Dua minggu setelah pernikahan Beby dan Shania, Saktia pun akhirnya memutuskan untuk kembali pulang dan melanjutkan pendidikannya di kampung halamannya. Dia menghela napasnya setelah semua baju dan perlengkapannya telah dia packing dengan rapi.
Setelah itu, dia berdiri dan melihat ke sekitar kamarnya yang akan ditinggalkannya sebentar lagi. Kamar yang akan selalu membawa kenangan bagi dirinya. Senyum terukir di wajahnya saat memikirkan kembali kenangan itu.
"Bakal kangen banget sama tempat ini pastinya." Batin Saktia.
Saktia membuka langkahnya keluar dari kamar ketika dirasanya cukup bernostalgia. Dia pun mengunci pintu kamar tersebut dan beranjak ke ruang tamu kosannya. Disana sudah ada Gaby, Shania dan Beby yang sedang menunggunya.
Saktia teringat akan janji Beby bahwa Beby akan mengantarnya ke bandara. Saktia tersenyum, kemudian berjalan mendekati ketiga sahabatnya.
"Gak ada yang ketinggalan kan barang lo?" Tanya Gaby memastikan.
Saktia menggeleng, "Semua udah gue masukin ke koper kok, Gab."
"Lo pulang kampung jangan lupain gue ya? Awas lo kalau lupa sama gue." Ucap Gaby.
Saktia terkekeh, "Ya gak mungkinlah gue lupain temen satu kos yang bawel kayak lo."
Gaby membalas kekehan Saktia dan memeluknya. Sejujurnya, kos akan sepi jika tidak ada kehadiran Saktia. Karena selama ini, Saktialah yang selalu menemani Gaby di kosan.
"Jaga diri lo baik-baik, Sak. Gue bakal kangen sama lo." Ucap Gaby lirih.
Saktia mengeratkan pelukannya pada Gaby, "Iya Gab. Gue juga bakal kangen sama lo."
Setelah beberapa menit pelukan, Saktia lebih dulu menyudahi pelukan itu, kemudian menatap Beby. Dia tersenyum pada Beby yang juga tersenyum padanya.
"Baik-baik ya lo." Ucap Beby.
"Lo juga, Beb." Balas Saktia.
Kedua sahabat itupun berpelukan cukup lama sampai Beby yang duluan melepaskan pelukan tersebut.
"Ingat pesan gue." Jeda Beby, "Kalau udah sampe, lo kabari gue."
Saktia mengangguk dan tersenyum, "Iya Beb. Gue bakal kabarin lo kalau gue udah sampai."
Saktia membuang pandangannya pada Shania yang juga tersenyum padanya. Meskipun dia sempat ada perasaan pada Shania, tapi sekarang, dia telah menghapus bersih perasaan tersebut.
"Shan, gue pamit ya?" Ucap Saktia.
"Iya. Lo jangan lupain kita disini." Jawab Shania.
Saktia membuang pandangannya pada Beby seolah meminta izin untuk memeluk Shania. Beby tersenyum dan mengangguk. Saktia memeluk Shania cukup erat.
"Bahagia ya lo sama Beby." Jeda Saktia, "Gue seneng kalau liat kalian berdua bahagia. Jangan bikin dia kecewa lagi."
Shania mengangguk dalam pelukan Saktia, "Iya Sak. Gue pasti bahagia sama Beby dan gue gak akan ngecewain dia lagi."
Setelah berkata demikian, Shania melepaskan pelukannya. Saktia tersenyum memandang wajah ketiga sahabatnya. Dia bersyukur bisa mengenal mereka sebagai sahabat yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka.
"Ya udah yuk! Kita berangkat sekarang. Entar lo telat lagi." Ucap Beby sembari mengambil koper Saktia.
"Ya udah, gue duluan ya Gab. Ingat! Jangan lupa bersihin kamar gue." Sahut Saktia diiringi kekehannya.
"Reseh ya lo! Udah mau pergi jauh juga." Balas Gaby.
Tapi tak lama setelah itu, Gaby tersenyum karena melihat teman satu kosnya akhirnya bisa bersikap dewasa dari kemarin.
"Bakal kangen teriakan dia nih." Gumam Gaby berlalu ke dapur untuk memasak.
***
Saktia POV
Sepanjang perjalanan ke bandara, aku yang duduk di bangku penumpang dari mobil Beby hanya terdiam dan memaku pandanganku pada jalanan kota Jakarta dari balik kaca mobil. Kota ini sungguh memberikan banyak kenangan padaku. Mulai dari suka sampai duka telah aku lewati di kota ini.
Sesekali, terdengar suara kekehan dari Shania saat berbicara dengan Beby. Mereka tampak bahagia. Aku harap, aku juga bisa merasakan bahagia saat aku kembali ke kampung halaman aku nanti.
"Sak, lo mau singgah minimarket beli minum gak?" Tanya Beby padaku.
"Gak usah deh, Beb." Tolakku. "Takutnya makin ngerepotin lagi. Ini aja udah ngerepotin lo banget."
Beby terkekeh, "Gak ngerepotin kok Sak. Emang gue yang mau."
Aku tersenyum atas ucapan Beby. Sungguh, sangat sulit mencari sahabat seperti Beby yang begitu perhatian dan baik. Aku nyesel dulu pernah ngekhianatin dia. Dan kini, aku mengerti arti dari persahabatan tulus.
"Lho, kok kita singgah minimarket Beb?" Tanyaku yang melihat Beby menepikan mobilnya di sebuah minimarket.
"Bentar doang. Gue mau kencing." Jawab Beby diiringi kekehannya.
Setelah Beby keluar, kini tinggal aku dan Shania yang berada di dalam mobil. Beby sengaja tidak mematikan mesin mobilnya agar AC mobil terus hidup dan dapat dirasakan olehku dan Shania.
"Sak, rencana setelah lo pulang kampung apa?" Tanya Shania padaku.
"Rencana?" Aku berpikir sejenak, "Sepertinya gue akan bantuin usaha nyokap gue disana."
"Nyokap lo buka usaha apa?"
"Usaha kecil-kecilan aja kok." Jawabku.
Shania tampak menganggukkan kepalanya. Setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan dari kami sampai Beby akhirnya kembali dan melemparkanku sebotol air mineral.
"Buat di pesawat." Ucap Beby seolah tahu pertanyaan yang akan kutanyakan.
"Makasih, Beb."
Beby hanya tersenyum, lalu kembali menjalankan mobilnya ke bandara.
***
Author POV
Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, mobil Beby akhirnya sampai di bandara. Beby turun dan membantu Saktia untuk menurunkan kopernya dari bagasi.
"Maaf ya, Sak. Gue gak bisa anter sampe dalem." Ucap Beby.
"Gak apa-apa Beb." Saktia tersenyum, "Makasih ya, Beb. Gue udah ngerepotin lo."
"Gak usah sungkan gitu, Sak. Macem apa aja kita ini." Balas Beby.
"Ya udah kalau gitu, gue ke dalem ya Beb." Ujar Saktia.
Beby mengangguk dan melambaikan tangannya saat melihat Saktia telah masuk ke dalam bandara. Setelah Saktia menghilang dari pandangannya, Beby pun masuk kembali ke mobilnya dan memacu mobilnya meninggalkan bandara.
Sementara di dalam bandara, Saktia sesekali tampak gelisah menunggu penerbangannya. Ini pertama kalinya dia pulang ke kampung halaman setelah 7 tahun berada di Jakarta.
"Aku merindukan Mama." Batinnya.
Beberapa menit kemudian, panggilan boarding untuk penerbangan ke Jepang pun telah diumumkan. Saktia bersiap dan mengantri untuk melakukan boarding.
Setelah melewati beberapa pemeriksaan, Saktia pun langsung naik ke atas pesawat. Dia tersenyum tipis saat mengingat kembali kenangannya disini.
"Selamat tinggal, Jakarta. Terima kasih telah memberikanku kenangan terbaik yang pernah ada." Batin Saktia.
Tak lama kemudian, pesawat yang ditumpangi oleh Saktia pun terbang meninggalkan kota Jakarta.
***
End of Special Part: Saktia Pulang Kampung.
Author's note:
Ini special part pertama tentang Saktia yang pulang ke kampung halamannya.Dan kampung halaman Saktia itu di Jepang. Jadi, udah terungkap ya?
Hehe.
Ok! Sekian dulu special partnya.
Semoga suka.
Ciao!
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Her(Completed)
FanfictionPerjuangan Shania untuk kembali ke pelukan Beby, dimulai