Chapter ~ 39 |Antara Cinta dan Dendamku

537 58 13
                                    

Silvia tidak bisa membendung air matanya, layaknya mendung yang sudah tidak bisa menahan banyaknya air disetiap partikel awannya, begitulah air mata Silvia jatuh. Persis seperti hujan yang tiba-tiba jatuh di kegelapan malam kota Jakarta. Kesedihan yang selama ini terpendam dalam lubuk hatinya yang paling dalam, tiba-tiba mencuat kepermukaan. Takdir yang tidak pernah terpikirkan olehnya kini terbentang dijalannya, menghambat setiap perjalanan hidup nya.

Bahkan Silvia mulai menaruh perasaan pada laki-laki yang seharusnya dia benci. Tidak hanya hancur karena kenyataan bahwa Nathan adalah laki-laki yang dicintai kakaknya tapi juga karena fakta bahwa dia menyukai pria berhati batu itu.  Rasa sakit yang tidak bisa dia lukiskan dengan kata-kata itu membuat hatinya sesak dan terluka parah. 

Saat ini dia seperti gadis kecil yang kehilangan arah untuk pulang. Tidak tau harus kemana dan berbuat apa?
Sekali lagi dia mengusap air mata yang ke ratusan kali menetes di pipinya.  Berulang kali tangannya mengusap butiran bening itu,  tetap saja pipinya basah oleh mata yang tak henti-hentinya menjatuhkan hujan di wajahnya. 

Hal yang sama juga terjadi pada Nathan. Laki-laki yang selama ini dikenal tidak pernah menunjukan kelemahannya, malam ini berubah menjadi orang yang jatuh dalam keterpurukan. Tidak ada yang tau sikap kokohnya itu ternyata menyembunyikan dinding yang sudah retak dan hampir hancur. Dinding kesakitan itu yang selama ini mengubahnya menjadi laki-laki yang tidak tersentuh oleh ketulusan. Selama ini Nathan tidak pernah membiarkan siapapun mengetahuinya, begitulah cara dia bangkit dari kemalangan dan rasa bersalah yang bersarang dalam hatinya. 

Malam itu,  butiran bening yang menetes dipipinya menjadi pertanda kalau batu yang kokoh sudah retak oleh ombak yang menghempasnya. Dia bukan lagi Nathan yang tangguh oleh keegoisannya tapi, kini dia hanya Nathan si manusia biasa yang juga bisa rapuh dan terjatuh. 

Rasa sakit yang sama Juga ia rasakan saat pertama kali dirinya tau bahwa Silvia adalah adik Sahara.  Tapi,  rasa sakit itu tidak ada bandingannya dengan rasa sakit yang dia rasakan saat semuanya sudah terbongkar. Entah karena rasa bersalah atau takut kehilang sosok Silvia yang beberapa bulan ini telah mengisi hari-harinya.  Awalnya Nathan berniat untuk membalas kesalahannya pada Sahara melalui Silvia tapi,  semuanya mungkin setelah melihat reaksi Silvia?

Rasanya sulit bagi Silvia menerimanya kembali.  Tapi,  apapun yang terjadi nanti dia tidak akan melepaskan Silvia dari genggamannya.  Itu janjinya pada dirinya sendiri.  Nathan mengepal tanggannya, bertekad pada dirinya sendiri.

📖📖📖

Tengah malam setelah melewati berbagai pertimbangan, Silvia sudah siap mengemas barang-barangnya. Dia harus keluar dari rumah ini, hatinya menentang keras dirinya tetap tinggal di sini. Tengah malam menjadi waktu paling tepat menurut perkiraannya karena hampir semua pekerja dirumah itu sudah tidur. Sisanya, Silvia hanya perlu menggunakan beberapa trik untuk melewati penjaga depan yang memang berjaga di malam hari. 

Dia menghela nafas panjang sembari menutup ranselnya. Berdiri tegak, menyiapkan dirinya untuk menerobos pertahanan rumah Nathan yang ketat. 

Tiba-tiba melintas dipikirannya soal Nathan. Apa yang dilakukan pria itu sekarang?  Apa dia sudah tidur?  Apa dia baik-baik saja?  Silvia segera menepis pikirannya, sekarang dia sudah tidak punya alasan apapun untuk perduli lagi dengannya. Malam ini dia akan mengakhiri semua permainan hati ini, kalau perlu dia harus pergi sejauh mungkin dari hidup Nathan dan keluarganya.

Silvia melangkahkan kakinya perlahan keluar dari kamarnya, sebisa mungkin agar tidak menimbulkan suara. Nathan tidak akan mengijinkannya pergi jika pria itu tau.

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang