BOSS

2.3K 186 2
                                    

"Jadi, bagaimana, ini sudah seminggu, apa perlu om mencari asisten rumah tangga yang baru lagi?" Tanya Sis ketika dia sedang semobil bersama Raehan. Mereka akan menghadiri lunch meeting di sebuah restaurant bintang lima.

Pertanyaan Sis sangatlah wajar, karena Raehan selalu bergonta-ganti asisten rumah tangga. Dia sangat perfeksionis, dan tidak menerima kesalahan sedikitpun. Ini sudah seminggu, dan sepertinya dia belum mengeluh tentang Riana. Bukannya Sis ingin ada keluhan, tapi mengingat bagaimana tidak akurnya mereka, wajar saja jika Sis khawatir pada keduanya. Di satu sisi, Raehan adalah atasannya yang sudah seperti anaknya sendiri, sedangkan Riana, walaupun tidak sedekat itu, tapi ayah Riana adalah rekanan yang sangat disegani Sis.

"Dan membiarkan dia lepas dari tanggung jawabnya? Enak saja." Ketus Rae tanpa mengalihkan pandangannya dari laporan yang ada di gadgetnya.

"Jadi kau puas dengannya?"

Rae langsung terpaku dengan kata-kata Sis dan langsung menatap pria paruh baya dengan rambut klinisnya itu.

"Puas??? Mana bisa aku puas kalau aku tidak pernah bermain di ranjang dengannya."

Sis terbahak, membuat Rae mengerutkan dahinya. 'Ada apa sih dengan pak tua ini?'

"Sorry my bad. Om tidak bertanya tentang hal itu, om bertanya tentang hasil kerjanya. Dan demi Tuhan Raehan, Riana itu gadis baik-baik. Dia tidak akan melakukan hal itu sebelum pernikahan."

"Oh." Raehan malu sekali rasanya. Kenapa juga dia langsung menyimpulkan ke arah itu. Idiot kau Rae.

"Baiklah. Om rasa kerjanya bagus, jadi om bisa tenang karena jujur saja, mencari asisten rumah tangga untuk memuaskanmu tidak mudah. Puas dalam pekerjaan maksudnya bukan dalam artian yang lain." Dan Sis hanya bisa menahan kekehannya. Sedang Rae mencoba untuk tidak terpancing. 'Dasar pak tua sialan.'

***

MULTI BRATA COOPERATION

"Apa maksud om? Apa ada masalah dengan WIKA Company? Bukankah kata om mereka selalu bersih?" Tanya Rae ketika mereka sudah kembali dari lunch meeting dengan kolega mereka.

Rae baru saja mendapat kabar kalau perusahaan rekanan mereka, WIKA Company, yang bergerak di bidang furnitur, yang memasok berbagai furnitur untuk hotel dan cottage yang mereka bangun sedang bermasalah. Sejauh ini yang Rae dengar, perusahaan mereka sedang di audit badan perpajakan. Itu bukan hal yang baik bagi perusahaan Rae karena mereka sudah bekerja sama lebih dari sepuluh tahun. Dan selama ini, WIKA Company tidak pernah mengecewakan mereka. Setidaknya belum.

"Kita masih harus mengikuti perkembangan beritanya, yang jelas, kita tidak bisa bertransaksi untuk sementara, kalau tidak, kita bisa ikut terbawa arus nantinya." Jelas Sis sambil memijit-mijit keningnya. Ini hal yang lumayan akan menyusahkannya. Mereka terlalu mengandalkan WIKA company untuk masalah furniture selama ini.

'Apa gadis itu tahu masalah ayahnya ini?'

"Rae... Are you okay?" Tanya Sis yang mendapati anak asuhannya itu melamun. Entah apa yang ia lamunkan.

"Ah ya. Selidiki terus dan jangan sampai perusahaan kita disangkut pautkan."

Sis mengangguk singkat dan berlalu setelah mengambil berkas yang baru saja ditanda tangani CEOnya itu.

Rae kedapatan melamun lagi. Sis hanya tersenyum. Sepertinya Sis tahu apa yang tengah dilamunkan Rae saat ini.

"Sepertinya dia belum tahu, kalau itu yang sedang kau pikirkan. Kalau kau mencemaskannya, tanyakanlah sendiri." Ledek Sis yang sudah di muka pintu.

Rae hanya menatapnya garang. Ingin sekali Rae melempar bolpoint mahal yang sedang ia pegang ke arah Sis. Sayangnya, dia terlalu menghormati Sis. Sis sudah seperti orang tua Rae. Orang tua yang sudah sangat lama tak pernah ia miliki.

WITH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang