Saat itu aku tak menyadari, perhatian kecil mu membuatku jatuh hati.
~~~~
Silvia melangkahkan kakinya perlahan, menatap seksama keadaan disekitarnya sembari merentangkan tangan menyentuh benda-benda mahal yang terpajang indah di sepanjang lorong yang ia lewati. Sekarang dia telah resmi menjadi istri dari pemilik istana megah itu, istri dari seorang laki-laki kolongmerat yang amat dihormati.
Mulai saat ini, Silvia tidak lagi harus tinggal di rumah sempit di perkampungan kumuh, dan bahkan kedua orang tuanya juga telah diberikan tempat baru yang lebih layak di sebut sebagai rumah. Entah itu karena kemurahan hati Nathan, atau hanya untuk menutupi rasa malunya.
Rumah Nathan terletak di antara permukiman mewah nan elit, merupakan rumah bergaya spanyol yang dipadukan dengan gaya klasik, didominasi oleh warna coklat. Rumah itu sangat luas bahkan lebih pantas disebut istana, halaman depannya dipenuhi berbagai macam tanaman eropa yang didekorasi sedemikian rupa. Ada pohon yang berbentuk orang-orangan, bunga dan jantung. Hampir semua bunga yang terpajang disana sama sekali tidak dikenali oleh Silvia.
Sementara di bagian pertama rumah itu, setiap orang yang masuk akan disambut oleh suasana klasik yang kental dengan berbagai miniature dari Italia. Semua barang-barang disana didominasi oleh warna coklat dan emas. Di ruang tamu terpajang sebuah lukisan besar yang sangat indah namun, Silvia sama sekali tidak mengerti. Entah lukisan itu sedang menceritakan tentang apa.
Silvia menatap kagum saat melihat keindahan rumah itu, gadis yang saat ini masih menempuh pendidikan di bangku kuliah itu seolah tidak bisa berkata-kata untuk menggungkapkan apa yang saat ini ada dihadapannya. Dia tidak pernah bermimpi akan menjadi istri seorang bilioner, jangankan bermimpi- membayangkan saja dia tidak pernah. Selama ini Silvia hanya menjalani hidupnya dengan normal dan hanya memikirkan bagaimana caranya lulus dari kuliahnya dan mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga dia bisa membuat orang tuanya bangga.
Tapi, semuanya sudah terjadi, tidak ada gunanya menyesali dan mengeluh tentang semuanya, yang harus dia lakukan adalah bagaimana menjalani perannya sebagai seorang istri Nathan untuk satu tahun kedepan. Hanya satu tahun. Ya! itu adalah perjanjian yang sudah mereka sepakati dihari pernikahan mereka. Perjanjian bodoh yang membuat mereka memutuskan untuk berdamai satu tahun ini.
Silvia menghentikan langkahnya di depan sebuah kaca besar dan tinggi yang menampakkan pemandangan indah taman belakang. Di sana ada kolam renang dengan sofa-sofa khusus di sepanjang pinggir kolamnya. Silvia sangat menyukai kolam karena berenang sudah menjadi hoby keduanya setelah menari. Gadis itu tersenyum lebar sembari melipat kedua tangannya didepan dada, menatap kolam itu dengan raut wajah berseri. Rasanya dia ingin sekali menceburkan diri sekarang juga dan berenang sepuasnya. Setidaknya ada satu hal yang dia sukai dirumah ini, yang bisa menjadi kekuatannya untuk bertahan. Kolam renang!
Silvia kembali tersenyum. Sepertinya itu bukan ide yang buruk.
Dengan wajah berseri, Silvia membalikkan badannya dan berjalan menuruni tangga. namun, tiba-tiba seorang pelayan menghampirinya. Seorang wanita setengah baya, dengan mata yang tajam dan berwajah flat seperti majikannya. Silvia baru menyadari semua penghuni rumah ini rata-rata memiliki wajah datar dan dingin seolah itu sudah menjadi keharusan di rumah ini.
"Ada apa?'" tanya Silvia bingung, dia harus menunda rencananya untuk sementara waktu dan itu membuatnya sedikit kesal.
"Nyonya mau kemana?'" tanyanya dengan nada penuh tata karma
"Mau berenang, emangnya kenapa?" jawab Silvia penuh percaya diri
"Maaf Nyonya, Tuan Nathan sudah berpesan katanya Nyonya tidak boleh berenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)
Romance"Cinta itu bukan hanya sekedar ucapan Nath, aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku sendiri. Jika kita memang ditakdirkan untuk bersatu, kita pasti akan bertemu lagi." Kesedihan yang kau rasakan adalah bentuk dari cinta yang tak terlupakan Jika ka...