Seorang wanita menangis tersedu-sedu. Dia tertunduk di samping ranjang seorang pria yang begitu ia cintai. Ya, ia cintai. Bodohnya dia karena baru menyadari hal itu. Setelah sekian lama dia jatuh bangun memastikan perasaan di hati kecilnya, setelah banyak masa yang ia lewati bersama raga yang sekarang terpejam tak berdaya itu, akhirnya kini dia menyadari betapa dia mencintai raga di sampingnya itu. Sungguh, dia akan mengutuk dirinya sendiri jika ternyata masanya telah habis dengan pria itu. Sungguh dia akan menyusul pria itu, jika Tuhan tidak memberikannya kesempatan mengungkapkan perasaannya di dunia ini, maka dia akan menyatakan perasaan di dunia lain, di mana raga itu akan berada nantinya. Entah benar entah salah, dia hanya tahu, dia tidak ingin kehilangan pria yang sangat dicintainya itu.
"Kumohon bukalah matamu. Kau idiot brengsek. Bangun atau aku yang akan membunuhmu dengan tanganku sendiri. Apa tidak cukup kau berpura-pura jadi superhero di layar kaca? Apa kau benar-benar harus menjadi superhero juga di dunia nyata? Bangunlah... kumohon bangunlah... aku mencintaimu.....aku mencintaimu...."
***
Riana membuka matanya perlahan karena suara teriakan yang sangat mengganggunya. Siapa lagi kalau bukan suaminya yang overprotektif. Lihatlah dia! Kini dia tengah mengamuk pada semua orang yang ada di ruangan putih ini.
Riana mencoba mengingat apa yang terjadi. Dia sedang bercengkrama dengan Raehan dan kumpulan Don Juan. Riana sedang asik-asik tertawa dengan para istri Don Juan itu yang hadir di pesta pernikahan Joshua dan Bungsu_salah satu Don Juan, ketika tiba-tiba dia mendengar suara letusan senjata. Seketika para tamu undangan menjadi panik.
Tapi Raehanlah yang paling panik. Bagaimana tidak, jika Riana roboh seketika, dan lumuran darah mulai membasahi tangan dan gaunnya. Riana yang masih shock mematung tanpa kata. Bahkan ketika Raehan merengkuhnya, dia masih terdiam. Dilihatnya seorang pria yang baru dilihatnya hari ini yang telah menjadi tameng hidupnya, terkulai tak berdaya di lantai. Security bergerak mengamankan keadaan. Riana bisa mendengar mereka meneriaki nama pria yang melindunginya itu, tapi dia masih dengan keterkejutannya. Tak lama kemudian, semuanya menjadi gelap. Riana merasakan tubuhnya melayang seketika, setelah itu di sinilah dia. Di ruangan yang didominasi warna putih. Riana masih mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa berat dan entah kenapa, dia merasa sangat mual sekarang.
"Kenapa kalian tidak bilang kalau wanita ular itu kabur dari kejaran polisi? Bagaimana jika sesuatu yang lebih buruk terjadi pada Riana? Ya Tuhan! Bahkan membayangkannya saja aku tak sanggup. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan ke-"
"Haus." Suara lirih Riana yang baru tersadar dari pingsannya menarik perhatian semua orang yang ada di ruang inap VVIP itu.
Tuan Arya, keluarga Wiyoto termasuk si bungsu Farrel, Andra, Sis, Nindya dan tiga orang pria yang sepertinya tim penyelidik atau detektif, semuanya mengalihkan perhatiannya pada suara lirih itu.
"Ya Tuhan sayang! Syukurlah kau sadar." Ucap Raehan yang lalu menghujani wajah Riana dengan ciuman. Nyonya Wiyoto memegang gelas menunggu Raehan meluapkan kelegaannya. Diapun sama leganya.
"Aku haus Rae." Ucapnya lagi yang lalu meninum air yang diberikan Nyonya Wiyoto. Nyonya Wiyoto yang senang pun memeluk Riana, begitu juga dengan Nindya yang ikut-ikutan mencium dan memeluk Riana yang masih seperti orang linglung.
"Aku mau red velvet cake." Pinta Riana yang langsung mengembalikan keceriaan yang sempat tegang sedari tadi.
*
"Bisakah aku menengok sahabatmu Rae? Aku benar-benar merasa bersalah. Gara-gara aku sahabatmu terluka." Pinta Riana setelah menyuap potongan red velvet untuk yang kesekian kalinya, dan dia belum terlihat akan berhenti.Semua orang kini sudah pulang untuk beristirahat, hanya tinggal Raehan, Sis dan Nindya yang dapat giliran menjaga Riana. Seandainya Riana tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya, Riana pasti akan sangat terkejut. Tapi biarlah, kabar bahagia ini menjadi rahasia keluarga dulu. Dokterpun menyarankan agar menghindari Riana dari stress dan hal-hal yang mengejutkan untuk sementara.
"Romeo masih di ICU tapi keadaannya stabil sayang, jadi jangan merasa khawatir ya." Jawab Raehan yang sedari tadi terus berada di samping Riana, memperhatikan nafsu Riana yang bertambah besar, lebih besar dari pada biasanya. Sesekali dia membelai rambut istrinya itu, sesekali dia mengecup kening atau kepalanya. Masih tidak percaya jika mereka terhindar dari musibah yang besar.
"Kali ini Latisha tidak akan mendapat rekomendasi rehabilitasi lagi. Om akan pastikan itu." Ucap Sis yang sedang menikmati kopi di sofa, didampingi Nindya yang juga memberikannya potongan red velvet.
"Terima kasih." Ucap Sis pada Nindya setelah mendapat potongan cakenya. Nindya hanya tersenyum, sedang Sis terlihat sungkan dan malu-malu.
***
"Brother! I LOVE YOU.. I LOVE YOU" Teriak Raehan ketika mendapati Romeo, pahlawan yang sudah menyelamatkan istrinya, sadar dan tengah bersenda gurau dengan beberapa Don Juan yang sedang menjenguknya. Daniel, Nata, dan Andrean. Dia baru tersadar beberapa menit yang lalu, syukurlah, peluru itu hanya mengenai bahu atasnya.
Bukan hanya berteriak, Raehan bahkan menciumi sekujur wajah Romeo dengan ciuman, membuat Romeo jijik pada tingkah sahabatnya itu.
"Yaks Rae. Stop it! You're disguisting." Protes Romeo sembari menjauhkan wajah Raehan yang masih saja mencoba menghujaninya dengan ciuman menjijikan itu. Membuat para Don Juan terkekeh geli.
"Maklumlah Rome, kau bukan hanya menyelamatkan nyawa Nyonya Adibrata, tapi triplets yang sedang dikandungnya." Tambah Daniel yang sangat senang satu persatu para Don Juan berhasil memenangkan kutukannya. Membuat Romeo melotot seketika.
"What? TRIPLETS? Jadi kau benar-benar memperkosa istrimu sendiri?" Tanya Rome tak percaya, yang langsung mendapat lemparan bantal dari Raehan.
"She is my Wife. Aku hanya melakukannya dengan cara yang berbeda, mana bisa kau menyebut itu perkosaan." Elak Raehan membela diri.
Ya. Riana tengah mengandung. Bukan hanya satu, tapi tiga sekaligus. Itu adalah hasil perbuatan Raehan yang putus asa menginginkan istrinya setengah mati. Jadi, di suatu malam yang dingin, Raehan memasukkan obat tidur ke dalam minuman istrinya, lalu menembus penghalang Riana yang berharga dengan sangat perlahan. Menghilangkan bekas perkosaannya dan berpura-pura tak tahu menahu kenapa pagi itu Riana mengeluh sakit di area kewanitaannya. Oh Come on! Raehan itu pria normal. Apa mungkin dia bisa tahan melihat istrinya wara-wiri menggodanya tapi tidak bisa memasukinya? HELL NO! Dan itulah kenapa Raehan bisa bersabar sampai sekarang, karena paling tidak, dia telah mendapatkan malam pertamanya. Raehan sekarang hanya berharap, Riana akan mengampuninya setelah dia mengetahui perbuatannya itu dan mendengar kabar membahagiakan ini. Well, Raehan punya rencana, dan semoga rencananya bisa berjalan lancar. Big hope for that.
"Whatever. But I'm happy because you didn't lose your happiness. I just hope i win my curse like u guys did."
Terlihat kesedihan yang kentara di wajah Romeo, dan Andrean langsung mendekati sahabatnya itu, memberikan rekaman yang sempat direkamnya beberapa waktu yang lalu. Dilihatnya punggung seorang gadis yang gemetar karena menangis, gadis itu mengungkapkan perasaaannya dengan air mata dan kalimat terakhirnya membuat jantung Romeo melompat-lompat.
"Aku mencintaimu.....aku mencintaimu.......Romeo."
Romeo membelalakkan matanya, sedang yang lain hanya menaikkan alisnya. Kebahagiaan sepertinya akan menyapa banyak orang. Semoga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH LOVE
RomanceRiana Saraswati adalah seorang gadis yang beruntung. Terlahir sebagai sulung pengusaha ternama. Dia memiliki semuanya. Wajah cantik, kasih sayang orang tua, keluarga yang bahagia dan cita-cita di depan mata. Tapi apa yang terjadi jika dia harus kehi...