Sudah dua jam Beby dan Anin menunggu dokter yang sedang memeriksa Shania. Beby terus berdoa dalam hati agar Shania dapat diselamatkan. Sementara Anin, dia berusaha menelpon orangtua Beby dan Shania untuk datang ke rumah sakit.
"Iya, Tante. Anin tungguin ya?" Ucap Anin mengakhiri percakapan via telpon dengan Mama Shania.
Anin menghela napasnya sejenak, lalu mendekati Beby. Diusapnya pundak Beby yang terus saja gelisah. Hanya ini yang bisa dilakukannya sekarang untuk menenangkan Beby.
"Aku udah telpon orang tua kamu dan orang tua Shania." Anin menjeda kalimatnya, "Mereka sedang menuju kemari."
Helaan napas kasar terdengar dari mulut Beby. Dia menundukkan kepalanya dan menyesali perbuatannya sendiri. Kenapa dia harus menguji Shania kalau akhirnya dia sendiri yang merasakan sakit.
"Aku--terlalu kejam gak sih, Nin?" Tanya Beby lirih.
Anin berjalan ke hadapan Beby dan mensejajarkan tubuhnya dengan Beby, "Kamu yang sabar ya? Terus berdoa untuk keselamatan Shania."
Beby menggeleng, "Gimana kalau Shania gak selamat, Nin?"
"Hush! Shania pasti selamat. Karena dia pasti bertahan untuk kamu." Jawab Anin.
"Aku terlalu takut, Nin." Jeda Beby, "Aku sakit jika melihat dia menderita."
Anin menarik Beby ke dalam pelukannya. Air mata Beby kembali mengalir deras ketika Anin memeluknya. Sungguh, dia tidak ingin hal buruk terjadi pada Shania.
"Mana Shania?" Anin melepaskan pelukannya pada Beby dan langsung menatap pada pemilik suara tersebut, "Ta-Tante?"
"Shania mana?" Tanya orang yang ternyata Mama Shania.
Anin meneguk ludahnya dengan susah payah, kemudian berucap, "Sh-Shania lagi diperiksa di ICU, Tante."
Mama Shania berusaha tenang dan menahan emosinya. Anak gadis yang dijaganya dari kecil harus masuk ke rumah sakit hanya karena hal kecil.
"Ta-Tante?" Mama Shania membuang pandangannya pada Beby, "Maafin saya. Ini semua kesalahan saya."
Mama Shania mensejajarkan tubuhnya dengan Beby yang tampak menundukkan kepalanya. Beby sudah pasrah jika Mama Shania melampiaskan segala emosi kepadanya.
Namun nyatanya, Mama Shania malah memeluk Beby dan mencurahkan air matanya disana. Beby sedikit tersentak saat Mama Beby memeluknya.
"Terima kasih udah bawa Shania ke rumah sakit dengan cepat." Lirih Mama Shania.
"Ta-Tante..."
"Kalau kamu tidak ada, mungkin Shania bakal tergeletak di jalanan tanpa ada yang menyadarinya." Sela Mama Shania.
Beby menatap Anin yang tersenyum padanya. Dia membalas senyuman itu seraya mengucapkan terima kasih tanpa bersuara pada Anin.
***
Beby POV
Sudah tiga jam Shania diperiksa di ruang ICU. Kulihat Mama Shania duduk di kursi tunggu dengan perasaan gelisah. Begitu juga denganku.
Kedua orang tuaku yang telah sampai pun juga berusaha menenangkan aku. Suasana menjadi hening seketika. Tidak ada dari kami yang mengeluarkan sepatah kata pun dari mulut kami.
Hingga....
CKLEK!
Seluruh pandangan mata kami tertuju pada pintu ruang ICU yang terbuka. Seorang dokter keluar dari ruangan tersebut dan tampak menghampiri kami semua.
"Salah satu dari kalian ada yang bernama Beby?" Ucap dokter tersebut.
"Saya yang bernama Beby dok." Jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Her(Completed)
FanficPerjuangan Shania untuk kembali ke pelukan Beby, dimulai