#09

1.2K 95 4
                                    

Mentari pagi bersinar menusuk setiap pandangan. Beruntung, semuanya telah terbangun dari alam mimpi mereka.

Wajah segar dan siap untuk berkegiatan mereka tunjukkan. Namun tidak dengan Shania. Dari semalam dia terlihat menggigil dan Beby selalu setia berada di sampingnya dan merawatnya.

"Kak Beby, kita udah mau berangkat nih. Kak Beby mau ikut?" Tanya Anin.

"Gak, Nin. Gue disini aja nemenin Shania. Kasihan dia kalau diajak jalan." Jawab Beby.

Anin mengangguk dan kembali ke rombongan yang hendak berjalan-jalan melihat pemandangan. Helaan nafas berat terdengar dari mulutnya. Entah kenapa, dia tidak suka saat melihat kedekatan Beby dengan Shania.

"Kamu kenapa gak ikut rombongan, Beb?" Tanya Shania.

"Kamu lagi sakit. Aku gak ingin ninggalin kamu sendirian disini." Jawab Beby.

Shania tersenyum tipis mendengar jawaban Beby. Hatinya terasa hangat dan dirinya merasa nyaman saat dia berada di dekat Beby. Tapi, dia masih belum bisa membuka hatinya untuk Beby. Itu yang sangat disesali olehnya.

Wajah Shania memerah saat Beby menempelkan telapak tangan di keningnya. Beby mendengus saat merasakan badan Shania yang masih terbalut demam.

"Bentar ya? Aku ke sungai ambil air dulu." Shania mengangguk lemah.

Shania menghela nafasnya saat Beby telah menghilang dari pandangannya. Dia berusaha mentralkan detak jantungnya yang berdegup kencang.

"Bisa mati gue kalau lama-lama deket sama Beby." Batin Shania.

***

Beby menghentikan langkahnya di tepi sungai. Dengan botol kosong di tangannya, dia mulai mengisi botol tersebut.

Sesekali Beby termenung memikirkan penolakan Shania secara halus saat dia menyatakan perasaannya kemarin.

"Aku akan menunggu. Aku tidak peduli berapa lama kamu akan membuka hatimu untukku. Yang jelas, aku selalu menunggumu." Batin Beby.

Setelah dirasa botol yang dibawa telah terisi penuh, Beby pun mengangkat botol tersebut dan menutupnya.

Pandangan Beby berhenti pada sebuah bunga indah yang tumbuh di tepi sungai. Dirinya tertarik untuk mencabut bunga tersebut dan diberikan kepada Shania.

"Dia pasti bakal suka." Beby tersenyum saat bunga tersebut telah berada dalam genggamannya.

Dengan perasaan bahagia, Beby pun berjalan kembali ke tendanya.

***

Sementara itu...

Seluruh mahasiswa sedang mengikuti kemana sang dosen melangkah. Sesekali ada yang mengeluh kelelahan, dan ada juga yang terlihat begitu semangat.

Orang itu adalah, Saktia. Sedari tadi, dia terus mengambil foto dengan kamera ponselnya. Senyum terus mengambang di wajahnya.

"Van liat deh, bunganya cantik." Vania memutar malas bola matanya melihat tingkah Saktia yang sangat pecicilan.

"Kak Saktia, hati-hati. Nanti jatuh lho." Ucap Anin lembut.

"Tuh dengerin, Sak." Vania menyenggol lengan Saktia.

Saktia tidak menghiraukan nasehat dari Anin. Dia terus mengambil beberapa foto bunga dan burung di sepanjang jalan.

"Nah, kita sudah sampai!" Semua mata tertuju pada hamparan pemandangan yang begitu indah.

Sinar matahari terlihat lebih indah bila dilihat dari atas. Seluruh pasang mata terkagum atas indahnya pemandangan di depan mereka.

"Indahnya! Aku pengen nangis liatnya." Ucap Sisca.

Between You and Her(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang