Happy Reading
Waktu menunjukkan pukul setengah tiga sore, itu artinya semua siswa kelas 10 sudah berbaris rapi di halaman sekolah untuk mengikuti apel pembukaan ekstra Pramuka. Saat ini yang menjadi pemimpin apel adalah Chandra dan Navya hanya ikut berbaris di kelompok anggota Dewan Ambalan. Betapa gagahnya Chandra menjadi pemimpin apel dengan suara lantangnya.
Apel pembukaan pun berjalan lancar dan kini saatnya pembagian sangga atau kelompok untuk PTA. Nama sangga untuk PTA tahun ini diambil dari nama pewayangan Jawa. Setiap sangga terdiri dari sepuluh anak kelas 10, penanggung jawab dari DA 9 dan perwakilan dari DA 10. Semua anggota Dewan Ambalan diacak di semua sangga, tujuannya agar mereka bisa membaur dengan anak kelas 10 yang non Dewan Ambalan. Navya menjadi penanggung jawab sangga Dewi Untari dengan didampingi oleh kak Fira. Sedangkan Chandra bertugas menjadi penanggung jawab sangga Abimanyu bersama Adrian DA 10.
"Pas banget kak sama namamu, Abimanyu," ujar Adrian kepada Chandra.
"Jodoh kali hahahaha," balas Chandra.
Mereka sama-sama menjelaskan tentang apa saja yang diperlukan untuk persiapan PTA. Di sela-sela menjelaskan,tiba-tiba suara kak Rizki menginterupsi sehingga semua siswa bergerak memerhatikan kak Rizki yang bicara di mimbar.
"Perhatian untuk semua siswa kelas 10 dimohon untuk memberikan tiga orang perwakilan dari setiap anggota sangganya untuk melihat cara mendirikan tenda di lapangan belakang dan tiga orang perwakilan untuk melihat cara menanak nasi di dekat wall climbing dekat parkiran siswa sekarang juga. Dan sisa anggota diminta untuk memerhatikan penanggung jawab, apa saja keperluan yang diperlukan untuk hari H nya nanti Terima kasih." Jelas Rizki.
"Ehmm..... begini aja yang ke lapangan belakang Stevani, Okta, dan Anis. Sedang yang ke wall climbing Tania, Indri, dan Eva. Untuk yang disini Ifa, Rara, Umi, dan Christi. Dan ya Navya mendingan kamu ikut ke lapangan belakang. Gimana ada yang keberatan nggak?" tanya Fira sebagai yang lebih dewasa diantara semua anggota sangga Dewi Untari. Juga sebagai penaggung jawab sangga Dewi Untari.
"Siap kak Fira," seru semua anggota termasuk Navya.
Semua perwakilan sudah menempatkan diri mereka di lapangan belakang untuk mendirikan tenda, di wall climbing untuk menanak nasi, dan tetap di halaman untuk mendengarkan apa saja yang diperlukan peserta. Semua fokus dengan tugasnya masing-masing.
Sesampainya di lapangan belakang, mata Navya langsung tertuju pada seseorang yang tengah menyiapkan tongkat serta tali temali untuk persiapan mendirikan tenda. Siapa lagi jika bukan Chandra. Setelah Sholat Jumat tadi, mereka memang belum bicara lagi meskipun tadi ketemu di ruang kelas saat briefing. Chandra yang sedari tadi sibuk tidak mengetahui jika gadis pujaannya ada di depan matanya. Semua peserta benar-benar memerhatikan cara Chandra dan kawan-kawannya mendirikan tenda dengan waktu kurang dari 10 menit. Namun tidak dengan Navya, ia malah sibuk memerhatikan wajah Chandra yang berkeringat yang semakin membuat wajah lelaki itu terlihat lebih menggoda. Tahan Navya, jangan sampai ada yang curiga kalau kamu mencuri-curi pandangan kepada laki-laki yang menjadi primadona SMA Insan Cendekia.
Setelah selesai memberi arahan mendirikan tenda, Chandra sadar jika ada yang memerhatikannya sedari tadi, ia langsung melempar senyum manisnya kepada Navya. Mengetahui jika ia diberi senyum oleh Chandra, Navya hanya membalas tersenyum dengan sedikit salah tingkah.
"Lucu banget sih kalau lagi salah tingkah," batin Chandra.
Akhirnya adzan ashar pun berkumandang membuat semua kegiatan harus dihentikan untuk sementara. Begitu lapangan belakang dirasa sepi karena semua peserta sudah berlarian ke masjid maupun kantin, Navya mendekat ke Chandra,karena memang saat ini di lapangan belakang hanya ada dua orang itu, siapa lagi kalau bukan Navya dan Chandra. Namun, tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang terus memperhatikan mereka dari kejauhan.
"Aku bantu beres-beres ya kak," tawar Navya untuk membantu Chandra membereskan tenda, tongkat serta tali temali yang berceceran di lapangan.
"Boleh aja kalau kamu nggak repot. Btw kok kamu kesini? Lagi nggak sholat ya?" tanya Chandra.
"Nggak repot kok. Iya aku lagi libur. Males ke kantin juga pasti masih rame banget," jawab Navya sambil membereskan tongkat yang ada. Mereka bekerja sama membereskan alat-alat yang masih ada di lapangan sambil sesekali bercanda.
"Oh ya Nav, kayaknya kita jodoh deh," celetuk Chandra memecah keheningan.
Navya yang terkejut, seketika menghentikan aktivitasnya yang sedang mengumpulkan sisa tali.
"Hah? Kok bisa kak?" tanya navya yang bingung dengan arah pembicaraan Chandra.
"Udah berapa kali sih aku bilang kalau kita lagi berdua gini jangan panggil kak tapi panggil aku mas," protes Chandra yang tak terima dipanggil dengan embel-embel kakak.
Dasar aneh hmmmmmm
"Kan kita ini lagi esktra, jadi sudah seharusnya aku manggil kamu kakak," jawab Navya yang tak mau kalah dengan Chandra.
Cewek memang selalu benar deh hahahahahaha
"Ya udah deh terserah kamu. Yang penting jangan panggil aku Om aja. Hehehe. Eh iya kamu emang nggak penasaran sama ucapanku tadi?" tanya Chandra kembali ke topik semula.
"Ya penasaran lah. Kasih tahu lah kak. Kak Chandra kan baik hati, tidak sombong," Navya berusaha merayu Chandra agar mau menjelaskan apa maksud dari kata-kata nya tadi.
"Kamu kan jadi Pinsa (Pemimpin Sangga) dari sangga Dewi Untari kan?" tanya Chandra.
"Iya. Terus hubungannya sama kita jodoh apa?" tanya Navya yang benar-benar tak paham dengan perkataan Chandra.
"Karena kamu sangga Dewi Untari dan aku sangga Abimanyu. Mereka kan sepasang suami-istri yang menurunkan pewaris tahta dari Ngastina. Kamu tahu kan pewaris tahta nya siapa?" kata-kata Chandra yang semakin membuat Navya tambah bingung.
"Iya tahu. Parikesit kan? Tapi yang aku bingungkan apa coba hubungannya sama kita?" tanya Navya mulai frustasi.
"Kan mereka ditakdirkan berjodoh ya meskipun Abimanyu tewas di medan perang Baratayudha sebelum Parikesit lahir. Sedang untuk kita, aku berharap kalau kita bisa berjodoh kayak Untari dan Abimanyu sampai kita tua nanti. Lihat anak cucu kita tumbuh dan bahagia bersama," jelas Chandra panjang lebar.
Alamak, kenapa nggak langsung pada intinya sih Chandra, kenapa harus muter-muter dulu. Gemessss aku tuhhhh..........
"Oh........""Kok cuma oh. Kasih tanggapan lain dong, yang lebih romantis gitu," protes Chandra.
"Ya habis kamu mikirnya kejauhan jadi aku bingung lah mau komen apa. Lagian perjalanan kita menuju jenjang itu masih panjang kali kak. Udah yuk, semua udah beres. Kamu sholat sana gih," Navya berusaha memalingkan wajahnya dan mengalihkan pembicaraan agar Chandra tidak melihat wajahnya yang merona akibat kata-kata nya tadi.
"Ya udah yuk," akhirnya Chandra mau menurut untuk mengakhiri pembicaraan mereka.
"Syukurlah," batin Navya lega.
Setelah semuanya beres akhirnya mereka berdua pergi dari lapangan belakang. Seketika tubuh Navya menegang melihat siapa yang ada di depannya. Dia adalah Nafia Ningrum, salah satu anggota DA 10 yang juga menyukai Chandra.
"Ningrum? Kamu kok ada di sini?" tanya Navya hati-hati. Ya Nafia Ningrum memang biasa dipanggil Ningrum. Tujuannya untuk membedakan antara Navya. Karena mereka sama-sama berjilbab. Susah kan kalau semua dipanggil Navya atau Nafia yang terdengar sama.
"Ehm.... sebenarnya tadi mau gudang balikin peralatan ini," jawab Ningrum yang salah tingkah melihat Chandra dengan jarak yang dekat.
"Oh....udah sholat? Kalau belum sana gih sama kak Chandra. Aku duluan ya mau ke kantin. Bye," jawab Navya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Simpul Mati ✅
ChickLitDi dalam Pramuka, aku diajarkan hidup dalam kesederhanaan Di dalam Pramuka, aku diajarkan kesetia kawanan Di dalam Pramuka, aku diajarkan tentang ilmu-ilmu kepanduan Namun, satu yang melekat dengan Pramuka meskipun tak ada di dalam materinya Cinta P...