LOVE

2.3K 167 2
                                    

"Saya benar-benar mohon maaf. Karena perbuatan putri saya, Raehan dan Riana jadi sempat bersilih paham dan bahkan saya tidak menyadarinya." Ucap Wiyoto ketika dia bersama istrinya, Tuan Arya dan putrinya_ Nindya, serta Andra yang juga ikut berkumpul untuk menjelaskan segala sesuatunya. Tanpa Farrel tentunya yang sudah pamit lebih dahulu untuk ke kampus.

"Saya sangat mengenal Laras. Jadi ketika dia melakukan rencananya, saya terus mengawasinya. Saya semakin cemas karena dia bekerja sama dengan wanita bernama Latisha itu yang katanya pernah menyerang Riana saat di Singapur. Tapi saya harus menemukan cukup bukti jika ingin Laras menjauhi wanita itu. Laras adalah orang yang baru akan percaya, jika dia sudah melihat dengan kepalanya sendiri." Tambah Andra yang merasa ikut bertanggung jawab atas segala kekacauan yang terjadi.

"Menyerang?" Nyonya Wiyoto menutup mulutnya tak percaya. Sedang Tuan Wiyoto hanya memejamkan matanya. Selalu saja ada yang mencoba menyakiti Riana. Entah kakaknya sendiri, entah juga orang lain. Semoga saja bukan karena Riana sedang menanggung akibat dari perbuatan buruknya di masa lalu. Kalau benar seperti itu, maka Wiyoto tidak akan pernah mengampuni dirinya sendiri.

"Iya Tan. Ketika Riana bilang kalau dia mengenal wanita itu saya semakin cemas, karena setahu Riana, wanita itu seharusnya masih berada di panti rehab karena kelainan jiwanya. Saya tidak menceritakan semuanya pada Riana, tapi saya rasa kecelakaan Raehan ada sangkut pautnya dengan wanita itu. Saya sudah menyerahkan bukti rekaman dan CCTV saat Latisha menjebak Raehan di Singapur. Tapi dia tidak beruntung karena tidak mendapatkan...maaf "sperma" Raehan yang berharga untuk menjebak Raehan dengan kehamilan, jadi dia memutuskan mencelakakan Raehan, ketika Raehan kembali kemari."

Andra meneguk airnya cepat. "Jika dia tidak mendapatkan Raehan, maka siapapun tak boleh memilikinya. Lebih baik Raehan mati daripada dia harus bersama orang lain.' Itulah yang saya dengar dari rekaman yang kami buat untuk menjebak balik wanita itu."

Nindya menangis. Nyonya Wiyoto merangkulnya agar wanita anggun itu lebih tenang. Sedang Tuan Arya dan Wiyoto sangat bisa menguasai emosi mereka. Walau terlihat tatapan Tuan Arya begitu geram. Sumpah demi apapun, kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada cucu satu-satunya, dia akan menghabisi sendiri si Gila Latisha itu.

"Tapi sungguh, Laras tidak tahu menahu tentang rencana pembunuhan itu. Latisha mendekati Laras hanya agar tahu gerak-gerik Riana dan Raehan."

Tuan Arya menghela nafas dan Tuan Wiyoto terlihat tak enak hati. Dia merasa gagal menjadi seorang ayah.

"Sudahlah Wiyoto. Kita ini sudah menjadi satu keluarga. Aku sudah tahu dari awal tentang putrimu itu. Aku hanya diam karena aku menghargai privasi keluarga kalian. Tapi sekarang, walau bagaimanapun putri sulungmu sudah terlibat. Biar pengadilan yang memutuskan apakah dia bersalah atau tidak." Ucap Tuan Arya sembari menepuk bahu bidang Wiyoto.

Wiyoto hanya menghela nafas berat dan dia memang harus siap untuk itu. Saat ini keadaan Kirana masih tidak ada perkembangan. Dia koma usai menjalankan operasi. Semoga saja pengadilan memberikan dispensasi mengingat keadaan Kirana yang masih belum pasti sampai kapan akan terus seperti itu.

***

"Om sudah bicara dengan Andra semalam. Rupanya, Riana dan Andra mengetahui foto-foto yang kau terima. Kiranalah yang mengirim foto-foto itu, mereka sengaja bersandiwara untuk menguji cintamu dan juga menyadarkan Kirana kalau apapun yang dia lakukan tidak bisa memisahkan kau dan Riana. Seharusnya sandiwara itu selesai saat hari pernikahan kalian, karena Riana berniat menceritakan segalanya. Dia hanya akan menunggu reaksimu setelah menerima foto-foto itu, dan kau melakukan kesalahan dengan meninggalkannya di malam pengantin kalian. Riana menangis semalaman di malam pengantinnya."

Raehan tak percaya dengan apa yang ia dengar. Tapi kenapa? Kenapa harus bersandiwara? Tidakkah kata-kata dan perbuatan Raehan cukup membuktikan betapa ia menginginkan Riana sebagai satu-satunya cinta yang ia punya.

"Dan foto-foto itu terus berdatangan untuk memancingmu pulang, karena Riana tahu kau tak bisa menahan dirimu saat marah. Dan ketika Riana menerima fotomu bersama Latisha, dia ingin mengakhiri semuanya. Mengatakan pada Kirana agar ia berhenti mengadu domba kalian. Dia juga mencemaskan Kirana yang semakin dekat dengan Latisha, sedang dia tahu kalau Latisha punya masalah kegilaan."

"Kepalaku benar-benar ingin pecah rasanya. Ada apa dengan wanita bernama Kirana itu? Kenapa dia begitu membenci Riana?"

"Karena dia-kakakku dan dia membenciku karena hal itu. Karena baginya, aku dan ibuku adalah sumber kesedihannya. Dia akan terus menyakitiku hingga aku kehilangan semua orang yang aku cintai. Karena dia-menganggap ibuku hanyalah seorang jalang yang merebut ayahnya dan ibunya meninggal karena kesedihannya itu. Karena dia-tidak menginginkan aku sebagai adiknya, sekalipun aku tulus menyayanginya sebagai kakakku. Sekalipun aku tahu, dia lebih suka aku mati daripada hidup dan bahagia. Dan sekarang, dia terbaring lemah karena berusaha menyelamatkanku. Kenapa? Kenapa dia menyelamatkanku? Bukankah dia membenciku? Bukankah dia lebih menginginkan kematianku? Hmm? Apa dia ingin menghukumku dengan rasa bersalah seumur hidup? Hmm??"

Riana tak bisa menahan lagi deras air matanya. Sis menghela nafas dan keluar meninggalkan pasangan suami istri itu.

Riana baru saja keluar dari kamar mandi setelah bersembunyi selama dua jam lamanya. Dengan terusan yang memang dibawakan Nyonya Wiyoto, Raehan bisa melihat dengan jelas, bahu Riana yang bergetar hebat. Raehan tak membiarkan Riana menangis sendirian. Diraupnya tubuh mungil yang selalu diinginkannya, membuat Riana tambah meraung-raung akan kesedihannya.

"Suutt.. Jangan berkata seperti itu. Itu karena kalian bersaudara. Pada akhirnya, darah lebih kental dari pada air. Jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua rencana Tuhan dan kau harus mempercayainya. Bukankah Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambanya?"

Raehan mungkin kemasukan sesuatu karena bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Dia sendiri menyalahkan Tuhan atas keadaannya. Tapi semua berubah setelah kehadiran Riana dan cinta dalam hidupnya. Sekarang dia sangat percaya bahwa rencana Tuhan pastilah indah, dan segala sesuatu akan indah pada waktunya. Bukankah begitu?

"Bagaimana jika dia tidak bangun lagi? Bagaimana jika....."

"She'll be alright. Trust me. Okay?" Ucap Raehan lagi mengeratkan pelukannya. Riana masih meraung-raung, dan Raehan membiarkan Riana membasahi pakaiannya dengan air mata.

'Kau tahu Riana, seandainya aku tahu kalau kau meragukan cintaku sehingga perlu mengujiku, maka aku akan membuktikannya mati-matian dari dulu. Lagi-lagi aku menyesal karena selalu menahan diriku hanya karena takut menyakitimu. Aku lupa, terkadang cinta memang menyakitkan, tapi lebih baik merasakan sakitnya daripada hidup tanpa cinta. Riana Saraswati... ini cinta... dan kaulah raga cintaku. Aku akan percaya cintaku dan pada hatiku, jadi mulai hari ini, aku hanya akan mendengarkan keduanya. Bukan yang lainnya.'












*Kenapa updatenya ekspress banget?? 😆😆😆😆. Karena lagi banjir ide aja bwahahahhahahha..... 😂😂😂😂😂😂😂😂. Aku sih author abal-abalan. Gak ada survei, gak ada riset n bla bla blanya. Namanya juga author. Yaudah, tulis aja apa yang mau aku tulis. Gak sampai sejam juga jadi kalau gak ada kerjaan. Eaaaa... 😅😅😅😅😅😅

WITH LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang