Tidak ada gunung es yang tidak akan luluh ketika matahari giat menyinarinya
Tidak ada musim salju yang tidak berakhir
Karena musim semi telah menunggu dengan ratusan bunganya yang merekah
Semua itu hanya masalah waktu
Ketika, hatinya menguji kesabaran mu
^....^
Nathan masih terpaku diruang kerjanya, kedua tangannya menopang dagu, tatapannya kosong lurus ke depan. Pagi ini dia memutuskan untuk tidak pergi ke kantor, entah kenapa mood nya sangat buruk hari ini. Pikirannya masih melayang pada kejadian tadi malam, dia masih tidak habis pikir kenapa dia bisa melakukan semua itu? Kenapa dia menolong Roy? Bukan kah dia tidak perduli dengan apapun yang menyangkut keluarga ayahnya? Lalu kenapa?
Nathan menjambak rambutnya frustrasi, dia merasa sangat bodoh dan sekarang image nya telah rusak dihadapan keluarga itu. Nathan tidak tau dia harus melakukan apa, tadinya dia berniat ke rumah sakit untuk melihat kembali keadaan Roy, tapi niatnya itu dia urungkan. Apa yang akan dia katakana nanti pada Roy dan keluarga itu bila mereka bertanya macam-macam? Keluarga ayahnya pasti akan menertawakannya karena tindakan bodohnya menolong orang yang selama ini dia benci.
Pagi yang begitu cerah, matahari yang bersinar hangat dan udara yang sejuk membuat Silvia tidak melewatkan pemandangan itu. Pagi-pagi sekali dia sudah sibuk berkutat didapur untuk menyiapkan sebuah hidangan spesial. Gadis itu sibuk memotong-motong bahan dan berpindah dari meja satu ke meja lainnya, beberapa detik dia melihat masakan di pancinya dan didetik kemudian dia kembali memotong bahan-bahan yang berada di meja lainnya. Para pelayan dirumah itu hanya bisa menatapnya, sejak tadi mereka menawarkan bantuan tapi, Silvia selalu menolak dan meminta mereka untuk pergi melanjutkan pekerjaan yang lain.
Disaat yang bersamaan, suara langkah kaki Nathan menuruni tangga terdengar jelas ditelinga Silvia, namun gadis itu tidak menghiraukannya, dia masih fokus dengan kegiatannya. Nathan menghentikan langkahnya ketikan mencium bau harum dari dapur, melirik sejenak melihat Silvia yang nampaknya sangat sibuk dengan kegiatannya
Laki-laki itu mengernyit penasaran, kemudian melangkahkan kakinya mendekati Silvia. Silvia hanya tersenyum beberapa detik menyambut kedatangan Nathan , sebelum kembali pada aktivitas awalnya yaitu memasak.
"Kamu sedang apa?" Nathan berdiri didekat pentri dengan wajah ingin tau, seperti biasa kedua tangannya disilangkan didepan dadanya, sebelah alisnya mengangkat, semakin memperkuat image angkuhnya
"Membakar dapur" Nathan mengernyit, "ya tidak lah, kamu tidak lihat aku sedang apa? Pertanyaan mu itu kurang cerdas" cerca Silvia songong
Nathan memutar bola mata malas, dia menyesal bertanya pada gadis menyebalkan didepannya itu. Laki-laki itu berjalan menjauh, saat ini dia sedang tidak mood memulai pertengkaran dengan Silvia. Nathan memilih duduk dimeja makan yang jaraknya hanya dua meter dari dapur, menyenderakan kepalanya pada senderan kursi.
"Ratna...." Teriaknya kemudian memanggil kepala pelayannya
Tak menunggu lama, Ratna berlarian kecil menghampiri tuannya, "iya Tuan,ada apa?"
"Buatkan saya kopi" ucap Nathan dingin
"Baik tuan," Ratna mengangguk dan berjalan hendak memasuki dapur tapi, langkahnya terhenti ketikan Silvia memberikannya isyarat untuk tidak masuk ke area dapur
"Ada apa nyonya? Saya harus melaksanakan tugas saya." Ungkapnya
Silvia menatap tajam Nathan dengan tatapan tidak bisa diartikan, kemudian dia beralih menatap Ratna, "kamu kerjakan saja yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)
Romance"Cinta itu bukan hanya sekedar ucapan Nath, aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku sendiri. Jika kita memang ditakdirkan untuk bersatu, kita pasti akan bertemu lagi." Kesedihan yang kau rasakan adalah bentuk dari cinta yang tak terlupakan Jika ka...