"Van, lo mau nemenin gue gak hari ini?" Tanya Anin lewat telpon
'Mau kemana emang, Nin?'
"Udah. Lo nurut aja sama gue. Gue mau ajak lo jalan-jalan pokoknya." Jawab Anin.
Tanpa menunggu balasan dari Vania, Anin mengakhiri telponnya dan bersiap. Anin tersenyum kecut mengingat bagaimana dua minggu yang lalu, dia melihat Shania dan Beby yang telah mengesahkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.
"Cinta bertepuk sebelah tangan itu, sakit ya?" Gumam Anin.
Setelah itu, dia bersiap-siap sejenak dan langsung beranjak keluar dari kamarnya.
***
Anin POV
Saat ini, aku dan Vania berada di sebuah BAR di Jakarta. Dan aku cukup menikmati suasana di BAR ini.
Entah sudah berapa gelas bir yang kuteguk. Yang jelas, aku hanya ingin membuang rasa sakit hatiku. Di sampingku, Vania terus berusaha menahanku untuk berhenti minum. Aku tertawa karena sudah mabuk.
"Udah dong, Nin. Lo jangan nyiksa diri lo kayak gini." Ucap Vania lirih.
Aku tersenyum dan mengambil satu botol bir dan menuangkannya ke gelas Vania, "Ayo Van. Lo juga harus minum. Kita bersenang-senang bareng. Yuhuu!!"
Kulihat Vania menggeleng dan menjauhkan gelas berisi bir tersebut dari hadapannya, "Lo mabuk Nin. Udah ya? Ini yang terakhir."
Aku menggeleng, "Mas, kasih satu botol lagi dong."
"Gak! Udah cukup! Lo udah mabuk, Nin." Ucap Vania dengan nada tingginya.
"Hahaha!" Aku mengeluarkan suara tawaku. "Lo pernah rasain patah hati gak sih, Van?"
Vania menggeleng, "Kenapa? Lo lagi patah hati emangnya?"
Aku mengangguk sembari meminum sisa bir dari gelas yang ada di tanganku, "Sakit rasanya jika melihat orang yang kita cintai, menikah dengan sahabat kita sendiri."
Kurasakan usapan lembut pada pundakku. Kutahu itu adalah usapan Vania. Aku membuang pandanganku pada Vania yang berada di sampingku dan tersenyum padanya.
"Cium aku, Van." Ucapku.
Vania tampak terkejut mendengar permintaanku. Dia melepaskan usapannya pada punggungku dan membuang pandangannya ke depan.
"Ayo, cium gue Van." Ucapku memohon sekali lagi.
Vania menggeleng, "Gak! Lo lagi mabuk. Mending kita pulang."
Vania menuntunku keluar dari BAR tersebut setelah membayar segala tagihanku.
***
Author POV
Mobil Vania sampai di depan rumah dari Anin. Vania keluar terlebih dahulu untuk membuka pintu mobilnya dan menuntun Anin ke dalam rumahnya.
Sesampainya di dalam rumah, Vania mendudukkan Anin di sofa ruang tamunya kemudian beranjak untuk mengambil air putih untuk Anin. Dia kasihan pada Anin yang begitu menderita dengan patah hatinya.
"Nih, minum dulu." Ucap Vania sembari menyodorkan gelas penuh air putih ke mulut Anin.
Setelah meminum setengah gelas, Anin tiba-tiba saja terisak. Vania buru-buru meletakkan gelas di tangannya ke meja kemudian menarik Anin ke dalam pelukannya.
"Sakit, Van sakit." Lirih Anin.
"Relain ya, Nin. Dia udah bahagia bersama pilihannya." Hibur Vania.
Anin melepaskan pelukan Vania dan menatap dalam mata sahabatnya tersebut. Keduanya saling bertatapan hingga entah siapa yang mulai, bibir keduanya mulai menempel.
![](https://img.wattpad.com/cover/149733995-288-k213981.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Her(Completed)
FanfictionPerjuangan Shania untuk kembali ke pelukan Beby, dimulai