkan selamat tinggal langsung padamu. Tapi kau ternyata malah mabuk di pestamu. Aku tidak bisa berlama-lama lagi, karena aku harus kembali ke negaraku.

Terima kasih untuk segalanya. Aku benar-benar menghargainya. Sungguh.

Aku tahu aku harusnya membelikan kado yang lebih baik, tapi hanya 2 hal itu yang bisa kuberikan padamu.

Kalau kau susah tidur, cobalah stel lagu yang kurekam untukmu. Semoga itu membantu. Dan, aku berikan kalungku padamu. Kalung itu bernama guardian angel. Kalung yang diberikan almarhumah ibu kandungku. Ibu yang tidak pernah aku temui, karena dia pergi sesaat setelah melahirkanku.

Raehan. Aku tahu aku bukan siapa-siapa. Tapi kumohon berjanjilah padaku. Hiduplah yang baik. Makanlah yang baik. Dan berbahagialah.

Dan aku harap, jika memang suatu hari nanti Tuhan mempertemukan kita lagi. Aku ingin melihat Raehan seperti yang sekarang. Tampan, sehat dan berwibawa.

Raehan. Meski aku tahu aku bukan siapa-siapa. Tapi aku harap aku menjadi sedikit kenangan baik untukmu.

Tetap semangat!!!

Pembantumu,

Riana

___________________________________________

Jangan tanya bagaimana keadaan Raehan. Karena tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Bayangkan saja ketika kau sudah menemukan poros kehidupanmu dan kini dia pergi. Bayangkan!!!

WITH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang