Sepuluh (Revisi)

261 13 2
                                    

Happy Reading








Keesokan harinya saat istirahat kedua, Navya dan teman-temannya ke kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan minta diisi dengan sesuap nasi.

Sebab dari pagi hingga istirahat kedua tiba, selalu ada ulangan mendadak dan tugas yang menumpuk membuat mereka tidak bisa menikmati jajanan kantin di istirahat pertama.

Saat ingin memesan makanan, tiba-tiba ada sosok yang belakangan ini mulai familier di hidup Navya.

Chandra

Ya, dia adalah senior Dewan Ambalan yang dulunya tak pernah disukai Navya, namun beberapa hari terakhir ini mereka sangat dekat bak perangko dan lem, hanya saja mereka lebih akrab di dunia maya daripada di dunia nyata.

Chandra yang tiba-tiba menepuk bahu Navya dari belakang, dibalas dengan keterkejutan Navya.

"Eh, Mas Chandra. Bikin kaget aja. Mau pesan? Kayaknya bakal nunggu lama deh, antre banyak," ucap Navya yang kini berubah sedikit ramah kepada Chandra.

"Nggak, aku nggak mau makan. Aku mau baca buku pelajaran sama novel  disini," ujar Chandra dengan kekehan.

"Yaudah sana ke perpustakaan aja," balas Navya yang semangat meladeni candaan Chandra.

Keduanya sama-sama tertawa sampai ada beberapa orang yang memperhatikan tingkah mereka.

"Kalau ramai mendingan di sebelah aja. Ayo aku temani," ajak Chandra sambil menarik tangan Navya.

"Iya juga ya, sana aja deh. Ayo," Navya menyetujui saran Chandra agar pindah ke kantin yang tidak terlalu ramai.

Mereka akhirnya tertawa bersama setelah beberapa kejadian yang membuat mereka sama-sama merasa kecanggungan.

Sembari menunggu pesanan makanan mereka datang, mereka mencari meja dan kursi yang kosong. Kedua sahabat Navya --Indah dan Dini-- memilih mencari tempat lain karena tidak mau mengganggu Navya dan Chandra.

Mereka tahu betul tentang perasaan Navya saat ini. Ia butuh penghiburan dan hanya Chandra lah yang saat ini bisa memberinya hiburan tersebut. Dan nyatanya sedari tadi Navya dan Chandra mengobrol, senyum manis Navya selalu terlukis jelas di wajahnya. Navya tertawa bebas seolah sedang tak terjadi apa-apa.

"Nanti jangan lupa datang lho ya. Awas aja kalau sampai kamu nggak datang," ujar Chandra memulai percakapan setelah mereka menemukan meja untuk makan.

"Iyaaaaa Mas Chandra, aku datang kok. Masa baru pertama kali langsung nggak datang. Btw Mas Chandra aku mau tanya nih. Boleh?" tanya Navya dengan hati-hati.

"Hahaha. Boleh lah. Apa sih yang nggak buat kamu. Mau nanya apa kok kayaknya grogi gitu?" tanya Chandra balik.

"Ehm........nggak jadi deh, nanti juga tahu sendiri. Hehehe," Navya memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk bertanya.

"Lah kok gitu. Apa sih yang mau kamu tanyakan?" Chandra tetap mengejar agar Navya mengutarakan pertanyaannya.

Navya berdiam sejenak dan mulai mengeluarkan suaranya. Namun, sayangnya pengantar makanan mereka datang. Jadilah Navya menutup mulutnya lagi.

"Kata Kak Geral.....," Navya sengaja menggantung kalimatnya.

Chandra yang peka dengan kalimat Navya langsung membalas "Iya, aku yang menyuruh dia nanya ke kamu. Apa kamu sudah punya pacar atau belum. Iya kan? Itu yang mau kamu katakan kan?" tanya Chandra.

"Iya sih. Tapi kenapa harus lewat Kak Geral? Kenapa kamu nggak nanya langsung ke aku saat kamu lihat aku lagi sama laki-laki lain?" Navya begitu penasaran dengan jawaban Chandra.

"Maaf Nav. Aku memang pengecut. Aku nggak berani ngomong sendiri sama kamu. Karena jujur aku nggak pernah merasa sesakit ini melihat gadis yang ku taksir bersama dengan laki-laki lain. Aku pernah suka sama orang dulu, saat ia malah jadian sama teman aku sendiripun, aku nggak merasa sakit hati dan nggak merasa terkhianati. Tapi ternyata itu beda saat aku suka sama kamu. Sampai-sampai aku takut menerima kenyataan kalau seandainya dia itu benar-benar pacar kamu. Karena dilihat secara fisik, dia hampir sempurna. Aku mungkin tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia," jelas Chandra panjang lebar.

Sebenarnya Navya ingin menjelaskan tentang semua tetapi waktunya saat ini memang belum tepat. Ia harus segera menghabiskan makanannya sebelum jam istirahat selesai.

"Oh.......Ya udah Mas, makan dulu aja. Kita akan bicarakan hal ini di lain waktu. Waktu yang benar-benar longgar untuk kita saling menjelaskan. Kamu mau kan?" ujar Navya yang hanya dibalas Chandra dengan anggukan dan senyuman saja.

Mereka sama-sama menyantap makanan dan berakhir berjalan bersama menuju kelas masing-masing. Mereka terpisah di tangga yang memisahkan kelas mereka.

Di dalam kelas, Indah dan Dini sudah menunggu Navya di tempat duduknya.

"Gimana Nav?" tanya Indah yang penasaran dengan apa saja yang dibicarakan antara Navya dan Chandra.

"Gimana apa nya?" tanya Navya balik yang bingung dengan sikap kedua sahabatnya itu.

"Kamu.... sama Mas Chandra lah. Siapa lagi coba?!" jawab Dini yang gemas melihat kebingungan dari ekspresi Navya.

"Aku? sama Mas Chandra? Ya nggak gimana-gimana. Tadi kita cuma makan dan ngobrol biasa saja. Nggak ada yang aneh-aneh kok," jawab Navya.

Navya sengaja tidak menceritakan tentang percakapannya pribadi mereka karena memang belum terlalu jelas untuk dijelaskan. Namun kedua sahabatnya itu pun tidak bodoh. Mereka pasti tahu ada yang di sembunyikan Navya. Tetapi mereka tidak mau mengejarnya terlalu jauh. Percakapan tiga sahabat itu terhenti karena ada guru yang masuk kelas.

Sepulang sekolah, semua anggota Dewan Ambalan 9 dan Calon Dewan Ambalan 10 sudah berkumpul di ruang kelas yang telah ditentukan. Sebelum mulai, semuanya saling berbincang satu sama lain.

Saat-saat seperti ini hampir tidak ada bedanya antara angkatan 9 dan 10. Apapun mereka obrolkan supaya tambah akrab juga. Ada yang memberi selamat untuk CDA 10, ada yang bergosip ria tentang guru-guru kiler, ada yang ngobrol tentang K-Pop, dan masih banyak lagi.

Navya yang datang agak terlambat karena ada sedikit urusan dengan guru sepulang sekolah, hanya bisa mengikuti arah pembicaraan beda angkatan itu tanpa menimpali kata sedikitpun.

Navya merasa ada yang sedari tadi mengintainya. Hanya satu orang yang biasa melakukan pengamatan terhadap Navya.

Siapa lagi kalau bukan Chandra.

Ya, sedari tadi Chandra terus memandangi Navya tanpa berkedip. Ketika Navya menoleh ke arah Chandra, wajah Chandra langsung memerah dan salah tingkah. Mereka sama-sama memamerkan lengkungan manis dari wajah mereka.

Chandra dan Navya sama-sama salah tingkah. Entah apa yang salah dengan diri mereka. Hanya mereka yang tahu.

Selang beberapa menit, Geral masuk ke ruangan tersebut dan segera memulai kegiatan hari itu.

"Selamat siang adik-adik. Selamat atas bergabungnya kalian di dunia organisasi dan  kepramukaan ini. Kalian adalah orang-orang terpilih yang berhak menyandang sebutan Dewan Ambalan SMA Insan Cendekia. Sebenarnya ada 46 anak kelas 10 yang mengikuti tes tahap tertulis dan wawancara. Namun hanya 30 anak yang masuk dalam kriteria penilaian kami. Dan 30 anak itu, kalian semua yang ada di kelas ini. Sekali lagi saya ucapakan selamat datang dan ingat ini adalah awal dari perjuangan kalian bersama kami. Untuk selanjutnya Kak Chandra yang akan menjelaskan teknis kegiatan kita berikutnya," ujar Geral yang kini diambil alih oleh Chandra.


Cinta Simpul Mati ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang