#06: BebNju Jadian(?)

1.4K 87 0
                                    

Beby sampai di kampus sendirian karena tadi dia mendapatkan informasi dari Gaby jika Saktia berangkat sendiri ke kampus.

Beby berlari kecil ke dalam kelasnya karena hari ini, dia kembali telat. Tapi beruntungnya, hari ini dosennya tidak hadir.

"Sak, lo kok udah berangkat duluan aja sih! Kan gue udah janji mau jemput lo tiap hari ke kampus. Gimana sih!" Gerutu Beby ketika sampai di kelas.

"Ye maaf, Beb. Habisnya, tadi gue juga terburu-buru." Balas Saktia santai.

Beby terduduk lemas di kursinya. Tubuhnya masih terasa sakit akibat pukulan dari Sisil. Sesekali Beby terlihat meringis saat rasa sakit itu datang menghampiri.

"Lo gapapa, Beb?" Tanya Saktia. "Lo kayak kesakitan gitu."

"Gue gapapa, Sak! Sakit kayak gini mah, kecil lah." Jawab Beby.

Saktia menghela nafas beratnya ketika mendengar jawaban dari Beby yang berusaha tidak ingin membuatnya khawatir.

"Gue anter ke klinik mau?" Tawar Saktia.

Beby menatap Saktia sejenak kemudian mengeluarkan cengirannya. "Gak usah, Sak. Udah, gue gapapa."

Lagi, Beby berusaha berbohong agar Saktia tidak khawatir padahal rasa sakit di tubuhnya semakin menjadi.

"Lo kalau butuh bantuan, bilang ae ya. Gue siap kok." Ucap Saktia.

Beby hanya mengangguk. Keringat dingin telah membasahi seluruh wajahnya akibat menahan rasa sakit tersebut.

***

Kelas pertama telah selesai. Meskipun tidak ada guru, Beby dan Saktia tetap memilih untuk tetap berada di kelas hingga jam pelajaran pertama habis.

"Sak, gue ke kantin dulu ya. Lo mau nitip gak?" Tanya Beby.

"Iya. Yang biasa ya." Jawab Saktia tanpa menoleh ke arah Beby.

Dengan masih menahan rasa sakit di tubuhnya, Beby berjalan keluar kelas menuju ke arah kantin. Yang tidak diketahui Beby adalah, sepasang bola mata yang sedang menatapnya dengan khawatir.

"Shan, lo kenapa?"

Shania mengerjap mendengar suara sahabatnya itu. Senyum palsu ditunjukkan kepada sahabatnya agar sahabatnya tersebut tidak mengetahui bahwa dia sedang khawatir.

"Lo lagi liatin seseorang ya?"

"Nggak ah! Jangan ngaco deh, Nin!" Elak Shania.

"Iya Nin. Jangan ngaco. Mana mungkin Shania melirik orang lain. Yang ada mah dia selalu dilirik sama orang lain."

Shania memutar malas bola matanya saat mendengar candaan dari kedua sahabatnya.

"Lo bedua mending cari tempat duduk gih. Gue yang antri mesen makanan."

"Gue sama Anin, yang biasa ya Shan."

"Iye, Vania! Bawel bat dah lo."

Setelah kedua sahabatnya menghilang dari pandangannya, Shania langsung mengencangkan langkahnya.

***

Shania POV

Kenapa aku bisa sekhawatir ini sih?! Dia juga bukan siapa-siapa! Tapi, instingku berkata bahwa dia membutuhkan bantuan.

"Lo kenapa?"

Dia melihatku dengan senyum palsunya. Aku tahu dia sedang kesakitan.

"Gue gapapa kok. Santai aja." Jawabnya.

"Gimana gue bisa santai kalau lo terus bohong gini?!"

Bukannya takut, tapi dia malah menunjukkan cengirannya.

Between You and Her(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang