#19: Kesedihan dan Ketakutan

921 80 9
                                    

Setelah beberapa hari dirawat, Beby akhirnya diizinkan untuk pulang. Dia sangat senang sekali hari ini. Dia sudah merasa baik-baik saja sekarang. Setelah mengurus administrasi, Beby dan sang Ibu pun pulang ke rumah mereka.

"Wah! Ada yang sangat senang hari ini ya?" Beby tersenyum dengan ucapan Ibunya. "Habis ini, kamu mau ketemu siapa, Beb?"

Beby terdiam saat sang Ibu bertanya demikian. Pikirannya kembali pada Shania yang akan ditemuinya. Bagaimana dia akan mengatakannya pada Shania tentang kepergiannya ke luar negeri? Bagaimana perasaan Shania nantinya ketika dia pergi meninggalkan sisi Shania Meskipun dia sudah meminta tolong pada Saktia, tapi dia juga tidak yakin bahwa Saktia mampu menjaga Shania dengan baik. Dia benar-benar khawatir pada Shania saat dia pergi nanti.

"Ma, aku pengen ketemu sama Shania." Beby menatap Ibunya, "Aku mau jujur sama dia tentang aku yang berpura-pura amnesia."

Sang Ibu mengangguk dan tersenyum. Setelah itu, mereka pun berjalan masuk ke arah mobil yang telah menunggu mereka.

***

Beby POV

Sepanjang perjalanan, aku hanya terdiam. Pikiranku terus melayang pada Shania saat ini. Sedang apakah dia? Apa yang dia lakukan saat ini? Itulah pertanyaan yang terus berputar di pikiranku saat ini. Bisa kurasakan saat ini Mamaku menatapku dengan pandangan sendunya.

"Mama tahu kamu kangen sama Shania." Aku memandang Mamaku dengan mata berkaca-kaca kemudian mengangguk.

"Aku-- merasa bersalah udah pura-pura amnesia di depan dia, Ma." Ucapku.

"Kamu sih! Pakai acara pura-pura amnesia."

"Ya, aku hanya ingin mengujinya aja, Ma."

"Gak gitu juga caranya, Beby."

Aku menghela napasku sejenak. Rasa penyesalan ini sangat besar. Rasa bersalah karena telah menipu Shania dengan segala kepura-puraanku. Aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya dan mengungkapkan segala kejujuranku.

Aku mengernyit saat mobilku masuk ke sebuah pekarangan yang kuketahui. Ya! Ini adalah kampusku. Tapi, kenapa kesini? Bukannya ke rumah Shania? Aku memandang Mamaku seolah bertanya. Mamaku hanya tersenyum dan mengangguk perlahan. Setelah mobil berhenti sempuna di tempat parkir, aku pun langsung turun dan berjalan mengitari kampus yang begitu ramai.

Langkahku terhenti saat melihat seorang gadis sedang duduk termenung bersama kedua sahabatnya. Gadis tersebut tampak murung dan hanya sesekali menanggapi candaan kedua temannya. Aku sedikit terhenyak melihat pandangan kosongnya. Matanya juga tampak sembab. Sepertinya gadis tersebut baru saja menangis. Tanpa sadar, air mataku langsung terjatuh dan membasahi pipiku. Kakiku melangkah pelan ke arah dimana gadis tersebut duduk bersama kedua sahabatnya.

"Nju?"

***

Author POV

"Nju?" Shania menghentikan hisapan pada minumannya kemudian memandang orang yang memanggil namanya.

"Be- Beby?" Shania terkejut dan memandang sendu pada orang yang saat ini sedang dirindukannya.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Beby memeluk Shania dengan sangat erat. Kedua sahabat Shania hanya mampu tersenyum melihat pemandangan tersebut.

"Ka- kamu, udah keluar rumah sakit?" Tanya Shania.

"Iya! Aku sembuh begitu cepat." Jawab Beby lirih.

"Syukurlah kalau begitu." Shania membalas pelukan Beby, "Aku senang melihat kamu."

Beby semakin mempererat pelukannya pada Shania. Air mata yang jatuh semakin deras membasahi pipinya. Dia sungguh menyesal dengan apa yang telah diperbuatnya kemarin di rumah sakit.

Between You and Her(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang