Jangan lupa vote sebelum baca ya guyss ⭐
Happy reading 📖
•••
Nathan membalikkan badannya. Sejak tadi yang dia lakukan hanya mondari-mandir di depan UGD, dia masih berada di daerah Bandung. Tangannya tak henti-hentinya mengetuk-ngetuk hidungnya, semua orang yang melihat tingkahnya menatapnya dengan tatapan aneh karena sejak tadi tingkah Nathan seperti orang bodoh.
Nathan tidak bisa menyembunyikan ke khawatirannya terhadap perempuan yang saat ini sedang menjalani pemeriksaan diruangan itu. Sudah tiga puluh menit berlalu, dokter belum juga memberikannya kepastian atau mengatakan sesuatu yang menyangkut keadaan Silvia.
Setelah apa yang terjadi pada Silvia didanau, Nathan langsung membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat. Awalnya dia berpikir kalau Silvia hanya ke dinginan biasa tapi, lama kelamaan Nathan sadar perempuan itu punya masalah dengan udara dingin. Silvia juga tidak sadarkan diri setelah itu membuat Nathan tidak perlu berpikir dua kali untuk membawanya ke rumah sakit.
KLETEK.
seorang wanita setengah baya dengan memakai jas putih muncul dari balik pintu kaca yang sejak tadi Nathan intip-intip. Tanpa komando, Nathan segera menghampirinya.
Dokter itu mengulas senyumnya membuat Nathan merasa jengkel tapi, dipendamnya dalam hati. Apa dokter itu tidak tau kalau saat ini dia rasanya hampir gila karena cemas memikirkan gadis itu? Bisa-bisanya disaat seperti ini dia tersenyum, apa dia pikir ini lucu? Umpatan-umpatan menyebalkan itu hanya bisa dia utarakan dalam hatinya.
"bagaimana Dok? Dia baik-baik saja kan? Dokter jangan senyum-senyum saja, tidak ada hal serius yang terjadi kan? " kesal Nathan memburu dokter itu dengan pertanyaan
Dokter itu mengangguk, "Anda tenang saja. Dia baik-baik saja, tidak ada hal serius tapi, " dokter itu menggantung kalimatnya menambah kapasitas kekesalan Nathan dua kali lipat
"Dia terkena gejala Frostbite. Tapi, anda tenang saja, ini baru gejala saja dia belum terjangkit penyakit itu. Karena itu mulai sekarang dia tidak boleh terkena hawa dingin terlalu lama. " dokter itu menjelaskan dengan serius, begitu juga dengan Nathan yang mendengarkannya dengan seksama.
"Lakukan yang menurut Dokter baik untuk menyembuhkannya. Kapan saya bisa menemuinya?"
"Sebentar lagi kami akan memindahkannya ke ruang perawatan, anda bisa menemuinya disana. Untuk sementara ini kami sarankan untuk menjalani rawat inap sampai kondisinya dinyatakan membaik."
Nathan mengangguk mengerti, menyetujui semua saran dokter itu. Merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan lagi, Dokter itu pamit undur diri untuk kembali menjalankan tugasnya. Nathan merohgoh saku celananya, meraih telpon selulernya dan memencet beberapa nomer disana.
"Kosongkan jadwal saya beberapa hari ini dan kabari saya terus mengenai semua laporan dikantor karena dalam beberapa hari saya tidak bisa ke kantor." ujar Nathan pada orang diseberang sana
"Baik pak. " jawab wanita di telpon dengan intonasi sopan
Nathan memutus sambungan telponnya tanpa harus menunggu reaksi orang yang sedang dia telpon diseberang sana. Dia kembali memasukkan telponnya ke saku celananya, bersamaan dengan itu beberapa suster keluar dari ruang UGD sambil menggiring sebuah ranjang pasien. Diranjang itu lagi-lagi Nathan harus melihat Silvia terbaring tak sadarkan diri. Nathan tidak habis pikir kenapa perempuan itu suka sekali bertemu dengan dokter.
Nathan menghela nafas lesu dan kemudian mengikuti suster-suster itu dari belakang. Mereka berhenti disebuah kamar yang bertuliskan "Nifas mawar 1 " perempuan-perempuan berbusana putih-putih itu dengan ahlinya memasukkan ranjang pasien berukuran besar itu dan kemudian menyetap semua peralatan perawatan untuk Silvia. Setelahselesai, merekapun permisi untuk kembali bertugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)
Romance"Cinta itu bukan hanya sekedar ucapan Nath, aku butuh waktu untuk meyakinkan diriku sendiri. Jika kita memang ditakdirkan untuk bersatu, kita pasti akan bertemu lagi." Kesedihan yang kau rasakan adalah bentuk dari cinta yang tak terlupakan Jika ka...