Chapter 4 | Laki-laki berhati Iblis

488 62 6
                                    


Bagiku kamu adalah mimpi buruk
Dan, ku harap aku bisa segera bangun untuk mengakhirinya...

-- Silvia --

~~~~

Sudah terlalu banyak hal-hal buruk yang aku alami selama usiaku 20 tahun ini. Dan sekarang kebodohan apa lagi? Ini adalah hal tergila yang pernah terjadi sepanjang usiaku.

Dunia memang kejam, dalam sekejap hal sederhana itu mengubah dan merusak semua impian yang selama ini ku bangun. Aku tidak perlu harta yang berlimpah, karena yang aku perlukan hanyalah cinta dan kasih sayang dari orang yang aku cintai.

untuk pertama kalinya aku kecewa dengan kedua orang tuaku karena secara tidak langsung, mereka telah menjualku untuk menutupi hutang mereka. Aku mengerti dengan posisi mereka, tapi apa harus dengan cara ini?

Pria kaya dan sombong itu tidak sepenuhnya menerima perjodohan ini. Dan fatalnya dia adalah pria yang tempo hari menambrakku. Aku takut...! Tapi aku bukan perempuan lemah, aku tidak ingin dia meremehkanku dan bertingkah semena-mena.

Sore ini, sesuai dengan janji yang telah di buat oleh Ayah, dia akan datang berkunjung kerumahku. Rumah reot yang mungkin hanya seluas kamar mandinya saja. Rumah yang mungkin tidak sudi dia lihat. Pertemuan singkat dengan nya sudah lebih dari cukup untukku mengenalnya, setidaknya untuk tau tipe orang seperti apa dirinya.

Tidak bisa aku bayangkan bagaimana aku akan hidup dengannya sebagai pasangan suami-istri. Dengan laki-laki yang sama sekali tidak kukenal, laki-laki kasar yang tidak punya hati dan tidak bisa menghargai orang lain. Aku tidak tau bagaimana mungkin Tuhan bisa sekejam ini? 

"Jangan senang dulu, kau pikir aku sungguh-sungguh mau menikahimu?" dia tersenyum licik, membuatku jijik memandangnya.

Aku langsung menoleh tidak suka kearahnya, namun beberapa detik kemudian aku kembali memalingkan wajah. Rasanya aku tidak sanggup melihat wajahnya yang penuh kerling jahat itu.

Kami memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi taman yang tidak jauh dari rumahku. Bukan permintaanku ataupun Ayahku atau pengacaranya, tapi permintaan lelaki itu sendiri.

Dan dengan gayanya yang angkuh penuh sombong itu, dengan balutan jas mahal serta sepatu kulit ekspornya, dia berjalan elegant menyusuri jalan setapak panjang yang kami lalui.

"Aku sudah hafal dengan tipe-tipe perempuan sepertimu yang ingin kaya dengan cara instant... ciihhh!!" dia berdecih

"Maaf? Anda laki-laki berpendidikan kan? Saya rasa anda tau bagaimana cara bicara yang sopan!" sahutku ketus. Jujur, perkataannya membuatku naik pitam. Enak saja dia mengatakanku dengan sudut pandangnya yang murahan.

Dia tertawa keras penuh ejekan, "tidak usah malu mengakuinya, di zaman yang  keras seperti ini, hal itu sudah dianggap wajarkan? Dan bahkan ada yang rela menjual dirinya demi uang..."

PLAAKKKKKKK...!!!!!!

Sebelum dia sempat nyelesaikan kata-katanya, tanganku lebih dulu melayang dan mendarat dipipi kerasnya. Aku sudah tidak bisa lagi menahan kesabaranku mendengar perkataan dari mulut kotornya.

Gerakan spontanku itu membuatnya reflek memegang pipi kirinya. Matanya memerah dan melotot kearahku, dalam seketika dia berubah menjadi sosok yang menakutkan. Rahangnya mengeras, giginya gemelatuk dan tangan kanannya mengepal sangat keras.

Saat itu aku sadar, tingkahku telah membangunkan iblis di dalam dirinya. Ketika dia melangkah maju, reflek kakiku melangkah mundur. Tubuhku menegang, jantungku berpacu sepuluh kali lebih cepat. Dia menarik tanganku  dengan hentakan keras, hingga tubuhku terlontar dan menempel di dadanya. Tangannya yang lain mendekapku, sementara tangan kanannya mengunci tangan kiriku ke belakang. Dia menghimpit tubuhku diantara tubuhnya dan pepohonan.

Aku merasakan perih disekitar pergelangan tanganku akibat genggamannya yang sangat kuat. Aku tidak punya keberanian untuk memandang matanya lama. Entah kenapa ada perasaan yang membuat aku tidak berani mengucapkan sepatah katapun.

Namun tiba-tiba dengan gerakan cepat, tangan kirinya yang besar mencengkram leherku hingga membuatku kesulitan untuk bergerak dan bernafas.

"Kamu pikir kamu siapa berani menyentuh saya!?" dia setengah mengeram dan cengkraman tangannya semakin kuat dileherku.

Aaaaaakkkk.... aku berusaha menghirup udara sebisaku,

"Saya tidak akan segan-segan melakukan hal yang lebih kasar dari ini!!" dia melepaskan cengkramannya dan mendorongku dengan keras menjauh dari dirinya.

Tubuhku menegang dan bergetar hebat, jantungku berpacu seolah aku baru saja keluar dari terowongan panjang yang gelap. Dia menatapku beberapa lama dengan matanya yang sulit diartikan. Aku sama sekali tidak memperdulikannya, tanpa aku sadari kakiku melangkah tanpa perintah menjauh dari dirinya. Karena sejak tadi sirena berbahaya mendengung dikepalaku.

Ketika aku melangkah, tangan besarnya menahan pergelangan tanganku. Aku tidak mencoba untuk melepaskannya karena tubuhku masih dalam ketakutan hingga rasanya tenaga ku menguap entah kemana.

Saat itu tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing, pandanganku berkunang-kunang, tubuhku serasa tidak bertenaga dan dalam seketika semuanya gelap dan aku tidak ingat apa-apa lagi.

~~~~

Tubuh mungil Silvia terhuyung ke belakang tak bertenaga, dan spontan Nathan menangkap tubuh kecil itu dengan kedua tangan kekarnya. Silvia tak sadarkan diri, Nathan memeluknya dalam dekapan dadanya sembari menepuk-nepuk pelan pipinya.

Wajah laki-laki dengan tuxedo hitam itu, telihat  cemas dan khawatir. Ia kebingungan harus melakukan apa sementara taman yang mereka kunjungi itu tidak begitu ramai.

Wajah Silvia kuning pucat, nafasnya tidak teratur dan tubuhnya sangat lemas , membuat Nathan semakin khawatir.

Setelah beberapa saat berpikir, Nathan akhirnya mengambil tindakan yang tidak pernah dia lakukan olehnya sebelumnya, dia menggendong Silvia ala bridal style. Sebelumnya Nathan tidak pernah melakukan  hal itu, dia tidak pernah peduli dengan orang lain, apalagi dengan wanita.

Nathan membawa Silvia ke sebuah pondok kecil dibawah pohon. Dia tidak mungkin membawa Silvia pulang dengan keadaan seperti ini, itu hanya akan menimbulkan masalah baru baginya nanti.

Setelah beberapa lama, akhirnya mata sayu Silvia terbuka. Dia menatap takut begitu melihat Nathan dan spontan menjauhkan diri dari jangkauan Nathan.

"Aku mau pulang." kata Silvia dengan suara bergetar

Nathan menatapnya bingung, namun tidak mengatakan sepatah katapun. Silvia berusaha bangkit tapi, dia gagal karena tubuhnya yang masih lemas akibat pingsan tadi. Lagi-lagi Nathan menangkapnya dengan menggenggam kedua bahu Silvia. Namun, dengan cepet Silvia melepaskannya.

"Aku bisa sendiri." sahut Silvia masih dengan suara bergetar penuh ketakutan.

Nathan mengikuti kemauan Silvia. Dia berjalan dibelakang Silvia, memberikan jarak sekitar lima meter untuk perempuan itu. Untuk pertama kalinya dia bertemu dengan perempuan yang begitu ketakutan karena ancamannya.

Dan Nathan tidak pernah menyangka Silvia akan setakut itu dengan ancamannya. Ada sedikit rasa bersalah menyelip dihatinya, namun segera disingkirkannya karena bagi Nathan itu hanya akan menjadi kelemahan untuknyaa.  



■■■TBC■■■
__________

4-08-018

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang