"Apa masih sakit?" Tanya Sis ketika dia mengunjungi Riana. Walau bagaimanapun, sekarang Riana sudah seperti keponakannya sendiri.
Riana menggeleng. Dia memindahkan kue ikan yang dibawa Sis ke piring dan meletakkannya di meja ruang tengah, tempat favorit Sis sepertinya.
"Tenang saja, bekas lukanya pasti hilang. Jangan sedih lagi ya." Ucap Sis setelah meneguk capucino yang sudah lebih dulu dihidangkan Riana.
"Tidak om. Aku tidak mencemaskan tanganku, aku tahu bekasnya akan hilang. Regenerasi kulitku bagus karena aku rajin makan sayur."
"Oh bagus. Lalu, kenapa kau kelihatan sedih seperti itu? Apa kau mencemaskan tantemu? Jangan khawatir, itu hanya prosedur rutin. Karena modal restoran tantemu juga berasal dari ayahmu, jadi semua aliran dana harus diperiksa. Reshuffle kabinet membuat sistem perpajakan juga dirubah. Jadi hal ini masih sangat wajar."
Riana mengangguk kecil. Dia duduk di sofa single yang berada di ruangan itu, sedang Sis mengambil tempat di sofa panjangnya.
"Aku hanya takut wanita itu datang lagi. Dia sangat nekad. Aku sangat takut padanya."
Sis mengerti. Siapapun akan takut jika diserang seperti itu.
"Tenanglah! Dia sudah ditangkap dan kami akan pastikan dia akan membayar perbuatannya padamu. Apa kau memberi tahu orang rumah?"
Riana menggeleng lagi sambil memasukkan kue ikan isi kacang merah ke mulutnya. Astaga.. enak sekali. Riana tidak menyangka, kudapan negeri gingseng itu bisa dia dapatkan di sini.
"Apa om sedang berencana menghabiskan jatah sarapanku lagi?" Tuduh Raehan yang sudah rapi dengan stelan kerjanya. Dia terlihat tampan dengan setelan armaninya dan dasi gold yang mempertegas wibawanya.
"Aish!! Apa tidak bisa kau sopan pada orang tua?" Protes Riana yang langsung menuju ke pantry. Dia harus membuatkan teh madu untuk Raehan sebelum pria itu mencari-cari kesalahannya.
"Aish!! Bisakah kau berhenti ketus padaku? Sudah kubilang aku terpaksa melakukannya."
Sis hanya terkekeh. Raehan menceritakan bagaimana Riana mengamuk karena baru ingat kalau Raehan yang menggantikan bajunya kemarin. Raehan tidak bisa munafik dengan mengatakan dia tidak terganggu saat menggantikan baju Riana yang basah. Kulit putih itu, halus beledu itu dan pucuk kemerahan yang begitu mungil. Itu sangat menyiksa Raehan kemarin. Belum lagi ketika Raehan mencuri ciuman pertama Riana. Itu adalah hal termanis yang tidak akan Raehan pernah lupakan. Dia bahkan menginginkannya lagi.
"Sudah selesai mengkhayalnya? Kita punya banyak urusan hari ini."
Raehan hanya mencebik dan mereka berusaha bersikap normal di hadapan Riana yang sudah kembali duduk dan menyantap kue ikannya. Riana menyalakan televisi selagi Raehan dan Sis menyelesaikan sarapan mereka. Dia masih kesal dengan Raehan.
***
"Jangan lakukan apapun hari ini karena ada maid yang akan datang menggantikan tugasmu. Cukup beritahu apa yang harus ia lakukan. Kita akan makan di luar jadi jangan memasak juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH LOVE
RomanceRiana Saraswati adalah seorang gadis yang beruntung. Terlahir sebagai sulung pengusaha ternama. Dia memiliki semuanya. Wajah cantik, kasih sayang orang tua, keluarga yang bahagia dan cita-cita di depan mata. Tapi apa yang terjadi jika dia harus kehi...