Cinta datang kadang tak terdugaBahkan hatimu tak kan menyadarinya
Karena ego terlalu sulit menerimanya
Tapi, saat ia pergi
Kala itu, dunia seakan meruntuhkan langitnya
Matahari seakan tak bersinar lagi
Dan kau menyadari semua itu sudah terlambat
Tidak akan ada kata seandainya
Karena waktu tidak akan mengasihani mu
•••
Petir menggelegar di malam hari, langit hitam dan kabut tebal menghiasi langit kota jakarta. Hujan deras mengguyur tanpa kasihan, menimbulkan suara yang amat keras saat berjatuhan. Udara dingin menyelimuti atmosfer, angin berhembus semakin kencang menjadi pendukung cuaca buruk malam ini.Nathan tersadar dari tidurnya yang nyenyak, dia mengernyitkan dahi, ada sebuah suara yang mengganggu tidurnya selain suara hujan yang begitu kencang. Laki-laki dengan tubuh tegap itu bangkit dari ranjangnya, membenarkan piyamanya sebelum keluar mencari sumber suara yang mengganggu tidurnya.
Samar-samar Nathan mendengar suara isakan dan teriakan bersamaan dengan suara petir yang menggelegar, tidak begitu keras tapi, Nathan dapat mendengarnya. Kondisi rumahnya sudah sepi, beberapa lamu sudah dimatikan, lagi pula siapa yang masih berkeliaran tengah malam seperti ini.
Nathan berdiri di ambang pintu kamarnya, suara isakan itu semakin terdengar jelas, Nathan menoleh ke sebelah kamarnya dan dia sangat yakin suara itu berasal dari kamar Silvia. Dengan langkah lebar-lebar Nathan menuju kamar Silvia, wajah cemas seketika terlukis diwajahnya, dia berharap Silvia baik-baik saja.
Toookkkk...
Tookkkk...
Tookkkk...."Silvia buka pintunya!" teriak Nathan, menggedor pintu Silvia tak sabaran
Tidak ada jawaban yang pasti dari dalam kamar Silvia hanya suara tangis yang samar-samar Nathan dengar. Nathan menyentuh knop pintu itu, ternyata Silvia tidak mengunci kamarnya. Tanpa berpikir panjang Nathan segera masuk.
Kamar Silvia sangat gelap, Nathan baru sadar kalau sejak tadi lampu di rumahnya padam mungkin karena hujan deras jadi listrik di padamkan. Nathan tidak menyadari itu karena memang dia selalu tidur mematikan lampu, itu adalah kebiasaannya sejak dulu.
"Silvia? " dia mengedarkan pandangannya, tidak menemukan Silvia di ranjangnya.
Jendela sebelah kamar Silvia terbuka, membuat angin bebas masuk ke kamar gadis itu, percikan-percikan hujan juga mulai membasahi pinggiran jendela hingga masuk ke lantai kamar. Nathan berjalan mendekati jendela itu dan menutupnya rapat-rapat. Kemudian dia mengedarkan pandangannya di sekeliling kamar itu, hingga akhirnya pandangannya berhenti di pojok antara ranjang dan meja kecil di sebelah ranjang.
Di sana Silvia meringkuk, memeluk kedua lututnya, memebenamkan kepalanya sambil kedua tangannya menutupi telinganya. Bahunya bergerak naik turun, suara isakannya mulai melemah.
Nathan menghampirinya, berjongkok dihadapan Silvia
"Silvia, kamu kenapa? Kamu baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)
Romance"Cinta itu bukan hanya sekedar ucapan Nath, aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku sendiri. Jika kita memang ditakdirkan untuk bersatu, kita pasti akan bertemu lagi." Kesedihan yang kau rasakan adalah bentuk dari cinta yang tak terlupakan Jika ka...