Chapter ~ 7 | Gadis Keras Kepala

518 62 4
                                    

Aku tidak pernah tau jika rasa khawatir itu adalah bagian dari cinta.


~~~~

Waktu menunjukkan  pukul empat sore, langit semakin lama menjadi semakin gelap, namun tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Udara berubah menjadi lebih dingin dan matahari sedikit demi sedikit mulai tak terlihat ditutupi oleh awan tebal.

Layaknya seorang pencuri, Silvia berjalan mengendap-endap menuruni anak tangga hingga bagian belakang rumah. Sepertinya dewi fortuna tengah berpihak kepada gadis cantik itu, semua staff dirumah itu tidak memperlihatkan batang hidungnya satu pun. Senyum manis merekah di wajahnya, dia berjalan menuju kolam renang lengkap dengan pakaian kimono berwarna coklat.

Perlu diketahui, Silvia adalah gadis yang sedikit aneh, semakin dilarang dia akan semakin tertantang untuk melakukannya. Dia juga tipe orang yang keras kepala, karena itulah saat ini dia berada di pinggir kolam renang. Seolah sedang jatuh cinta, Silvia tersenyum lebar, dia sangat senang dan tidak sabar ingin segera melompat kedalam air.

BYUUURRRRRRR...

Gadis yang pernah menjuarai olahraga renang itu, melemparkan tubuhnya masuk ke dalam kolam, layaknya seekor lumba-lumba betina. Dengan leluasa, Silvia menggerakkan tangan dan kakinya mendayung di dalam air, bergerak kearah kiri dan kanan, menyelam dan mendongakkan kepalanya ke udara. Silvia terlihat sangat bahagia, hingga tak terasa sudah empat jam dia berada di tengah kolam. Udara yang berhembus semakin menusuk tulang dan butiran-butiran hujan mulai membasahi bumi.

"Nyonya......! " dari jarak dua meter, seorang kepala pelayan meneriakinya. Dia adalah pelayan menyebalkan yang beberapa jam yang lalu menggagalkan rencanya.

Silvia membalas teriakan pelayan itu dengan senyum mengejek. Hujan mulai turun, semakin lama semakin deras tapi, Silvia sama sekali tidak memperdulikannya.

Sementara pelayan itu mulai panik di tempatnya melihat istri majikannya tidak mendengarkan peringatannya. Dia menatap ke sekelilingnya, berusaha mencari seseorang yang sekiranya bisa menghentikan Silvia.

Tak lama kemudian seorang ajudan berseragam lengkap melintas di belakang pelayan itu. Ajudan itu berjalan sambil bersiul, menyanyikan sebuah lagu.

"Albert!" wanita itu berseru, membuat ajudan itu langsung menghentikan langkahnya. Dia menaikkan dahinya sembari mengangkat kepalanya.

"Cepat kemari!" perintahnya

Ajudan itu menghela nafas malas, dan setengah hati berjalan ke arah kepala pelayan itu, "ada apa ibu Shopia?'

"Lihat! Perempuan itu sedang melakukan apa?" Shopia menunjuk ke arah Silvia

"Sudahlah Bu Shopia, biarkan saja. Lagi pula dia tidak apa-apa, Tuan Nathan sedang di luar kota, jadi nikmati saja waktu santai kita." Ucapnya acuh tak acuh

Shopia melotot, "Albert kalau terjadi sesuatu pada gadis itu, semuanya berakhir! Kau tau!"

"Iya-iya...." Dia menggerakan kepalanya selaras dengan bahunya.

Shopia semakin geram dengan sikap Albert, "iya-iya apa? Cepat lakukan sesuatu!"

"Melakukan apa? Aku harus berbuat apa?" Albert menggerutkan dahinya

Shopia berdecak kesal, dia tau seharusnya dia tidak memanggil Albert si pria bodoh yang memiliki krisis kepedulian. Laki-laki itu tidak bisa diharapkan di saat genting seperti ini, bahkan dia tidak perduli jika nanti Nathan mengetahui semua ini.

Shopia berbalik, kembali melihat ke arah kolam renang. Mata membulat sempurna, nafasnya tertahan di ujung tenggorokkannya, dari kejauhan dia melihat Silvia tenggelam. Hanya kedua tangannya yang berada di permukaan, sementara tubuhnya mengapung didalam air. Tangan Silvia bergerak-gerak cepat di permukaan meminta pertolongan. Shopia menepuk keras pundak Albert hingga membuat laki-laki itu terjungkat dan memandang ke arah kolam. Dalam hitungan detik, Albert langsung berlari dan melompat ke dalam kolam untuk menyelamatkan istri majikannya itu. Sementara Shopia memanggil beberapa bawahannya dan meminta mereka menyiapkan handuk, teh hangat, dan menelpon dokter secepatnya.

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang