Tujuh (Revisi)

236 14 0
                                    

Happy Reading






Di depan sana ada Navya, gadis yang sedang diperjuangkan Chandra. Namun Navya kini tak sendiri. Ia bersama laki-laki yang tempo hari menjemputnya di sekolah. Seketika jantung Chandra seolah berhenti sejenak. Ia merasa senang juga merasa sedih.

Senang karena bisa melihat gadis yang sedang dipujanya. Juga merasa tercabik-cabik hatinya, karena kenyataan gadis itu sedang bersama laki-laki yang digadang-gadang sebagai kekasihnya.

Namun, bagaimanapun keadaan mereka, secanggung apapun perasaan Chandra saat ini, ia harus menatapnya tanpa menunjukkan rasa cemburu dan ketidaksukaannya terhadap laki-laki itu.

Dengan berat hati, Chandra menyapa gadis itu.

"Hai, Dek," ujar Chandra singkat.

Singkat tapi mengeluarkan kata-kata itu bagaikan mengeluarkan batu besar dari kerongkongannya.

"Eh,iya kak. Sendiri aja?" tanya Navya yang mencoba memecah kecanggungan diantara mereka bertiga.

Fahri, laki-laki tempo hari itu hanya diam seribu bahasa melihat kekasihnya berbincang akrab dengan orang asing. 

Udah tahu sendiri masih nanya, atau jangan-jangan memang sengaja mengejek sebab ia jalan dengan kekasihnya? batin Chandra.

"Iya nih. Sendiri aja. Kan jomblo happy.  Jadi ya udah terbiasa sih sendiri. Hehehe," kata-kata sindiran itu yang berhasil Chandra ucapkan dan mampu membangkitkan wajah-wajah emosi Fahri.

Navya yang peka dengan sindiran tersebut, hanya bisa tersenyum kecut. Tanpa basa-basi sedikitpun, Fahri langsung menarik tangan Navya, dan terlihat Navya tidak meronta sama sekali. Ia langsung menurut melanjutkan langkah sambil bilang, "Duluan kak Chandra".

Dan hanya dibalas dengan senyum masam Chandra.

"Siapa sih itu? sok akrab banget," tuduh Fahri.

"Oh itu tadi kak Chandra. Kakak kelas sekaligus kakak seniorku Pramuka. Udah deh nggak perlu cemburu. Ya, aku memang sedikit dekat sama dia, tapi aku nggak ada apa-apa sama dia. Cukup untuk profesional dalam organisasi aja," jelas Navya yang tahu arah pembicaraan mereka dan melihat wajah Fahri yang berubah masam.

"Tapi kayaknya dia suka sama kamu. Kalau dia nembak kamu, kamu milih siapa? Aku atau dia? Kalau sampai kamu milih dia, mendingan kita putus aja lah dari sekarang biar kamu dan dia bisa leluasa melakukan pendekatan," sindir Fahri dengan nada sedikit ketus. 

Ya emang aku mau putus sama kamu Ri. Tinggal tunggu tanggal mainnya aja aku akan merealisasikan omonganmu tadi, gerutu Navya dengan suara kecil

Untung saja Fahri tidak mendengarnya, karena jika ia mendengar maka usaha Navya untuk mempertimbangkan hubungan mereka akan sia-sia sebab Fahri tidak akan mau melepas Navya begitu saja. Maka dari itu, Navya harus mencari celah kesalahan Fahri agar ia dengan mudah memutuskan kekasih posesif nya itu.

"Kamu ngomong apa sih Ri? Nggak perlu berlebihan. Apa kamu memang ingin aku PDKT sama orang itu?" jawab Navya dengan nada sarkas.

"Terserah kamu lah. Aku kan emang nggak penting buat kamu," balas Fahri dengan nada tak kalah sarkas. 

Navya hanya mendesah tak bicara satu kata pun sampai mereka terpisah di jalan karena arah rumah mereka memang berlawanan. Fahri memang kadang-kadang kekanakan. Semua masalah sepele, ia jadikan sebagai masalah yang serius dan rumit. Itulah yang kini membuat Navya semakin tidak betah berada di samping laki-laki itu.

Sesampainya di rumah, Navya langsung mencari handphone untuk chatingan dengan Dini. Karena hanya Dini yang Navya percaya bisa memberinya pandangan yang masuk akal.

Bukan karena Indah atau sahabat lain yang tidak bisa dipercaya, namun ketika mereka diajak bicara serius malahan mereka menanggapinya dengan remeh. Dan kebetulan Dini saat itu sedang online.

"Assalamualaikum Din. Lagi sibuk nggak. Pengin curhat lagi nih," sapaku.

"Waalaikumsalam, Soal Fahri? Atau Mas Chandra?

"Fahri lah. Tapi sepertinya aku juga mau bahas sedikit tentang Mas Chandra deh. Hehehe,"

"Oh. Ada apa nih?"

"Aku benar-benar udah nggak tahan deh sama Fahri. Aku ingin mutusin dia secepatnya. Tapi aku bingung bagaimana mengungkapkannya. Dan tadi nggak sengaja ketemu sama Mas Chandra. Fahri tuh ngiranya aku ada apa-apa sama Mas Chandra. Gimana dong aku ngomong putus tanpa melibatkan nama Mas Chandra? Aku nggak mau dia ikutan nanggung cibiran dari Fahri,"

"Oh gitu. Ya kalau kamu memang sudah bulat dan  yakin mengambil keputusan itu, ya sudah secepatnya saja dilakukan. Kalau masalah Mas Chandra, kamu tinggal ngomong aja sama Fahri,"

"Terus kalau Fahri nggak percaya gimana? Kamu juga udah kenal dia sejak SMP kan. Gimana dia yang nggak bisa langsung percaya denganku. Aku jadi nggak enak sama Mas Chandra, Din. Dia nggak tahu apa-apa tentang hubunganku sama Fahri, tiba-tiba dia menerima tuduhan seperti seorang perebut cewek orang," jawab Navya.

"Ya, gini aja kamu coba gali kesalahan Fahri yang tak mungkin dia untuk dimaafkan. Dengan begitu kamu akan mudah memutuskannya. Dan dia nggak akan berani menuduh Mas Chandra yang nggak-nggak karena dia percaya dia yang membuat kamu bisa mutusin dia,"

"Aku udah berusaha sih cari-cari kesalahan dia tapi belum nemu kesalahan dia yang benar-benar fatal, yang bisa membuatku bisa memutuskannya. Tapi btw makasih ya Din udah mau kasih saran,"

"Iya sama-sama. Aku juga seneng bisa bantu teman. Meskipun hanya saran aja sih buat kamu, nggak usah pusing-pusing mikirin masalah itu. Kamu sekarang lebih fokus sama pelajaran kamu aja. Kamu nggak mau kan nilai mu merosot gara-gara mikirin pacar kamu yang posesif itu kan?"

"Iya lah. Mana rela kalau nilai ku merosot gara-gara dia. Tapi btw aku jadi punya rencana sih. Gini aku minta putus aja sama Fahri dengan alasan mau fokus sekolah dan harus mengejar prestasi. Gimana menurut kamu?"

"Ehmm boleh aja sih. Kamu coba dulu aja. Karena kalau nggak dicoba kan nggak tahu nantinya bakal jadi kayak apa. Ya semoga aja Fahri bisa ngerti alasan kamu. Tapi Nav, aku mau tanya deh. Kamu itu nekad ingin putus dari Fahri benar-benar bukan karena Mas Chandra kan?" tanya Dini memastikan.

"Ya nggak lah, Div. Aku Sam Mas Chandra belum sedeket itu. Baru mulai dekat aja, dia pasti udah tahu kalau aku punya pacar tanpa ada yang memberi tahu,"

"Darimana kamu tahu kalau Mas Chandra udah tahu kamu punya pacar?"

"Ada yang ngasih tahu aku, Din. Pas dulu si Fahri jemput aku, ternyata diam-diam Mas Chandra lihat. Terus tadi ketemu di car free day , kebetulan aku sama Fahri,"

"Jangan-jangan pas tempo hari dia cuek sama kamu, dia sebenarnya udah tahu tentang Fahri?"

"Mungkin sih Din. Tapi ya sudahlah biar semua mengalir aja seperti air. Gimanapun nanti jadinya, aku pasrah,"

"Iya, nggak perlu terlalu kamu pikirkan. Takutnya kamu malah sakit karena banyak pikiran,"

"Iya. Makasih ya udah jadi sahabat aku sejak keci,"

"Sama-sama,"

Setelah lega karena bisa curhat sama Dini, Navya langsung beranjak dari kasur dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket karena keringat serta untuk mendinginkan pikirannya yang sedari tadi sesak penuh pikiran-pikiran tentang Fahri juga.....Chandra.

Entah mengapa setelah mengetahui tentang perasaan Chandra kepadanya --meskipun Chandra tidak mengatakannya langsung-- ia terus memikirkannya.

Entah ini maksudnya apa. Mengapa ia gusar saat tahu kalau kakak seniornya itu mengetahui jika ia sudah punya pacar. Permainan takdir apa yang sedang menguji Navya saat ini? Entahlah.

Cinta Simpul Mati ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang