Chapter ~ 54 |Kamulah Takdirku

333 47 8
                                    

Cinta tak kan pernah lupa jalan pulang.

___________________
________

Silvia membungkam mulut Anastasya dengan ujung telunjuknya. Dia menggeleng keras.

"Tolong jangan beritahu siapa-siapa." pintanya

Anastasya mengerutkan dahinya?

"Tapi, kenapa Kak? Apa kakak tau kami semua merindukan kakak? Aku dan kak Roy mencari kakak ke mana-mana tapi tidak berhasil. Dan sekarang kakak ada di depanku, untuk apa aku harus menyembunyikan semuanya?"

"Kakak harap kamu akan mengerti Anastasya, kakak tidak bisa. Kakak belum siap untuk semuanya."

Anastasya mendesah nafas kasar. Dia berusaha menahan kekesalannya, bagaimana mungkin Silvia malah berpikir seperti itu?

"Apa kakak sama sekali tidak mencintai kak Nathan? Apa hubungan kalian benar-benar selesai?"

Silvia menggeleng,"aku tidak tau. Tapi, aku mohon, jangan beritahu Nathan soal ini. Please?"

Tidak tega melihat Silvia memohon padanya, terpaksa Anastasya harus menyanggupinya. Wajah Silvia terlalu mengenaskan untuk dipandang hingga menyentuh hati Anastasya.

Ponsel gadis itu berdering nyaring. Tertulis nama Nathan pada layar ponselnya, dengan cepat Anastasya langsung menolak panggilannya.

Anastasya tidak bisa berlama-lama, dia harus segera pergi sebelum Nathan curiga dengannya. Silvia kembali ke kamar hotelnya setelah tersendat insiden mengagetkan tadi. Dia harus lebih berhati-hati karena Nathan dan keluarganya menginap di hotel yang sama.

Sebuah kamar di lantai dua yang diperuntukan untuk dirinya, tampak sangat nyaman. Fasilitas semewah ini terakhir ini dia dapatkan ketika dirinya masih berstatus sebagai istri Nathaniel Bagaskara. Pengusaha terkenal kala itu.

Iya tersenyum kecut, ketika memori-memori itu kembali terulang di kepalanya. Dua tahun berlalu, Silvia menjalani hidupnya seorang diri dan sekarang takdir malah mempertemukan mereka kembali. Bahkan Nathan begitu dekat dengannya.

Silvia melepaskan mantel tebalnya, meletakkan tas ranselnya di meja sebelah ranjang. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya yang pegal sepanjang perjalanan.

Selama tiga hari kedepan dia akan tinggal di sini dan itu artinya Silvia akan terus dekat dengan keluarga Nathan. Sebisa mungkin mereka tidak boleh bertemu.

Entah apa yang terjadi pada dirinya,Silvia tidak tau. Matanya sulit sekali terpejam padahal sejak diperjalanan dia sudah merencanakan akan tidur siang  hari ini.

Dia beranjak dari ranjangnya, berjalan menuju balkon kamarnya. Sejenak ia memejamkan mata, menghirup udara sore yang dingin.

Pandangannya terfokus pada sebuah area bermain yang ada di hotel itu. Tidak banyak ada orang di sana, apalagi cuaca sedang bersalju seperti ini. Namun, ada satu hal yang menyita pandangan Silvia.

Sosok  seorang laki-laki bermantel tipis berwarna putih yang tengah berdiri menghadap utara. Hingga hanya punggungnya yang bisa Silvia lihat. Laki-laki berbadan tegak itu berdiri cukup lama di sana, Silvia kasihan dia pasti kedinginan apalagi tubuhnya hanya berbalut kain tipis itu.

Apa yang dia lakukan? Entah kenapa dia menjadi sangat ingin tau soal pemuda itu. Dia tampak tak asing dengan sosoknya, terlihat familiar. Tapi, yah... mungkin itu hanya perasaannya semata.

Rasa memang tidak pernah berbohong. Hati tidak pernah salah mengenali rumahnya. Saat laki-laki itu berbalik ketika itulah Silvia mengetahui kalau orang yang sejak tadi ia perhatikan adalah mantan suaminya. Nathan.

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang