UNTITTLED

2.1K 184 9
                                    

Raehan hanya menatap ke luar jendela mobilnya, sedang Riana masih mencoba menghabiskan es krim combonya. Sesekali dia melirik ke arah Raehan, yang sepertinya masih kesal. Riana memojokkan dirinya agar dia bisa sejauh mungkin di dalam mobil itu. Tapi nyatanya mereka sangat dekat, hingga Riana bisa merasakan aura dingin Raehan yang membuatnya takut.

"Dia cantik." Ucap Riana yang langsung menyesali perkataannya, karena Raehan langsung melototinya seakan-akan ingin menelan Riana hidup-hidup.

"Habiskan saja es krimmu dan jangan menggangguku kalau kau tidak ingin dapat akibatnya."

Riana menelan salivanya dan kembali fokus dengan es krim gelatonya. Membiarkan Raehan dengan kekesalannya sepertinya adalah hal yang paling bijaksana saat ini.

***

Raehan berada di kamarnya, berbaring di ranjang dengan beralaskan kedua tangannya yang ia lipat ke belakang. Memandangi langit-langit kamarnya yang sangat monoton. Memikirkan seorang gadis yang saat ini memenuhi angan-angannya. Sayangnya, itu hanya angan-angannya semata. Karena sepertinya, hanya Raehan yang memiliki funny feeling pada si gadis. Sedang Riana, dia seperti tidak memiliki perasaan lebih pada Raehan.

Memang Riana kini nyaman bersama Raehan, gadis itu selalu ceplas-ceplos. Tapi mengingat semua reaksi Riana, Riana tidak lebih dari gadis polos yang sepertinya belum memikirkan masalah pacar dan semacamnya itu.

Teringat ketika Riana bersikap biasa saja saat melihat Raehan yang begitu menggiurkan dengan tubuh atletisnya, pertanyaan Riana jika dia ada kencan atau tidak, dan sikap Riana ketika dia sangat-sangat biasa menghadapi sikap bejad LATISHA, wanita menor yang tadi bersikap jalang pada Raehan.

Apa yang harus Raehan lakukan agar Riana jatuh hati padanya? Dia sudah melakukan apa yang bisa ia lakukan. Membuat Riana menghabiskan banyak waktu dengannya, memberikan perhatian-perhatian kecil padanya, dan siap mendengarkan ocehan dan rengekannya yang menjengkelkan. Hal yang tidak pernah ia lakukan pada gadis manapun, karena memang belum ada gadis yang menarik hatinya. Hanya ada wanita-wanita guci ( sosial elite ) yang perilakunya sangat menjijikan bagi Raehan. Termasuk Latisha. Putri pengusaha yang selalu mendekati eksmud untuk menjamin kehidupannya. Karena dia hanya tahu menghabiskan harta orang tuanya. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah mencari sumber uang lainnya, sehingga dia akan semakin terjamin ke depannya.

Raehan terus saja memikirkan apa yang harus ia lakukan lagi agar Riana melihatnya sebagai seorang pria yang begitu menginginkannya. Dia terus berpikir hingga akhirnya dia terlelap.

*

Petir mencekam. Datang silih berganti bersahut-sahutan bersama guntur yang tak ada habis-habisnya. Bersamaan dengan itu, teriakan seorang wanita membahana ketika melihat suaminya roboh seketika setelah timah panas menembus jantungnya.

"TIDAAAAKKKKK!!!!"

Tak lama kemudian, suara itu tercekat dan menghilang. Membuat seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun itu terpaku di tempat persembunyiannya. Dia melihat wanita yang berteriak itu yang tak lain adalah mama tercintanya, memandangnya dengan mata yang berkabut air mata. Tangannya melebar 5 jari, seakan-akan memberinya perintah untuk terus bersembunyi di bawah meja ruang makan itu. Untunglah meja itu berselimutkan taplak yang menjuntai hingga hampir ke bawah, jadi tidak akan ada yang menyadari persembunyiannya. Setidaknya, mamanya yakin akan hal itu.

"Raehan!!! Raehaaaannn!! Bangun.. bangun!!"

"TIDAAAAAKKKK!!!!"

Mata Riana membulat ketika akhirnya Raehan terjaga. Dia sangat panik ketika Raehan terus saja meracau dalam tidurnya.

"Ka-kau baik-baik saja?" Tanya Riana tak yakin melihat peluh yang membanjiri Raehan, dan nafasnya yang memburu. Dia sepertinya bermimpi buruk. Buruk sekali.

WITH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang