Tolong jangan membuka luka lama, kalau kau tidak ingin melihat iblis dalam diriku.-Nathan-
____________________
Nathan membawa Silvia ke sebuah cafe yang terletak dijakarta selatan. Cafe itu adalah sebuah Cafe bergaya Italia klasik yang memperlihatkan kemewahan dekorasinya yang mahal.
Cafe itu lumayan besar dengan dominasi dinding kayu berwarna coklat, dari luar terlihat puluhan sofa telah diisi oleh para pengunjung yang sengaja datang bersama keluarga, sahabat, dan kerabat mereka.
Nathan berjalan penuh percaya diri karena ini adalah tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu istirahatnya dan mencari ketenangan saat dia dilanda masalah yang tidak bisa dia pecahkan.
Silvia berjalan mengekor dibelakang Nathan, matanya tak henti-hentinya memandang kekiri dan kekanan, menatap kagum tempat indah itu. Ini pertama kalinya Silvia berkunjung ke sebuah Cafe seindah dan setenang itu. Suasananya benar-benar dambaan semua orang, apalagi bagi orang yang seharian bekerja di gedung perkantoran. Tempat itu memang sangat cocok untuk melepas rasa penat.
"Selamat datang Tuan,"
Itulah kata yang diucapkan setiap pelayan sepanjang Nathan berjalan, sementara Nathan hanya mengaguk sekilas dan kemudian terus berjalan.
Nathan berhenti disebuah ruangan khusus yang letaknya agak jauh dari meja-meja lainnya. Ruangan itu terbuat dari kaca, didalamnya ada dua sofa panjang berwarna coklat dan meja persegi panjang yang tingginya setara dengan kaki sofa.
Silvia duduk di Sofa sebelah kanan, betapa terkejutnya dia melihat ada sebuah taman dan danau buatan yang indah ketika dia menoleh kesebelah kanan.
"Bagaimana mungkin?" Tanpa sadar Silvia menyuarakan ke kagumannya.
Nathan menyenderkan punggungnya ke sofa, menaikan sebelah kakinya, dia mengedikkan bahunya.
"Bisa saja. Di zaman serba modern ini tidak ada yang tidak bisa selama kita punya uang." Ucapnya dengan bangga.
Silvia memutar bola mata malas, seharusnya dia tidak mengatakkannya."Tapi, kita datang kesini bukan untuk mengagumi keindahan tempat ini. Untuk apa aku membayar mahal tempat ini kalau hanya untuk menyenangkan hatimu." Jelasnya dengan nada suara super menyebalkan ditelinga Silvia.
Silvia mengerutkan dahi, sebenarnya apa yang inginkan oleh Nathan. Setelah kejadian tadi siang dikampus, sikap Nathan jadi benar-benar aneh. Laki-laki itu tiba-tiba marah-marah tidak jelas dan apapun yang dilakukan dan dikatakan oleh Silvia selalu salah dimatanya.
"Sekarang, katakan siapa laki-laki gila tadi? Ingat ya Silvia jangan coba-coba berbuat macam-macam, itu bisa membahayakan reputasi bisnisku! Kamu tidak sadar, dilubang semut sekalipun mata-mata penggosip itu bisa mendengarmu."
Silvia menarik nafas, kedua tangannya dilipat didepan nada dan badannya ditegakkan, seolah dia sedang berada dalam suasana formal
"Pertama, kamu tidak perlu tau siapa laki-laki itu, tohh.. tidak akan berpengaruh juga, kan? Kedua, kalau masalah wartawan itu, kamu tidak perlu khawatir aku sudah memikirkan semua itu. Jadi, kamu tidak perlu khawatir. Simple kan? Masalah selesai."
Nathan menegakkan tubuhnya, "tidak segampang itu. Silvia... ahh... kamu itu selalu membuatku pusing dan stres! Tinggal ikuti mau ku aja, susah!"
Silvia menatap Nathan aneh, ada apa dengan laki-laki dibahadapannya ini? Kenapa semakin hari sikapnya menjadi semakin aneh dan diluar kebiasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)
Romance"Cinta itu bukan hanya sekedar ucapan Nath, aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku sendiri. Jika kita memang ditakdirkan untuk bersatu, kita pasti akan bertemu lagi." Kesedihan yang kau rasakan adalah bentuk dari cinta yang tak terlupakan Jika ka...