Lima (Revisi)

247 14 0
                                    

Happy Reading






"Dek, boleh bicara sebentar?" tanya cowok itu.

Navya yang bingung harus menjawab apa, ia hanya mengangguk dan mengikuti langkah cowok tadi menuju kantin yang sudah lumayan sepi.

"Ada apa kak? Saya melakukan kesalahan ya?" tanya Navya untuk memecah keheningan antara mereka.

"Nggak kok, kamu nggak salah apa-apa. Tapi aku boleh tanya sesuatu?" tanya cowok itu, kak Geraldo.

Ya, orang yang mengajak Navya mengobrol adalah Geral, sahabat Chandra yang berusaha mengorek informasi tentang status Navya. Apakah masih jomblo atau sudah mempunyai pacar. Itu semua ia lakukan demi mengobati kegalauan Chandra.

"I--iya boleh. Ada apa?" jawab Navya ragu-ragu.

Sebenarnya Navya sudah bisa menebak apa yang akan Geraldo tanyakan pasti ada hubungannya dengan Chandra. Karena yang Navya lihat, Geraldo dan Chandra memang dekat.

"Ehmm........sebenarnya agak nggak enak sih ngomongnya. Tapi mau gimana lagi ini amanah dari orang yang penasaran banget tapi gengsi untuk menanyakan hal itu ke kamu langsung," jelas Geraldo dengan terkekeh.

Navya ikut tertawa, dia yakin pasti orang yang Geraldo  maksud itu Chandra.

"Mau ngomong apa sih kak? Dan orang itu siapa?" tanya Navya.

"Chandra kemarin melihat kamu boncengan sama cowok dan kalian terlihat sangat dekat. Dan dia galau dek, mikirin kamu itu udah punya pacar atau belum?" jelas Geraldo  lagi.

"Ohh...Mas Chandra to ternyata orangnya. Tapi kenapa dia yang galau saat lihat aku boncengan sama cowok lain?" tanya Navya penasaran.

Sebenarnya Navya sendiri sudah tahu apa yang menyebabkan Chandra galau itu.

"Jadi itu yang membuat Chandra bersikap acuh dua hari ini," batin Navya.

"Kamu nggak tahu? Tapi harusnya kamu peka dong dek, dia itu akan bersikap manis sama cewek yang sudah menyetrum hatinya. Dia itu suka sama kamu," jelas Geraldo dengan menekankan kata suka.

Sebenarnya Navya tidak terlalu terkejut karena memang dari awal sikap manis Chandra itu sudah mengisyaratkan klau dia suka sama Navya. Hanya saja Navya tak mau besar kepala mengatakan kalau benar Chandra menaruh perasaan istimewa dengan dirinya.

"Ohhh.... sebenarnya begini ceritanya kak....," ujar Navya namun terpotong oleh Kak Rizki yang tiba-tiba memanggil Kak Geraldo kalau acara harus dilanjut.

Kak Geraldo  menyetujuinya dan mereka sama-sama balik ke ruangan. Di sepanjang perjalanan, Geraldo membisikkan sesuatu

"Sekarang kamu udah tahu tentang hatinya Chandra, selebihnya kamu ngomong sendiri ya tentang apa yang mau kamu jelaskan tadi," bisik Geraldo  yang hanya dijawab Navya dengan anggukan.

"Ya terus aku harus bagaimana? Memutuskan Fahri demi Chandra?" batin Navya.

Semua orang telah memasuki ruangan namun kali ini dengan suasana santai, tidak seperti awal tadi. Setelah sedikit berbasa-basi, Geraldo  selaku ketua pelaksana memberi sedikit pengumuman untuk para CDA.

"Adik-adik berhubung besok hari Sabtu dan sekolah kita libur karena 5 hari sekolah, maka seleksi tahap wawancara akan dilaksanakan pukul sembilan pagi. Agar kegiatannya tidak memakan waktu banyak dan kalian bisa segera pulang untuk istirahat di rumah, di mohon untuk tepat waktu. Ini tidak untuk CDA saja, tetapi untuk semua pihak yang ikut andil dalam kegiatan ini. Terutama untuk kakak-kakak DA 9 yang bertugas menyeleksi digarap datang pukul delapan pagi untuk persiapan terlebih dahulu. Paham semua?" ujar Geraldo.

"Paham kak," jawab semuanya serentak.

"Baiklah kalau begitu saya kembalikan ke Kak Chandra karena tadi dia yang membuka kegiatan. Silahkan Kak," suruh Geraldo kepada Chandra.

"Terima kasih kak Gerald. Dan untuk semuanya, karena tadi kita awali dengan doa sekarang kita akhiri dengan doa ya. Berdoa dipersilakan," ujar kak Chandra.

Suasana hening beberapa saat.

"Selesai. Terima kasih untuk adik-adik CDA yang sudah menyempatkan waktu untuk kegiatan ini. Untuk kakak-kakak DA 8 yang sudah berkenan hadir dan semua panitia seleksi terima kasih telah mensupport kegiatan hari ini. Sampai ketemu besok dan hati-hati di jalan ya," ucap Chandra dengan ramah.

"Dek mau pulang sekarang?" tanya Chandra kepada Navya.

Seketika Navya menoleh dengan gugup.

"Iya Kak, pulang sama Indah. Mau ambil fotokopi buat kelas dulu," jelas Navya seolah tahu apa yang dipikirkan Chandra mengenai teman Navya itu.

"Oh....rumah kalian searah?" tanya Chandra lagi.

"Sebenarnya agak melenceng sih kak, tapi nggak apa dia bersedia nganterin aku kok. Iya kan ndah?" ucap Navya dengan senyum memohon menatap Indah.

"Iya kak, tenang aja adekmu ini akan aman sampai rumahnya kok," jawab Indah yang sedikit geli melihat salah tingkah Chandra.

"Adek dari Hongkong," batin Navya.

"Ehm...iya yaudah cepet sana nanti kesorean lho. Hati-hati ya," pesan Chandra.

"Iya Kak," jawab Navya dan Indah kompak.

"Aku tadi udah ngomong sama Navya tentang kegalauan kamu itu," tiba-tiba Geral sudah ada dibelakang Chandra setelah Navya dan Indah menghilang.

"Hah?? Beneran kamu ngomong semua yang aku katakan itu sama Navya?" tanya Chandra tidak percaya dengan apa yang barusan Geral katakan.

"Yapss....tapi dia belum bilang apa-apa sih, soalnya pas mau menjelaskan aku dipanggil Rizki tadi. Dan ya kenapa dia nggak terlalu terkejut ya saat aku bilang kalau kamu suka sama dia? Ekspresinya biasa aja tuh. Kamu tahu alasannya?" tanya Geral yang penasaran.

"Ehmm kayaknya dia udah tahu deh tentang perasaan ku ini. Dia tuh orangnya peka banget bro, kemarin aja pas aku acuhkan, dia merasa pasti ada yang salah dengan diriku. Tadi yang bilang Indah sih, dia kan sobatnya Navya jadi tahu lah apa yang dirasakan oleh Navya," jelas Chandra dengan santai.

"Bisa jadi sih. Kenapa kamu nggak nanya aja sama Indah tentang Navya dan kehidupannya? Ya paling nggak kamu punya info yang sedikit akurat lah," ucap Geral.

"Udah aku coba tapi Indah bilang kalau aku mau PDKT sama sobatnya itu, aku harus berusaha sendiri. Soalnya Navya itu orangnya gampang-gampang sulit," jelas Chandra.

Percakapan mereka terpotong karena  Fira minta diantar pulang sama Geral. Karena memang rumah mereka searah dan hampir setiap hari berangkat dan pulang bersama.

Sesampainya dirumah, Chandra langsung mandi dan merebahkan badannya ke kasur. Dia semakin penasaran sama jawaban Navya. Ingin sekali Chandra menghubungi Navya untuk memperjelas semua ganjalan dihatinya.

Namun Chandra ragu dan memilih membuka buku dan mengerjakan tugas-tugasnya. Nantinya bila waktu itu tiba,ia akan mengetahui tentang cowok yang bersama Navya tempo hari. Itulah yang bisa Chandra pikirkan untuk membantu menenangkan hatinya yang sedang gundah gulana.


Cinta Simpul Mati ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang