Chapter ~ 45 | Aku Tak Sanggup Kehilanganmu

429 53 14
                                    


Langkah kaki Silvia menghentak di sepanjang lorong bernuansa putih itu. Tatapan matanya kalang kabut, samar-samar tertutup butiran-butiran bening yang mengembung di kelopaknya. Tidak begitu perduli dengan mata-mata yang menatapnya heran dan penasaran, saat ini dibenaknya hanya ada bagaimana caranya dia berlari secepat mungkin dan sampai di tempat yang dia tuju.

Berita tidak mengenakan itu baru saja dia dengar dari Ayu yang mengabarinya lewat telpon. Tanpa pikir panjang lagi Silvia langsung berlari ke rumah sakit meninggalkan pekerjaannya begitu saja.

Dia menghentikan langkahnya, bernafas sejenak baru kemudian mengetuk pintu coklat dengan jejeran angka di depannya. Sosok Ayu yang anggun menyambut kedatangannya, wajahnya tidak secerah biasanya, ada rona sedih dan cemas terpancar disana.

"Bagaimana keadaanya?" Silvia menatap lurus ke depan ke arah tubuh munggil yang saat ini tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit.

Saat itulah air mata Silvia tidak bisa di bendung lagi, tumpah tanpa hambatan bak hujan deras di malam hari. Dia berjalan mendekat, mengelus pelan kepala anak itu sebelum kemudian tangisanya pecah dalam pelukan anak itu.

Ayu menyentuh pundak Silvia seolah sedang memberikan kekuatan pada sahabatnya. Dia tau itu saja tidak cukup tapi, setidaknya Silvia tau kalau dia tidak sendirian menghadapi masalah ini.

"Apa sebenarnya yang terjadi? kenapa dia bisa seperti ini?" tanya Silvia sembari mengusap sisa-sisa air matanya.

"Dia kambuh lagi Silvia dan tadi dia sempat muntah darah. Dokter bilang, keadaan dia sangat kritis, kita harus segera melakukan operasi dan menemukan pendonor yang cocok untuk Dimas. Kita harus lakukan sesuatu Silvia
" jelas Ayu

"Dia pasti akan baik-baik saja. Dimas pasti sembuh." ujar Silvia menguatkan dirinya.

Sekali lagi Ayu menyentuh pundaknya, mengulur sebuah senyum tipis pada Silvia.

"Silvia, kalau pun kita menemukan pendonornya, kita masih membutuhkan biaya besar untuk membayar operasinya. Aku rasa sebaiknya kamu minta tolong pada suami mu."

Silvia monoleh tidak suka.

"Silvia, tolong jangan bersikap egois semua ini demi Dimas. Saat ini kita tidak punya jalan keluar lain selain itu, hanya dia yang bisa membantu kamu-"

"Aku tidak bisa meminta bantuanya." Silvia langsung memotong ucapan Ayu

Silvia duduk di sebelah kiri ranjang Dimas, menggenggam tangan anak itu sembari memandangi wajah polosnya yang seperti sangat menikmati mimpi panjangnya.

"Dimas harus kuat, jangan tinggalin tante sendirian. Tante akan ngelakuin apa aja demi kesembuhan Dimas." Silvia mengecup singkat tangan Dimas

Ayu hanya bisa memandang sendu sahabatnya, perekonomianya juga tidak bisa membantu Silvia dalam hal ini. Tiba-tiba saja dia teringat akan sesuatu, sejak tadi dia ingin menyampaikanya tapi tidak sempat karena khawatir dengan kondisi Dimas.

"Silvia, aku tadi tidak sengaja bertemu dengan adik iparmu."

Silvia langsung menoleh cepat.

"Sepertinya dia ingin bertemu dengan mu tapi, ada yang aneh."

Silvia mengerutkan keningnya,"hal aneh apa?"

"Ditengah obrolan kami tiba-tiba saja dia mendapat telpon dan wajahnya langsung berubah sedih. Apa menurut kamu ada sesuatu buruk yang terjadi?"

Silvia mendengarkan dengan seksama, beradu dengan pikiranya sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi dia sendiri tidak tau, tapi hatinya menuntutnya untuk mencari tau hal itu.

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang