CHAPTER ~ 28 | Mencair.

337 43 5
                                    

kapan kamu akan mengakui kekalahanmu

karena senyum hangatnya telah mencairkan gunung es dihatimu

^....^

Suara dentuman musik bervolume tinggi memekakan telinga, gemerlap lampu disko menyilaukan pengelihatan, asap rokok bertebaran dimana-mana, bau alkohol sudah menjadi pengaharum ruangan. Semua orang asik mengerakkan badannya mengikuti alunan musik DJ, laki perempuan seolah tidak ada bedanya di sana. Tanpa rasa malu, kaum hawa di sana menggoyangkam tubuhnya, memperlihatkan lekuk sensasional mereka. Pakaian yang mereka pakai pun adalah pakaian minim yang memperlihatkan beberapa bagian tubuh mereka yang tidak seharusnya diperlihatkan. Bahkan mereka tidak keberatan jika beberapa para hidung belang yang tidak mereka kenal mencolek dan menyentuh mereka dengan lancangnya.

Semua orang yang datang kesana hanyalah orang-orang yang mencari kesenangan, tempat hiburan itu dibagi menjadi beberapa section. Ada dance floor, dimana semua orang bebas berjoget dihadapan satu sama lain tanpa ada satu pun yang melarang mereka. Di beberapa sisi ruangan juga terdapat ruangan VVIP yang biasanya dihuni oleh orang-orang berkelas dengan kantung tebal serta harta yang tidak akan habis tujuh keturunan. Para golongan kolongmerat itu tidak pernah masalah jika harus membuang-buang uang mereka hanya untuk hal-hal yang tidak begitu penting bagi orang kebanyakan.

Tak hanya itu, terdapat juga bar-bar yang menyediakan berbagai minuman dengan harga yang pantastis per gelasnya. Di tempat dengan pencahayaan minim itu menjadi ajang memamerkan kekayaan mereka dan tempat menglampiaskan hawa nafsu para kaum adam yang berasal dari golongan kaya raya.

Roy adalah salah satu pelanggan tetap di sana, hampir semua pengusaha kaya menjadi member di club ternama di Jakarta itu. Itu sudah menjadi sebuah tren baru dikalangan para pengusaha muda, sudah menjadi tempat lumrah yang harus mereka datangi setiap minggunya. Di tempat itu juga, Roy sering mengadakan pertemuan dengan rekan dan sahabat-sahabat bisnisnya sambil menikmati bergelas-gelas vodka atau wine.

Namun, kali ini berbeda, dia tidak datang dengan seorang teman ataupun rekan kerja, melainkan sendirian. Roy meletakkan gelas terakhirnya setelah memasukan isinya ke tengorokannya. Entah itu sudah gelas ke berapa yang sudah dia teguk, yang jelas dimejanya sudah berjejer lima botol wine dalam keadaan kosong. Sejak dulu, Roy memang seorang peminum berat, berbeda dengan kakaknya Mario yang lebih memilih gaya hidup bersih dari segala hal yang di hararamkan.

Tujuh puluh persen kesadarannya sudah mengawang di angkasa, wajah nya sudah mulai memerah dan matanya sudah tidak bisa fokus . Roy bangkit dari tempat duduknya, berusaha menyeimbangkan tubuhnya sebelum memutuskan untuk berjalan keluar. Kepalanya sangat pusing, matanya mulai berkunang-kunang , tidak bisa melihat dengan jelas. Laki-laki dengan gelar S2 pendidikan menejemen bisnis di Amerika itu, meletakan tangannya didinding. Perlahan berjalan dengan bantuan tembok yang menyangga tubuhnya.

Tubuh Roy terhuyung jatuh kelantai ketika keluar dari ruangan VVIP itu, hingar bingar suara musik membuat kepalanya semakin pening.

"Tuan anda baik-baik saja?" seorang pelayan dengan pakaian lengkap hitam-putih dan dasi kupu-kupu membantu Roy berdiri. Roy sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi, bahkan untuk menjawab pertanyaan waiter itu mulutnya tidak sanggup.

"Apa perlu saya carikan anda taksi? Sepertinya anda sangat mabuk" waiter itu berinisiatif

Roy menggoyang-goyangkan sebelah tangannya sambil menggeleng samar. Waiter itu pun mengerti dan segera pergi melanjutkan pekerjaannya setelah memastikan Roy bisa berjalan walau dengan gerakan abnormal.

Roy berjalan dengan tubuh yang terombang-ambing diantara kerumunan orang-orang yang sedang asik menikmati suasana . Hingga akhirnya ....

BRUUUKKKKKKKK!

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang