Seminggu berlalu kesehatan Nathan berangsur-angsur pulih, Silvia dengan setia menemani Nathan meski dia harus bolak-balik menjaga Dimas sekaligus. Pemandangan teduh antara Nathan dan Silvia seakan membuat atmosfir keluarga Nathan menjadi jauh lebih baik, semuanya memancarkan raut wajah bahagia karena ini lah yang selama ini mereka harapkan.
Nathan dan Silvia seperti biasa selama di rumah sakit setiap pagi mereka akan berjalan-jalan di taman rumah sakit. Hal itu Silvia lakukan sesuai intruksi dokter untuk mempercepat stabilitas tubuh Nathan. Bersamaan dengan itu Dimas juga masih setia menginap di rumah sakit yang sama tapi, keadaanya jauh lebih baik dari sebelumnya meski dia masih harus bergantung dengan peralatan rumah sakit.
Silvia mendorong kursi roda Nathan mengarahkanya pada sebuah kursi taman. Perempuan dengan wajah anggun duduk dikursi putih sementara Nathan di kursi rodanya. Wajah Nathan berubah berseri-seri belakangan ini, wajah galak dan mengerikanya seakan sirna tertelan angin malam. Dan itu membuat Silvia jauh lebih nyaman setiap kali bersama suaminya
"Silvia, kamu tau aku sangat bahagia karena kamu sudah kembali kepadaku. Aku berjanji tidak akan membuat kamu terluka atau sakit hati lagi, aku tidak ingin kehilangan kamu lagi." ucap Nathan sembari menggenggam tangan Silvia dan menatapnya dengan sungguh-sunguh.
Silvia tersenyum teduh, "aku juga minta maaf karena aku kamu jadi seperti ini, seharusnya aku mendengarkan penjelasan mu sebelum memutuskan semuanya."
"Aku tau Silvia, kesalahanku memang tidak bisa termaafkan. Aku adalah penyebab kematian Sahara dan anakku sendiri tapi, aku tidak sejahat itu jika aku tau aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi." wajah Nathan berubah sendu mengingat semua masa lalu kelamnya.
"Apa kamu masih mencintai kak Sahara? Nathan, aku tidak ingin kamu bersama ku hanya untuk menebus kesalahanmu pada kakakku. Aku tidak ingin hidup bersamamu dalam bayang-bayang orang lain."
Nathan menoleh dan menatap mata Silvia, "untuk apa kamu masih mempertanyakan itu? Aku mencintaimu Silvia bukan karena Sahara tapi karena aku ingin bersama mu. Aku jatuh cinta Silvia bahkan aku belum pernah merasakan seingin itu dekat dengan mu, aku tidak bisa jauh darimu."
Tanpa sadar setetes air mata jatuh di pipi Silvia, dengan cepat perempuan itu menghapusnya. Baru kali ini dia tersentuh mendengar ucapan seseorang, sebelumnya dia belum pernah bertemu dengan orang yang begitu sungguh-sungguh mencintainya. Namun, meski dia tau Nathan telah mencintainya tapi, Silvia masih memiliki kejanggalan dihatinya. Ia ragu memberikan hatinya pada Nathan mengingat Nathan adalah orang yang teramat dicintai almarhum kakaknya dulu.
Menikah dengan Nathan saja sudah membuat Silvia merasa sangat bersalah pada Sahara. Tapi, Silvia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia juga sangat mencintai Nathan apalagi sekarang anak yang berada dalam kandunganya adalah anak Nathan.
"Apa yang kamu pikirkan Silvia?"
Silvia tersadar dari lamunanya, "aku tidak sedang memikirkan apa-apa,"
Nathan tersenyum samar,"jangan membohongiku Silvia, aku tau ada sesuatu yang mengganjal pikiramu."
"Aku hanya sedang memikirkan Dimas." Silvia terpaksa berbohong karena dia tidak ingin membuat Nathan berpikir terlalu banyak
"Sebenarnya Dimas itu siapa, Silvia? Kenapa kamu terlihat sangat perduli dengannya?"
Silvia merutuki kebodohannya menjadikan Dimas sebagai dalihnya, sekarang dia tidak punya jawaban untuk menjawab semua pertanyaan suaminya. Apa yang harus ia katakan? Jawaban apa yang harus dia berikan? Tidak mungkin Silvia memberitahu Nathan kalau Dimas itu adalah anak dari almarhum kakaknya.
"Dia adalah ponakan ku" jawab Silvia yang dibalas anggukan tanda mengerti oleh Nathan
Silvia menghembuskan nafas lega, untung saja Nathan tidak curiga dengan jawabanya. Untuk kali ini dia lolos selanjutnya dia tidak tau sampai kapan dia harus menyembunyikan ini semua dari suaminya yang notabene nya memilik hak penuh atas Dimas
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)
Romance"Cinta itu bukan hanya sekedar ucapan Nath, aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku sendiri. Jika kita memang ditakdirkan untuk bersatu, kita pasti akan bertemu lagi." Kesedihan yang kau rasakan adalah bentuk dari cinta yang tak terlupakan Jika ka...