Chapter ~ 32 | Kenangan itu.

310 45 6
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 😘
Komentar kalian sangat berharga loh buat aku..

•••

Aku tidak ingin terbiasa dengan kehadiranmu karena..
Ku sadari hingga  saat waktunya tiba,  aku harus siap kehilangan sosok mu kapan saja...

^...^

Silvia duduk di pinggir jendela kamarnya, menatap nanar hamparan perumahan di depannya. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya, yang membuatnya akhir-akhir ini tidak tenang.  Tidak bisa di pungkiri memang perlahan rasa bencinya berubah menjadi rasa peduli yang semakin hari semakin dalam. Bukan Silvia tidak mencoba untuk mencegah rasa itu hadir dalam hubungan tabu ini. Tapi,  Silvia tetap tidak bisa

Silvia tau dia salah dalam hal ini,  seharusnya dia tidak membiarkan semua ini terjadi sejak awal. Tapi, sekuat apapun gadis itu menolak dia tetap tidak bisa membohongi perasaannya sendiri.  Ya, perasaan bahwa Silvia telah jatuh cinta.

Untuk gadis biasa sepertinya bahkan tidak berhak memiliki perasaan seperti ini terhadap laki-laki itu. Dia sadar, sangat sadar kalau dia hanyalah anak dari mantan supir keluarga itu yang memiliki drajat yang sama dengan pelayan-pelayan di rumah itu. Dan itu pun hanya sebagian dari aib hidupnya. Silvia tidak bisa meneruskan sandiwara ini lebih lama lagi, dia tidak mau berakhir menyedihkan karena perjanjian bodoh yang dia lakoni.

Silvia memandangi foto berukuran kecil di tangannya, tanpa sadar dia meneteskan air mata. Rasa sakit itu tidak akan pernah hilang, dia tidak akan pernah melupakan bagaimana nasib buruk itu menimpa hidupnya dan kakaknya.

Di saat-saat seperti ini Silvia sangat membutuhkan sosok kakak yang selalu ada untuknya kapan pun dia membutuhkannya. Kakaknya sudah seperti orang tua bagi Silvia, seandainya peristiwa itu tidak pernah terjadi saat ini dia pasti tidak akan berada di sini. Dia tidak akan menandatangani kontrak itu dan mengorbankan masa depannya. 

"Kak,  kenapa orang seperti kita selalu mengalami penderitaan seperti ini? Kenapa semua ini terjadi pada kita?"

Delapan tahun sudah semuanya berlalu, tapi rasanya rasa sakit itu baru saja terjadi.  Luka itu masih baru dan berbekas di hatinya.  Selama ini Silvia selalu berusaha menjalani hidupnya yang sebatang kara, karena kini hanya orang tua angkat nya lah yang dia punya. Demi membalas kebaikan mereka, hingga Silvia menyanggupi permintaan ini. 

"Semua ini tidak adil. Papa pergi, Mama pergi, Kakak juga pergi. Tapi, kenapa kalian tidak membawaku juga?" air mata semakin deras berjatuhan di pipi mungilnya membuat mata sipitnya memerah karena terlalu banyak menangis

Silvia merengkuh foto itu dengan kedua tangannya, memeluknya erat. Hanya itu satu-satunya yang dia punya untuk mengenang sosok kakak yang amat dia sayangi. 

Ia kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ranjangnya, dia harus tidur. Karena hanya itu cara terbaik untuk melupakan semua rasa sakit yang dia rasakan. Itu sudah menjadi kebiasaan Silvia saat dia tidak sanggup menghadapi pahitnya hidup.  Saat semua masalah datang memenuhi kepalanya dan menyita ratusan tetes air matanya. 

Dia selalu percaya, saat dia bangun nanti dia akan melupakan semuanya, walau hanya sebentar.  Silvia yakin seiring berjalannya waktu, dia akan baik-baik saja dan suatu hari semuanya akan berakhir bahagia. 

^...^

"Nathan..." seorang wanita dengan paras cantik memanggilnya dengan penuh semangat  dan senyum merekahnya

Nathan menoleh sembari tersenyum, dia bahagia orang yang selama ini dia tunggu akhirnya datang juga.  Perempuan dengan kemeja putih, celana jeans dan rambut terurai itu berlari ke arahnya. Nathan menunggu ditempatnya sambil merentangkan kedua tangannya. Dalam hitungan detik, perempuan itu sudah berada dalam pelukannya.

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang