Chapter ~ 12 | Bolehkah aku sedikit saja berharap?

425 54 8
                                    

Hal kecil itu ternyata adalah penyembuh hati yang berkarat setelah sekian lama


__________________

"Mau kemana kamu?" Suara maskulin itu berhasil menghentikan langkah kaki Silvia.

Gadis berusia 20 tahun itu pun menoleh dengan wajah malas. Rasanya apapun yang ingin dia lakukan tidak bisa dia lakukan tanpa ada hambatan.

"Aku mau ke campus." Jawabnya singkat

Nathan melipat kedua tangannya di depan dada, memandang lekat kearah Silvia dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dahinya berkerut, tatapan matanya tidak bisa ditebak, entah itu tatapan untuk mengejek, meremehkan atau sebagainya. Yang jelas, Silvia tidak begitu perduli dengan laki-laki dihadapannya itu.

"Kamu pergi tanpa memberi tahu ku? Kamu pikir rumah ini Mall yang bebas keluar masuk sesuka hati kamu?" nada itu penuh sindiran dan penekanan yang membuat Silvia semakin membenci laki-laki itu, yang sialnya adalah Suaminya.

"Memangnya apa peduli kamu? Bukannya baru kemarin kamu bilang, kita ini hanya status? PERJANJIAN DI ATAS KERTAS!" dengan nada menantang Silvia menyuarakan isi hatinya. Jujur saja, dia masih kesal dengan kejadian kemarin dan ucapan Nathan yang tanpa sadar melukai hatinya .

"Silvia, jangan kurang ajar! Ini rumah ku dan kamu adalah istriku, jadi aku berhak melarang kamu pergi! Pokoknya aku tidak mengizinkan kamu pergi!" Nathan memperingatkan dengan tegas

Silvia melengos dan tetap keras kepala untuk pergi ke campus.

"Satu langkah lagi, saya pastikan besok perusahaan Ayah kamu bangkrut!"

Seketika itu langkah kaki Silvia langsung terhenti. Nathan memang selalu berhasil membuatnya kalah dan pada akhirnya mengikuti semua keinginan laki-laki egois itu. Silvia sudah tidak tau lagi, bagaimana caranya bersikap.

Sudah sebulan lebih dia berhenti kuliah, dan itu masalah besar bagi seorang Silvia yang selalu mengutamakan pendidikan diatas segala-galanya.

"Bagus!" Nathan tersenyum puas melihat dia berhasil menaklukkan Silvia, "Sekarang aku lapar, tolong buatkan aku sarapan." Nathan berlalu pergi tanpa memperdulikan wajah dongkol Silvia.

Silvia menarik nafas panjang dan meletakkan kembali tasnya, kemudian berjalan menuju dapur. Di sana sudah ada Nathan yang duduk di pantry dapur ditemani dengan secangkir teh sesukaannya. Dia terliat sangat santai seolah tidak terjadi apa-apa.

Silvia membuka Chiller dan mulai memilih bahan-bahan yang akan dia gunakan. Sebenarnya, jika boleh memilih dia tidak mau membuatkan Nathan sarapan setelah apa yang terjadi dan melihat perlakuan Nathan terhadapanya.

"Jangan siput, aku alergi makanan laut." Ujarnya ketika tangan mungil Silvia menyentuh sebuah hidangan laut, Silvia menghela nafas dan kemudian memasukkan kembali hidangan laut itu kedalam chiller.

"Jangan kubis, aku tidak suka sayuran bulat itu." Ucap Nathan lagi, yang lagi-lagi membuat Silvia mengurungkan niatnya untuk memasak sayur itu.

"Baiklah. Katakan kamu mau makan apa?" Silvia berbalik dengan rasa kesal yang tertahankan, kedua tangannya dilipat didepan dada dan tangan kanannya menggenggam sebuah pisau besar berwarna Silver. Jengkel! Itulah kata yang tepat untuk melukiskan suasan hati Silvia saat ini.

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang