Chapter ~ 21 | Ku pikir aku bernilai

354 47 10
                                    


Sometimes crazy word is something good to understand

•••

"Nathan, buka sepatunya! " teriak Sivia kesal

Sepatu selalu menjadi objek pertengkaran mereka, setiap hari Nathan selalu tidur di kasurnya tanpa membuka sepatunya. Silvia sudah memperingatkan Nathan berkali-kali, tapi laki-laki itu tidak pernah mendengarkan ucapanya. 
Malam ini, cukup melelahkan menghadiri acara bisnis itu membuat Silvia harus berdiri berjam-jam dari awal acara hingga acara selesai.

"Silvia, kamu selalu mempermasalahkan hal-hal kecil. "  jawab Nathan acuh

"Yentu saja, ini kamar ku. Lagi pula, kamu kenapa masuk ke kamarku, sana pergi! "

Nathan bangkit dari posisi tengadahnya, duduk di atas ranjang sembari menyilangkan kedua tangannya dan menatap Silvis aneh. Silvia benci tatapan itu, tatapan yang selalu membuatnya membatu.

"Ini rumahku, jadi aku bebas mau tidur di mana saja. " jawabnya dengan nada tengil

Silvia mendesah lelah, memutar bola matanya malas, yang dia inginkan saat ini bukanlah perdebatan tapi tempat istirahat yang nyaman. Seluruh sendinya serasa mau lepas dari posisinya.

"Oke Up To You! '' baru saja Silvia akan beranjak pergi, Nathan tiba-tiba menariknya dan memposisikan tubuh Silvia tepat disampingnya, wajah perempuan itu sempat terbentur dengan hidung Nathan menciptakan suasana canggung untuk Silvia.

Nathan menggenggam tangannya erat, menatap Silvia lekat tanpa berkedip. Sementara Silvia malah terbujur kaku seolah tatapan itu telah menyihirnya menjadi batu.  Silvia tidak mengerti kenapa Nathan melakukan itu, akhir2 ini sikap laki-laki itu begitu hangat terhadapnya benar-benar jauh berbeda dengan Nathan yang pertama kali dia kenal. 

"Mau kemana? "

Silvia masih terdiam, namun beberapa saat kemudian perlahan memundurkan Tubuhnya dan memberikan jarak diantara mereka. Jujur saja, Silvia tidak biasa kalau harus berada didekat laki-laki, selama ini dia tidak pernah sedekat itu dengan laki-laki manapun. 

"Aku bertanya dan kamu tau pertanyaan itu butuh jawaban."

Silvia tersadar dari lamunannya, dia menatap Nathan yang saat ini menatapnya dengan tatapan tengilnya, seperti biasanya.

"Huh? Maaf, barusan kamu nanya apa? "

"Oh my god Silvia!" Nathan menepuk dahinya, kenapa Silvia bisa sepolos itu - benaknya berpikir

"Oke lupakan pertanyaanku, sekarang aku sudah lelah dan aku mau tidur."

"Ya sudah, silakan. " Silvia kembali berdiri hendak pergi dari kamar itu, meskipun dia tau itu kamarnya tapi, seperti kata Nathan, semua yang ada di rumah ini adalah miliknya. Dan bagi Silvia itu adalah sebuah tanda agar dia pergi.

Lagi-lagi Nathan kembali menariknya, kali ini dengan sentakan yang lebih keras hingga membuat tubuh Silvia jatuh di atas tubuh Nathan. Silvia tidak bisa mengontrol mata agar tidak membulat sempurna, dia benar-benar terkejut dengan posisi dirinya saat ini.  Sementara Nathan malah tersenyum jahil seolah puas melihat rona malu di wajah Silvia. 

Baru saja Silvia hendak bangkit dan menjauh, tangan Nathan lebih dulu mengunci tangan Silvia hingga gadis itu tidak bisa bergerak sedikitpun. Dengan susah payah Silvia berusaha melepaskan genggaman tangan Nathan dari pinggangnya,  namun tidak juga berhasil. Tangan Nathan sangat kuat hingga mustahil untuk tubuh kecil Silvia melawannya. 

"Nathan! " Silvia masih belum menyerah melepaskan tangan Nathan dari tubuhnya

"Sudahlah Silvia, kamu tidak akan bisa menang dariku. Aku datang kemari bukan untuk tidur sendirian. "

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang